ilustrasi: slideshare.net |
Akankah kita selalu melupakan sejarah? Nampaknya bangsa kita memang pelupa. Banyak kasus dari peristiwa sejarah di masa lalu tak kunjung jadi pelajaran. Tak pernah menjadi Hikmat (himah) yang dapat dipetik dari sebuah peristiwa. Ingat kata-kata dari Presiden RI pertama Soekarno: "Jasmerah" Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ya... jika kita dengan mudah melupakan sejarah, kita takkan pernah belajar darinya.
Republik Indonesia akan berulang tahun pada tahun 2018 ini yang ke-73 tahun. Ujian keutuhan sebagai bangsa sepertinya tengah melanda negeri ini. Paham atau ideologi tertentu seakan dipaksakan untuk diterapkan di negeri ini. Dengan dibungkus berbagai hujjah atau argumentasi yang seakan benar dan akan cocok bagi bangsa kita. Ingat... akankah kita tidak belajar dari sejarah?
Masa iya kita akan kalah dengan Kerajaan Sunda-Pajajaran yang ajeg kokoh berdiri lebih dari 900 tahun? Sementara Bangsa Indonesia baru akan berumur 73 bulan Agustus ini harus tumbang?
Ideologi Totaliterianisme
Istilah totaliter berasal dari bahasa Latin totus, yang berarti seluruh atau utuh. Totaliter ini dapat diartikan sebagai bentuk pemerintahan dengan kekuasaan mutlak negara pada hampir seluruh bidang kehidupan masyarakat. Kendali pemerintahan biasanya diserahkan kepada satu partai politik dan biasanya dipimpin oleh seorang diktator. Dalam sistem pemerintahan totaliter, hak individu boleh dikatakan tidak ada. Individu dilihat sebagai hamba negara yang tidak mempunyai kebebasan memilih atau bersuara. Umumnya pemerintahan yang berkuasa pun jarang memberi kesempatan kepada masyarakat atau kelompok-kelompok untuk berkumpul, seperti serikat buruh, partai politik, dan lain sebagainya.
Dengan alasan ideologis, semua hal ditentukan dari pemerintah yang berkuasa. Pemerintahan seperti iini disebut rezim totaliter yang disamakan dengan rezim tradisional pra-demokrasi yang otoriter atau otokratis. Pemerintahan otoriter cenderung mempertahankan kekuasaan dari satu orang saja serta cenderung mempertahankan struktur sosial tradisional dan bekerja melalui garis wewenang yang ada.
Dalam pemerintahan totaliter, umumnya terjadi upaya penindasan atau mempersekusi serta mengintimidasi individu dan atau kelompok lawan. Penguasa akan menggunakan tatktik teror yang dilakukan tentara atau polisi.
Praktek-praktek umum dalam negara totaliter, media masa hanya berfungsi sebagai alat propaganda bagi penguasa. Sosialisasi politik di negara totaliter adalah indoktrinasi politik. Indoktrinasi politik ialah proses sepihak saat penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma, ideologi dan simbol yang dianggap pihak yang berkuasa sebagai sesuatu yang ideal dan baik. Melalui berbagai forum pengarahan yang penuh paksaaan psikologis, dan latihan penuh disiplin, partai politik dalam sistem politik totaliter melaksanakan fungsi indoktinasi politik.
Ciri-ciri sistem pemerintahan totaliter yang merupakan hakekat pemerintahan totaliter adalah: Totaliter bukan hanya sekedar peningkatan bentuk-bentuk pemerintahan opresif seperti despotisme, tetapi pemerintahan tiranik dan diktator, melainkan sesuatu yang secara hakiki baru.
Totalitarisme itu sendiri selalu mengembangkan lembaga-lembaga politik baru dan menghancurkan semua tradisi dan pranata-pranata sosial, legal dan politik yang ada di negara itu. Totalitarisme mengubah kelas-kelas sosial menjadi massa, menggantikan sistem multi-partai bukan dengan sistem partai tunggal melainkan dengan suatu gerakan massa, mengalihkan pusat kekuasaan dari tentara ke polisi rahasia, mengarahkan politik luar negeri secara terbuka pada kekuasaan dunia.
Ideologi Teokrasi
Teokrasi berasal dari bahasa Yunani theo yang berarti tuhan dan cratein yang berarti pemerintahan. Secara sederhana, teokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan oleh tuhan… Secara epistemologi, teokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang dijalankan oleh seseorang dengan mengatasnamakan tuhan.Dalam teokrasi, kedaulatan tertinggi bersifat mutlak dan suci karena kedaulatan tertinggi berada di tangan tuhan dan pemimpinnya mengklaim dirinya “mendapatkan kekuasaan dari tuhan”.
Teokrasi muncul pertama kali di daratan eropa pada abad pertengahan (medieval age) yang dipelopori oleh seorang kaisar romawi bernama Augustinus. Pada akhir abad ke enam, gereja romawi mulai mengorganisasikan institusi kepausannya di bawah komando paus Gregory I yang dikenal sebagai “the Great”. Dialah yang membangun awal mula birokrasi kepausan (papacy’s power).
Dalam satu sisi, teokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan yang sangat baik, karena kedaulatan tertinggi berada di tangan tuhan. Tuhan, sebagai zat yang maha tinggi tidak mungkin berbuat suatu kesalahan layaknya manusia. Namun di sisi lain, pemerintah kerap melakukan legitimasi atas kebijakannya yang menyengsarakan rakyat banyak dengan mengatas-namakan tuhan.
Hal ini terjadi di daratan eropa pada abad pertengahan, di mana gereja mengatasnamakan tuhan tuhan dalam mempertahankan “ideologi ketuhanan” mereka yang banyak merugikan orang banyak. Mereka menganggap orang yang tidak sepaham dengan “ideology ketuhanan” mereka sebagai kaum heretics (kafir).
Mereka melakukan penyiksaan, penganiayaan, bahkan pembunuhan besar-besaran pada orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Dari sinilah lahir istilah Inquisisi yang menggambarkan kejahatan dan kekejaman gereja secara jelas.
Sumber:
- Phillips, Kevin. 2005. "American Theocracy: The Peril and Politics of Radical Religion, Oil, and Borrowed Money in the 21st Century". Society and Business Review, Vol. 4 Issue: 1. New York (NY): Emerald Group Publishing Limited (ISBN 0-670-03486-X)
- Dictio.id
- wikipedia.org
- Sumber lain