[Historiana] - Wretikandayun atau Sang Wretikandayun adalah Raja pertama di Kerajaan Galuh yang memerintah di Kerajaan Galuh dengan gelar Maharaja Suradarma Jayaprakosa Wretikandayun dari tahun 612 Masehi sampai 702 Masehi sebagai kelanjutan dari Kerajaan Kendan masih bawahan kerajaan Tarumanagara.
Wretikandayun adalah putra Raja Kandiawan atau cucu dari Raja Putra Suraliman, putra Raja Maha Guru Manikmaya, penguasa Kebataraan/Kerajaan Kendan. Ia lahir tahun 513 C (Saka) atau 591 Masehi. Wretikandayun ketika masih kanak-kanak dikenal dengan nama Raden Daniswara (dani = kerbau). Wretikandayun Naik tahta sejak usia 21 tahun. Wretikandayun dinobatkan menjadi raja Kendan pada tanggal tanggal 14 Suklapaksa Caitra-6 tahun 534 Caka atau 23 maret 612 M.
Dari garis ibu, Buyutnya adalah raja Maharesiguru Manikmaya adalah menantu Maharaja Suryawarman, penguasa ke-7 Tarumanagara (535-561 M), karena Manikmaya menikahi Dewi Tirtakancana (Putri Maharaja Suryawarman).
Istri Wretikandayun adalah Dewi Manawati (nama kanak-kanak) atau Manakasih atau menurut naskah Carita Parahyangan: Pwahaci Bungatak Mangale‑ngale (nama remaja) dan setelah menjadi permaisuri bergelar Prameswari Déwi Candrarasmi putri Resi Makandria. Pernikahanya melahirkan 3 orang Putra, yaitu:
- Sang Jatmika, Rahyang Sempakwaja, Resiguru di Galunggung, lahir 542 C (639 M).
- Sang Jantaka, Rahyang Kidul, Rahyang Wanayasa, Resiguru di Denuh (sekarang masuk wilayah Kampung Daracana, Desa Cikuya, kecamatan Culamega, Tasikmalaya Tasikmalaya, Selatan), lahir 544 C (641 M).
- Sang Jalantara, Rahyang Mandiminyak, putra mahkota Kerajaan Galuh, lahir 546 C (643 M).
Pendirian Kerajaan Galuh
Maharaja Suradarma Jayaprakosa Wretikandayun memerdekakan Kerajaan Galuh saat Sri Maharaja Tarusbawa tahun 670 mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Tarusbawa adalah menantu Raja Tarumanagar. Peristiwa Tarusbawa naik tahta di Kerajaan Tarumanagara pada tahun 669 M, dari mertuanya, raja Tarumanagara terakhir, Linggawarman (666-669) M. Oleh karena itu, Wretikandayun menganggap bahwa dirinya juga setara dengan Tarusbawa.Sang Kandiawan, ayah Sang Wretikandayun, menjadi raja Kendan hanya 15 tahun (597-612 M). Sang kandiawan menyebut dirinya dengan gelar Rahiyangta Dewaraja, dan ketika menjalankan hidup sebagai rajaresi ia bergelar Rahiyangta di Medang jati atau terkenal juga dengan nama Sang Layu Watang. Dialah yang membuat Sanghiyang Watang Ageung.
Wretikandayun dinobatkan menjadi raja Kendan menggantikan ayahnya pada 23 Maret 612 M, pada usia 21 tahun. Dan setelah menjadi raja Wretikandayun tidak berkedudukan di di Kendan atau di Medang Jati, tidak juga di Menir. Tetapi ia mendirikan pusat pemerintahan (ibu kota) baru, yang kemudian diberi nama Galuh.
Dan ketika tahta kerajaan Tarumanagara jatuh kepada Sri Maharaja Tarusbawa dari Sundasambawa, pada tahun 669 M, menantu raja terakhir Tarumanagara, Maharaja Linggawarman yang kemudian mengubah nama kerajaan menjadi Kerajaan Sunda, Maharaja Sang Wretikandayun yang waktu itu berumur 78 tahun kemudian memerdekakan diri (mhardika). Wilayah Tarumanagara di bagi dua, dengan perbatasan Sungai Citarum. Sri Maharaja Tarusbawa berkuasa di barat Sungai Citarum, sedang Maharaja Suradarma Sang Wretikandayun sebelah timurnya.
Dengan demikian tahun 669 M, dianggap sebagai awal dari Kerajaan Galuh yang mandiri. Sang Wretikandayun berkuasa di Kerajaan Galuh pada tahun 534-592 Saka (612/3-670/1 Masehi), lamanya 58 tahun, sebagai ratu wilayah di bawah kerajaan Tarumanagara. Pada tahun 592-624 Saka (670/1-702/3 Masehi), selama 32 tahun sebagai raja Kerajaan Galuh merdeka.
Dalam Carita Parahiyangan ditegaskan Kerajaan Galuh didirikan oleh Sang Wretikandayun, dan ia berkuasa selama 90 tahun
Penerus Kerajaan Galuh
Pada tahun 695 M, Rahyang Mandiminyak, Putra mahkota Galuh menikahi Dewi Parwati, putri dari Ratu Sima dengan Kartikeyasinga, raja Kalingga yang berkedudukan di Jawa Tengah karena itulah Mandiminyak tinggal di Kalingga menjadi penguasa Kalingga Utara.Pada tahun 702 M Rahiyang Mandiminyak menerima tahta Kerajaan Galuh menggantikan ayahnya Wretikandayun yang berkuasa selama 90 tahun, sehingga Rahiyang Mandiminyak berkuasa di dua negara, yaitu Kerajaan Kalingga (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan Galuh (di Tatar Sunda). Posisi Rahiyang Mandiminyak sangat kuat sekali, dan pada tahun 703/704 M, Mandiminyak menjodohkan cucunya, Sanjaya Rakai Mataram putra Bratasenawa dengan Dewi Sekar Kancana (Teja Kancana Ayupurnawangi) putri Rakyan Sundasembawa (mati muda) putra Sri Maharaja Tarusbawa. Cucu mantu Raja Sunda, Sanjaya Rakai Mataram berkedudukan di Pakuan Bogor. Karena itu kekuasaan Kerajaan Galuh pada masa Mandiminyak sangatlah luas, yaitu dari timur sungai Citarum hingga Hujung Galuh (Surabaya sekarang).