Ilustrasi Kampung di Jawa by tropen Museum |
[Historiana] - by: Alam Wangsa Ungkara. Pertanyaan mengenai adanya bahasa berbeda di pulau Jawa sudah sering kita dapatkan bahkan kita pernah memikirkannya. Mengapa di Pulau Jawa ada bahasa Sunda dan Bahasa Jawa? Benarkah kedua bahasa itu benar-benar berbeda?
Jadi, apa bahasa yang eksis di zaman kuno itu?
Selama ini kita mengetahui berbagai sumber prasasti dari zaman kerajaan menggunakan bahasa sansekerta dengan aksara palawa, gupta atau pasca gupta. Selanjutnya bahasa sansekerta juga ditulis dalam aksara kawi dan kemudia aksara carakan (Jawa kuno).
Bila kita mengetahui bahasa Sansekerta, maka kita akan memahami bahwa antara bahasa Jawa kuno dan Sunda kuno sebenarnya sama atau setidaknya dapat kita telusuri ke hulum yaitu bahasa sansekerta.
Bahasa Sansekerta mempunyai nilai logika, etika, dan estetika yang sangat tinggi dalam lingkungan kebudayaan Jawa. Sejak dulu kala, bahasa Sansekerta digunakan dalam penyebaran dan pengembangan ilmu pengetahuan. Banyak kitab Jawa Kuno yang ditulis dengan menggunakan unsur serapan bahasa Sansekerta. Pada perkembangannya, bahasa ini lebih popular dengan penyebutan Bahasa Kawi.
Sesuai dengan makna harfiahnya, Kawi berarti pujangga. Bahasa Kawi berarti bahasa yang digunakan oleh para pujangga. Pada jaman dahulu bahasa Sansekerta atau bahasa Kawi memang digunakan oleh para cendekiawan, ilmuwan, dan bangsawan. Hal ini menyebabkan bahasa ini menjadi sangat tinggi kedudukannya dalam masyarakat Jawa. Komunikasi antar kelas menengah kerap kali diukur dari tinggi rendahnya seseorang dalam berbahasa.
Mari kita coba membaca "Kamus Bahasa Sansekerta-Indonesia" yang disusun oleh Dr. Purwadi, M.Hum dan Eko Priyo Purnomo, SIP yang diterbitkan BudayaJawa.Com ini. Anda dapat mengaksesnya langsung dari laman fdokumen.com
Kita dapat mengetahui beberapa kata sansekerta menjadi sumber kosa kata bahasa Sunda dan Jawa di zaman modern ini. Mengenai cara menulisnya, di zaman ini menggunakan aksara latin bukan lagi aksara palawa, gupta dan pasca-gupta. Pun tidak menggunakan aksara jawa (carakan: honocoroko/hanacaraka) atau aksara Sunda (Kaganga/ngalagena). Di masa penyebaran agama Islam di pulau Jawa, bahasa sansekert (sebagai cikal bakal bahasa Sunda dan Jawa) juga ditulis dalam aksara arab yang disebut 'pegon'. Maka dikenallah aksara Jawa Pegon atau Sunda Pegon. Kalau di Sumatra dan daerah Malaysia disebut Arab-Melayu (aksara arab berbahasa Melayu).
Kembali ke bahasa Sansekerta. Mari kita mengenal beberapa kosa kata Sansekerta yang penulis kutip dari kamus Bahasa Sansekerta - Indonesia:
calung: alat musik sejenis angklung
campah: hambar, tawar
campaka: bunga cempaka
campuh: bertempur, berperang
campur: campur, gaul; campur aduk: bercampur aduk; campur bawur: bercampur aduk, acak-acakan;
canggah: neneknya nenek
cangkang: 1 bungkus buah; 2 kulit telur
caplok: telan, makan; nyaplok: menelan
capuri: tembok, pagar dari batu
cara: cara. metode
catur: 1 tutur kata, sabda, bicara, cakap; 2 empat; 3 permainan catur; catur muka: empat muka, empat wajah; caturan: pembicaraan, percakapan
cekap: cukup, selesai, rampung
cemeng: 1 hitam; 2 perasa, gampang menangis
cempèd: pipih, gepeng
cepeng: tangkap, pegang
cepet: cepat, lekas
cèthèk: dangkal
cundhuk: cocok, setuju, ketemu; cundhuk laris: pelaris, memotong harga; cundhuk mentul: perhiasan untuk pengantin
dadali: burung dadali, walet
damel: buat, kerja; pedamelan: pekerjaan
damèn: batang atau daun pada padi
darsa: tauladan
dédé: bukan, lain
dedeg: tinggi badan; dedeg pangawé: setinggi badan dan tangan diacungkan; dedeg piadeg: tinggi badan saat berdiri
degan: degan, kelapa muda
deleg: jenis ikan air tawar
deleng: lihat, pandang
dereng: dorongan, keinginan kuat
dèrèng: belum
derep: kerja menuai padi
dora: bohong, menipu
doran: tangkai cangku
dwara: pintu gapura, gerbang; dwarala: pintu gapura, gerbang; dwarapala, dwarapati: (patung) penjaga pintu
dwaya: dua
émut: ingat
énak: enak, nikmat; énak-énuk: enak sekali, sangat nikmat
éndah: 1 indah, elok, cantik; 2 alangkah; éndahané: alangkah seandainya
éndha: menghindar, menyimpangi
éndhang: sebutan untuk putri brahmana
gelap: petir, halilintar; gelap nyawang: berandal, perampok; gelap paju: halilintar yang bila menyambar pecah terbelah; gelap wédang: halilintar yang bila menyambar pohon akan mengelupas atau terbakar
gembala: janggut
gembili: gembili, jenis umbi-umbian
gembira: gembira, ria, suka
gembolo: sebangsa ubi
gugah: bangun, goyah
gugu (di-): dipercaya, diindahkan
harina: kijang
harini: syair, puisi
harja: makmur, subur;
harjana: bidadara, dewa; harjanti: bidadari; harjasa: asri, bagus, indah; harjaya: selamat, sejahtera
hulun: saya
ical: hilang
ilat: lidah; ilat baya: bunga lidah buaya
imbuh: imbuh, tambah
istri: istri
istu: jadi, sungguh
iming: iming, rangsang
jampi: jamu, obat
jamprong: kelihatan gagah
jamu: jamu, obat
jamuga: akhirnya, kejadiannya
jamur: jamur, cendawan
jamus: aji, jimat
jati: 1 pohon jati; 2 sejati, nyata, sungguh
jumantara: langit, dirgantara
jumpalik: berbalikan, jatuh tersungkur
kagak, ora: tidak
kagem: untuk, buat
kagèt: kaget, terkejut
kaki: kakek
kaktus: bunga kaktus
kaku: kaku
kakung: pria
kakus: kakus, WC
kalamun: kalau, jika, bila
kedah: harus
kedal: tutur kata, ucapan kata
kinca: air gula
kingkin: 1 sedih, susah, gundah; 2 rindu sekali, jatuh hati
Kosa kata di atas adalah sebagian contoh bahasa Sansekerta. Silahkan Anda amati. Kosa kata mana yang ada di atas dan masih digunakan hingga hari ini, baik dalam bahasa Sunda maupun bahasa Jawa. Dan kosa kata mana yang sekarang tidak lagi familiar dengan Anda?