Cari

Siapa Sebenarnya Etnis Rohingya?


 

[Historiana] - Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), mendefinisikan Rohingya sebagai minoritas agama dan bahasa dari Myanmar barat dan bahwa Rohingya adalah salah satu dari minoritas yang paling dipersekusi atau paling mendapat perlakuan buruk di dunia.

Namun asal kata Rohingya, dan bagaimana mereka muncul di Myanmar, menjadi isu kontroversial. Sebagian sejarawan mengatakan kelompok ini sudah berasal dari ratusan tahun lalu dan lainnya mengatakan mereka baru muncul sebagai kekuatan identitas dalam seabad terakhir. 

Asal-usul Etnis Rohingya 

Kata 'Rohingya' berasal dari nama kuno 'Rohan' atau 'Rohang', yang merujuk pada daerah Arakan pada masa lalu. Etnis Rohingya bukanlah keturunan Bangladesh atau etnis Bengali, melainkan kelompok yang memiliki identitas khas. Lebih dari sekadar satu etnis, orang-orang Rohingya merupakan hasil percampuran antara banyak suku dan etnis seperti Arab, Turk, Persian, Afghan, Bengali, Moors, Mughal, Pathans, Maghs, Chakmas, Dutch, Portuguese, dan Indo-Mongoloid. Sejarah mereka terkait erat dengan perkembangan sejarah Kerajaan Arakan (Arakan Kingdom) yang mencakup bagian dari wilayah yang kini merupakan Bangladesh.

Pemerintah Myanmar berkeras bahwa mereka adalah pendatang baru dari subkontinen India, sehingga konstitusi negara itu tidak memasukkan mereka dalam kelompok masyarakat adat yang berhak mendapat kewarganegaraan.

Mereka tinggal di salah satu negara bagian termiskin di Myanmar, dan gerakan dan akses mereka terhadap pekerjaan sangat dibatasi.

Secara historis, mayoritas penduduk Rakhine membenci kehadiran Rohingya yang mereka pandang sebagai pemeluk Islam dari negara lain dan ada kebencian meluas terhadap Rohingya di Myanmar.

Di sisi lain, penduduk Rohingya merasa bahwa mereka adalah bagian dari Myanmar dan mengklaim mengalami persekusi oleh negara. Negara tetangga Bangladesh sudah menerima ratusan ribu pengungsi dari Myanmar dan tak mampu lagi menampung mereka.

Banyak warga Rohingya yang tinggal di kamp penampungan sementara setelah dipaksa keluar dari desa mereka oleh gelombang kekerasan komunal yang menyapu Rakhine pada tahun 2012. 

Ada sisi agama dalam konflik ini, namun juga ada ketegangan antaretnis dan ekonomi.

Komunitas Rakhine merasa terdiskriminasi secara budaya, dieksploitasi secara ekonomi dan terpinggirkan oleh pemerintah pusat yang didominasi oleh etnis Burma. Dalam situasi ini, etnis Rohingya, oleh orang Rakhine dianggap sebagai pesaing dalam perebutan sumber daya, sehingga menimbulkan ketegangan di negara bagian itu yang kemudian memicu konflik dari dua kelompok etnis tersebut. 

Myanmar juga memiliki sejarah panjang ketidakpercayaan antaretnis yang dibiarkan ada, dan kadang dieksploitasi, oleh militer.

Meski sering disebut tidak ada hubungan langsung antara berbagai ketegangan kelompok masyarakat, namun rasa tidak percaya anter-etnis tersebut kini terbuka setelah ada kebebasan.

Pengamat mengatakan bahwa pemerintah tidak cukup melakukan upaya mengatasi kekerasan dan karenanya memunculkan risiko konflik lanjutan. 

Penyelesaian Masalah dan Harapan 

Penyelesaian konflik yang berkepanjangan dan perlindungan terhadap hak asasi etnis Rohingya menjadi tuntutan global. Dengan perhatian dan tekanan internasional, diharapkan akan tercipta solusi yang adil dan berkelanjutan bagi Rohingya. Hal ini memerlukan upaya nyata dari pemerintah Myanmar, negara-negara tetangga, dan komunitas internasional untuk mengakhiri diskriminasi, memberikan kewarganegaraan, dan memastikan keamanan serta perlindungan bagi etnis Rohingya. Dalam upaya menyelesaikan konflik tersebut, kesadaran dunia tentang krisis kemanusiaan yang dihadapi oleh etnis Rohingya menjadi kunci untuk mendukung perubahan yang signifikan bagi masa depan mereka. Dengan meningkatkan kesadaran global dan mendorong langkah-langkah konstruktif, diharapkan etnis Rohingya dapat hidup tanpa ketakutan, mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga negara, serta memperoleh perlindungan dan keamanan yang pantas.

Baca Juga

Sponsor