Cari

Harimau Jawa lambang Pajajaran Punah?


[Historiana] - Sudah sangat kental dilidah orang Sunda kata "Maung" yang artinya Harimau . Masyarakat tatar Sunda, maung atau harimau merupakan simbol yang tidak asing lagi. Beberapa hal yang berkaitan dengan kebudayaan dan eksistensi masyarakat Sunda dikorelasikan dengan simbol maung, baik simbol verbal maupun non-verbal.

Maung atau harimau menjadi legenda yang tak terpisahkan dengan kerajaan Pajajaran yang sering disangkutpautkan dengan kegagahan binatang yang satu ini.Namun, kali ini kita tidak membahas Pajajaran tetapi Maungnya, harimau di tatar Sunda-Jawa yang memprihatinkan.


Harimau Jawa (Panther tigris Sondaica)

Konon, populasi Harimau di Sunda (Jawa Barat) paling banyak di pulau jawa. oleh karena itu harimau ini memiliki nama latin Pathera Tigris Sondaica disebut juga Harimau Jawa.

Harimau Jawa masih ada? Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica) atau disebut juga Panthera Tigris Javanica. Disebut Panthera Tigris Sondaica karena populasi terbanyak adalah di wilayah Jawa Barat atau di wilayah Sunda. Harimau loreng yang keberadaannya masih misterius ini telah beberapa kali dinyatakan punah. Pertama pada tahun 1972 dinyatakan punah, kemudian tahun 1980 dinyatakan punah yang kedua kalinya, penyebab kepunahan diperkirakan akibat perburuan dan hilangnya habitat.

Situs resmi departemen kehutanan RI tidak mencatat tentang spesifikasi untuk ukuran harimau Jawa. Beberapa laporan lain  mencatat data yang berbeda-beda untuk ukuran tubuh harimau Jawa, ada yang mengatakan bahwa harimau Jawa memiliki ukuran tubuh lebih besar dari harimau Sumatera dan Bali. Namun ada juga yang mencatat bahwa ukuran harimau Jawa adalah yang terkecil di antara subspesies harimau lainnya yang ada di Asia. Semua laporan tentang spesifikasi ukuran untuk harimau Jawa masih dipertanyakan. Menurut sebuah teori hukum tentang harimau, bahwa semakin menjauhi garis kathulistiwa maka ukuran harimau semakin besar. Namun teori ini juga masih dipertanyakan.

Pada mulanya di akhir abad ke 19 harimau Jawa masih banyak berkeliaran di hutan-hutan di seluruh pulau Jawa, dimana pada waktu itu harimau loreng ini dapat dengan mudah menemukan mangsanya karena habitat mereka belum terusik oleh manusia. Namun menjelang tahun 1940 harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil saja, diperkirakan mereka terusir karena habitatnya banyak yang dijadikan sebagai lahan pertanian.

Namun, pada tahun 1980 buku mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar menerangkan bahwa harimau Jawa yang tersisa di pulau Jawa masih ada sekitar 2 ekor. Ini berarti tidak ada pihak yang berani menyatakan bahwa harimau Jawa sudah punah, dan kemungkinan harimau Jawa masih ada walau tinggal sedikit.

Spekulasi Harimau Jawa Belum Punah 

Spesies harimau di seluruh dunia ada 8 jenis, dan 3 subspesies diantaranya dinyatakan sudah punah, yaitu harimau Kaspia (Panthera Tigris Virgata) punah pada tahun 1950, binatang tersebut hidup di Iran, Afghanistan, Turki, Mongolia, Rusia dan harimau Bali (Panthera Tigris Balica) punah pada tahun 1937, hewan tersebut hidup di hutan-hutan di pulau Bali Indonesia, kemudian disusul harimau Jawa atau Javan Tiger (Panthera Tigris Javanica/Sondaica) yang hidup di pulau Jawa Indonesia.

Namun klaim atas punahnya harimau Jawa masih banyak dibantah oleh beberapa saksi yang pernah melihat bahwa harimau Jawa masih ada walaupun mereka tidak berhasil menunjukkan bukti yang bisa diverifikasi. Menurut seorang mantan pekerja Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi yang bernama Lukman, pada tahun 2000 mereka pernah melihat seekor harimau Jawa di hutan tersebut. Oleh karena itu jika mendengar bunyi tembakan, para petugas penjaga hutan taman nasional alas purwo akan langsung mencari sumber suara tembakan tersebut sampai ketemu untuk menjaga keselamatan harimau Jawa yang menurut mereka masih ada disitu.

Berikut foto-foto dari sejak jaman belanda tentang perburuan harimau jawa

Harimau Jawa di Ujung Kulon 1938
HE STUFFED JAVA TIGER IN THE OLD AMSTERDAM MUSEUM (NOW IN NATURALIS LEIDEN)

Perburuan harimau Jawa di Banten 1941. Foto: tropenmuseum
Perburuan Harimau Jawa 1920. Foto: tropenmuseum
Yang paling mempercepat kepunahan Harimau Jawa adalah adanya Budaya Acara "RAMPOKAN MACAN" atau "RAMPAG MACAN". Rampokan macan, juga ditulis rampok macan atau rampog macan adalah upacara kurban Jawa yang berlangsung selama abad ketujuh belas sampai awal abad kedua puluh. Awalnya dilakukan dalam alun-alun kerajaan Jawa saja, rampokan macan terdiri dari dua bagian: sima-Maesa, pertarungan di kandang antara kerbau dan harimau dan rampogan sima yang beberapa harimau diposisikan dalam lingkaran para pria bersenjatakan tombak dan meninggal apabila mencoba melarikan diri.

Mengambil tempat di lokasi yang sangat simbolis, di alun-alun, dan menggunakan hewan yang sangat simbolis dalam Budaya Asia Tenggara (harimau dan kerbau), di mana rampokan macan adalah upacara dengan interpretasi budaya yang kaya. Dilihat sebagai penghapusan kejahatan oleh para pengamat Eropa, rampokan macan paling mungkin melambangkan perjuangan kemenangan yang berdaulat terhadap kekacauan yang digambarkan sebagai harimau, dan pemurnian seluruh kerajaan.

Selama abad kedelapan belas dan abad kesembilan belas, simbolisme ritual rampokan macan melemah dan upacara secara bertahap menjadi acara atau festival. Atribut royalti Jawa, itu digunakan oleh kaum bangsawan, priyayi untuk menunjukkan kekayaan dan kekuasaan kaum pangeran bangsawan. Rampokan macan juga dipandang sebagai perjuangan politik simbolis antara VOC dan Pemerintah Jawa.

Pemerintah kolonial Hindia Belanda melarang rampokan macan pada tahun 1905.


Rampokan macan di Kediri (1890-1925)
Lukisan Sergio Budicin (2009). Tiger and water buffalo. Probably Indonesia. Java
Mungkin menjadi inspirasi acara rampag Macan atau menggambarkan situasi itu (?)

Selain itu, harimau-harimau jawa diangkut oleh pemerintah Kolonial ke negaranya atau ke negara lain

Pengangkutan Harimau Jawa
Tengkorak kepala Harimau Jawa jantan di Ujung Kulon 1938. Tropenmuseum

Penampakan Terakhir Harimau Jawa di Abad XXI 

Berdasarkan keterangan situs resmi Balai Taman Nasional Meru Betiri, warga lokal permanen hasil hutan TN Meru Betiri mengaku bahwa mereka masih terkadang melihat penampakan harimau loreng (harimau jawa) hingga era 2010. Namun ini hanyalah sebuah pengakuan saja yang tidak disertai bukti otentik seperti foto atau tanda-tanda kuat lain milik harimau jawa.

Benarkah harimau Jawa yang sangat melegenda itu telah lenyap dari muka bumi? Bisakah putra putri Indonesia membuktikan bahwa harimau Jawa masih ada? Atau menyetujui klaim bahwa harimau loreng ini telah benar-benar punah?

Mungkinkah akan ada foto harimau jawa terbaru? Semoga anak negeri bisa menemukan bukti foto agar dunia yakin bahwa harimau Jawa masih ada, sebelum peneliti asing yang mencintai satwa liar berhasil mengungkap fakta tentang keberadaan harimau Jawa. Jika selama ini tidak ada orang yang bisa menunjukkan bukti foto harimau jawa terbaru, boleh dipercaya bahwa harimau jawa memang benar-benar telah punah.
Baca Juga

Sponsor