Cari

Babad Pajagan Sumedang dan Kisah 4 Kandaga Lante Pajajaran

Makam Ni Mas Mayang Kusumah & Ki Kadiran
Di Dusun Cicau Desa Pajagan Kecamatan Situraja Sumedang
Foto: Cikpakudarmaraja.blogspot.com


[Historiana] - Dalam Babad Sumedang, banyak kisah yang tidak tercatat dalam momen bersejarah, ketika Kerajaan Pajajaran burak di Kadu Hejo Pandeglang Banten.

Ketika Kerajaan Pajajaran burak (runtuh), Raja Pajajaran terakhir adalah Nusiya Mulya  atau Prabu Seda atau Panembahan Pulasari atau Prabu Haris Maung, atau Prabu Batara Kusumah atau Prabu Suryakancana putra Prabu Nilakendra. Saat itu sezaman dengan Ratu Pucuk Umun Sumedang (Ratu Inten Dewata atau Ratnasih) dari suaminya Pangeran Santri (Rd. Sholih).

Seperti dikisahkan dalam cerita rakyat (floklore) Sejarah Dusun Cicau Desa Pajagan Kecamatan Situraja Sumedang bahwa Layang Dikusumah atau Ki Ajar Gede (Mbah Gede), dan adik perempuannya Mayang Kusumah atau (Eyang Ambu) keturunan Pajajaran dari Kebataraan Gunung Pancar Bogor. Dalam turuan kisah Babad Situraja Buyut Merah, Babad Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Sutra Ngumbar (Prabu Madu Ucing) keturunan dari Pajajaran juga, Babad dan buk Ki Sukawayana Cimalaka, adalah Rd. Aji Mantri Putra Prabu Nusiya Mulya. Kemudian Rd. Aji Mantri berputra Santowan Jagabaya di Sumedang (Nu Nangtung di Sumedang). Kisah ini belum banyak dibahas dalam sejarah dimasa Pajajaran burak disebabkan perebutan tahta dari dalam keluarganya (Serangan Keraton Pajajaran di Pulosari Pandeglang oleh wadya balad Banten - Cirebon - Demak)

Menurut Babad Pajagan (Paku Danghyang Pangjagaan) yang disebut Hyang Ambu atau Nay Mas Maya-Hyang Kusumah (Mayang Kusumah), putri bungsu dari lima putra Prabu Batara Kusumah yang bertempat tinggal di Kabataraan Pancar Buana Bogor, Kelimanya adalah:
  1. Layang Dikusumah/ mbah Gede, memimpin Kalungguhan Guru Wisesa dengan gelar Ki Ajar Gedé.
  2. Jaya Kusumah, diberdayakan untuk menjadi Kandaga Lante Pajajaran dengan gelar Prabu Jaya Prakosa/ Mbah Jaya Perkosa.
  3. Raksa Kusumah (tidak ada jejaknya setelah Pajajaran burak)
  4. Ni Mas Lénggang Kusumah (tidak ada jejaknya setelah Pajajaran burak)
  5. Ni Mas Mayang Kusumah.
Dalam Babad Pajagan (Pangjagaan/Penjagaan) dikisahkan tentang salah satu tokoh paling menonjol dalam sejarah Mayang Kusumah atau Sanghyang Ambu Eyang Ambu), saudara perempuan Layang Dikusumah atau Ki Ajar Gede (Mbah Gede)/ Kakak beradik dengan Jaya Prakosa (Jaya Perkosa) dari Pajajaran yang ikut serta bersama 4 Kandaga Lante ketika dia menyerahkan mahkota Binokasih Sanghyang Pake ke Kerajaan Sumedang Larang.

Nyi Mas Mayang Kusumah, masih lajang ketika ikut serta mengungsi dari Pakuan bersama mereka pada pengawalan mahkota Binokasih Sanghyang pake ketika Pajajaran burak (runtuh). Dipimpin 4 kandaga lante, rombongan itu melalui jalan yang sepi agar tidak diketahui musuh. Rombongan itu menelusuri wilayah pantai selatan Jawa. Mulai dari wilayah Jampang Kulon (Kadu Hejo - Pulosari, Pandeglang) tempat terakhir Prabu Nusiya Mulia / Prabu Seda / Panembahan Pulosari atau Prabu Suryakancana, raja terakhir Pajajaran mengungkapkan "Uga wangsit". Tapak tilasnya sekarang adalah "Jalan Lintas Selatan" dari Pandeglang (Keraton Pulo Sari) menuju Jampang lalu ke Sancang dan kemudian menjuju Garut (petilasannya di Limbangan Garut terdapat situs Pangeureunan, tempat peristirahatan Wadya balad Pajajaran) lalu ke Batu Karas. Menyusuri daerah pinggiran pantai selatan dengan sengaja menghindari pasukan musuh yang merupakan gabungan Demak, Cirebon dan Surasowan Banten. Rombongan itu bertujuan untuk menemui salah seorang sesepuh Pajajaran yang bermukim di Limbangan. Sesepuh Limbangan itu adalah Sunan Rumenggong (Prabu Layaran Wangi atau Bujangga Manik) yang diserahi tugas untuk membimbing pendirian Negara Kerta Rahayu sebagai negara darurat di Wilayah Limbangan Garut.

Situs Batu Kuya Pangeureunan, Garut

Empat Kandaga Lante bermaksud untuk memohon saran, petunjuk dan arahan dari Sunan Rumenggong. Ia seorang yang berpengetahuan tinggi, arif dan bijaksana. Lalu ia menyerukan diskusi dalam sebuah 'sawala' yang menghasilkan persetujuan para sesepuh tentang mahkota yang akan diserahkan ke Sumedang Larang. Meskipun tidak sedikit pihak yang meragukan kesanggupan Sumadang Larang sudah untuk melanjutkan tongkat estafet Kejayaan Pajajaran. Tetapi para sesepuh (penatua) sudah memutuskannya demikian.

Dikisahkan di Limbangan, Nyimas, Mayang Kusumah bertemu dengan seorang jejaka keturunan dari Sri Batari Hyang janapati (janawati) dari Galunggung. Keduanya sama-sama memiliki getaran rasa satu sama lain. Jejaka itu turut serta bersama  rombongan ke Sumedang. Jejaka itu dikenal sebagai sang pemberani (teuneung ludeung tur leber wawanen), cekatan dalam olah ilmu kanuragan (parigel), sehingga disebut Kadiran (wanian).

Dalam kisah lain, adalah ketika Patih Jaya Perkosa diperintahkan untuk menyerahkan surat Ratu Harisbaya kepada Pangeran Giri Laya Cirebon. Patih Jaya Perkosa mengorganisir pasukan mengatur taktik untuk menghadapai segala kemungkinan, termasuk mengorganisir pasukan yang dipimpin oleh Eyang Terong Peot, Eyang Nangganan dan Eyang Wirajaya di wilayah Tomo dalam menghadapi kemungkinan Cirebon melakukan serangan ke Sumedang. Disamping itu Patih Jaya Prakosa menyiagakan barisan penjagaan dengan mempersiapkan pasukan di daerah Pajagan untuk mengamankan Eyang Gusti Sunan Pada (Mertua Prabu Geusan Ulun) yang awalnya berposisi di makam Waru - Karedok diamankan ke wilayah atas yang disebut Pageur Ageung bersebelahan dengan Gunung Cangkuang, Gunung Kendal dan Gunung Jayagung.

Mbah Gede (Layang Dikusumah) berputra Eyang Kadiran Suami Nyimas Mayang Kusumah) ketika memimpin pasukan Barisan Pangjagaan Pager Ageung untuk melindungi Eyang Sunan Pada (mertua Prabu Geusan Ulun) dari ancaman pasukan Cirebon dan segala kemungkinan ketika Eyang Jaya Perkosa menyampaikan pengajuan surat talak Ratu Harisbaya ke Cirebon. Oleh karena itu Eyang Gusti Sunan Pada dipindahkan terlebih dahulu ke wilayah atas yang sudah disiapkan yaitu di Pager Ageung (Kini Cisahang) antara Gunung Kendal, Jayagung, Gunung Cangkuang dan Gunung Leutik.


Barisan Pangjagaan ini disusun dalam 3 Lapisan:
  1. Daerah Pager Ageung (Pangjagaan) dipimpin oleh Ki Ajar Gede (Layang Dikusumah) sebagai Panglima Jurit (Komandan Kompi). Eyang Kadiran ditempatkan sebagai Hulu Jurit (Komandan regu atau Skuadron) ditemani oleh Sanghyang Ambu yang saat itu telah menjadi istrinya. Eyang Prebu di ditugaskan di Kendal, buyut Purugul di Gunung Cangkuang, Eyang Kaula Jaya Kula Maya di Cipipisan dan Embah Suba di Gubrul.
  2. Daerah Jami Bakih (Cilopang) dipimpin oleh Embah Sacadinanga, Buyut Kalong dan pasukannya.
  3. Daerah Pager Rucukan (Situraja) dipimpin oleh Buyut Merah dan pasukannya

Sumber:
  1. "Uar Babad Pajagan Situraja Sumedang: Layang Kusumah sareng Mayang Kusumah" oleh Dedie Kusmayadi. Cipakudarmaraja.blogspot.com Diakses 18 Juni 2020.
  2. "Situs Batu Kuya Pangeureunan" Kemdikbud.go.id Diakses 18 Juni 2020.
Baca Juga

Sponsor