Cari

Nusantara Negeri Shambhala?


Ada sebuah legenda, bahwa di suatu tempat di Tibet, diantara puncak-puncak bersalju Himalaya dan lembah-lembah yang terpencil, ada sebuah surga yang tidak tersentuh, sebuah kerajaan dimana kebijakan universal dan damai yang tidak terlukiskan berada. Sebuah kerajaan yang disebut Shambhala

James Hilton menulis mengenai kota mistik ini pada tahun 1933 di dalam bukunya yang berjudul "Lost Horizon". Hollywood lalu mengangkatnya dalam film produksi tahun 1960, "Shangri-la". Bahkan penulis terkenal James Redfield yang menulis The Celestine Prophecy juga menulis satu buku yang berjudul "The Secret of Shambhala: In Search of the Eleven Insight." Shambhala yang misterius ini juga dianggap sebagai sumber bagi Kalachakra, yaitu cabang paling tinggi dan esoterik dalam mistik Tibet. 

Legenda mengenai Shambhala sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Kita bisa menemukan catatan tentang kerajaan ini di dalam teks-teks kuno seperti Kalachakra dan Zhang Zhung bahkan sudah ada sebelum agama Budha masuk ke Tibet.

Kata Shambhala berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "Tempat kedamaian" atau "Tempat keheningan". Kerajaan ini memiliki ibukota bernama Kalapa dan diperintah oleh raja-raja dinasti Kulika atau Kalki. Di tempat inilah makhluk hidup yang sempurna dan semi sempurna bertemu dan bersama-sama memandu evolusi kemanusiaan. Hanya mereka yang murni hatinya yang dapat tinggal di tempat ini. Disana mereka akan menikmati kebahagiaan dan kedamaian dan tidak akan sekalipun mengenal penderitaan.

Konon di kerajaan itu, cinta kasih dan kebijakanlah yang memerintah. Tidak pernah terjadi ketidakadilan. Penduduknya memiliki pengetahuan spiritual yang sangat mendalam dan kebudayaan mereka didasari oleh hukum, seni dan pengetahuan yang jauh lebih tinggi dibanding dengan pencapaian yang pernah diraih dunia luar. 

Banyak petualang dan penjelajah telah berusaha mencari kerajaan mistik ini. Menurut mereka, mungkin Shambhala terletak di wilayah pegunungan Eurasia, tersembunyi dari dunia luar. Sebagian lagi yang tidak menemukannya percaya bahwa Shambhala hanyalah sebuah simbol, penghubung antara dunia nyata dengan dunia yang ada di seberang sana. Tapi, sebagian orang lagi percaya bahwa Shambhala adalah sebuah dunia yang nyata.

Menurut Teks kuno Zhang Zhung, Shambhala identik dengan Lembah Sutlej di Himachal Pradesh. Sedangkan bangsa Mongolia mengidentikkannya dengan lembah-lembah tertentu di Siberia selatan.

Informasi mengenai kerajaan ini sampai ke peradaban barat pertama kali lewat seorang misionaris katolik Portugis bernama Estevao Cacella yang mendengar kisah ini dari penduduk setempat. Lalu pada tahun 1833, seorang cendikiawan Hungaria bernama Sandor Korosi Csoma bahkan menyediakan kordinat Shambhala yang dipercaya berada diantara 45' dan 50' lintang utara.

Menarik, menurut catatan Alexandra David Neel yang telah menghabiskan sebagian hidupnya di Tibet, Shambala ternyata tidak hanya dikenal di Tibet. Jauh di utara Afghanistan, ada sebuah kota kecil yang bernama Balkh, sebuah kota kuno yang juga dikenal sebagai "ibu dari kota-kota". Legenda masyarakat Afghanistan modern menyatakan bahwa setelah penaklukan oleh kaum Muslim, kota Balkh sering disebut sebagai "Lilin yang terangkat" atau dalam bahasa Persia dikenal dengan sebutan "Sham-I-Bala". Entahlah, kita tidak tahu pasti apakah kota ini berhubungan dengan Shambhala yang misterius atau tidak.

Legenda Shambhala kemudian menarik perhatian seorang penganut esoterik dan teosofi bernama Nicholas Roerich (1874-1947). Dalam keingintahuannya, ia menjelajahi gurun Gobi menuju pegunungan Altai dari tahun 1923 hingga tahun 1928. Perjalanan ini menempuh 15.500 mil dan melintasi 35 puncak-puncak gunung tertinggi di dunia. Namun usaha yang luar biasa ini tetap tidak dapat menemukan kerajaan itu.

Bahkan Nazi yang juga sangat berkaitan dengan dunia esoterik pernah mengirim ekspedisi pencarian Shambhala pada tahun 1930, 1934 dan 1938.

Tapi, tidak satupun dari antara mereka yang berhasil menemukannya.

Edwin Bernbaum menulis dalam "The Way of Shambhala" :
"Sementara penjelajah mendekati kerajaan itu, perjalanan mereka menjadi semakin sulit dilihat. Salah satu pendeta Tibet menulis bahwa peristiwa ini memang dimaksudkan untuk menjauhkan Shambhala dari para barbar yang berniat untuk menguasainya."
Apa yang ditulis oleh Bernbaum sangat berkaitan dengan ramalan Shambhala. Menurut ramalan itu, umat manusia akan mengalami degradasi ideologi dan kemanusiaan. Materialisme akan menyebar ke seluruh bumi. Ketika para "barbar" ini bersatu dibawah komando seorang raja yang jahat, maka barulah kabut yang menyelubungi pegunungan Shambhala akan terangkat dan pasukan raja ini dengan persenjataan yang mengerikan akan menyerang kota itu.

Lalu raja Shambhala ke-25 yang bernama Rudra Cakrin akan memimpin pasukannya untuk melawan pasukan Barbar itu. Dalam pertempuran itu, raja yang jahat dan pasukannya berhasil dihancurkan dan umat manusia akan dikembalikan ke dalam kedamaian.

Beberapa cendikiawan seperti Alex Berzin, dengan menggunakan perhitungan dari Tantra Kalachakra, percaya bahwa peristiwa ini akan terjadi pada tahun 2424 Masehi.

Ketika kebudayaan timur bergerak ke barat, mitos Shambhala bangkit dari dalam kabut waktu. Saya rasa, kerinduan akan kedamaianlah yang telah menyebabkan umat manusia berusaha menemukan kerajaan utopia ini. Mungkin kita tidak akan pernah menemukan Shambhala, namun mungkin juga kita tidak perlu mencari terlalu jauh.

Sebuah kisah kuno dari Tibet menceritakan bahwa suatu hari ada seorang anak muda yang bersiap untuk mencari Shambhala. Setelah menjelajahi banyak gunung, ia menemukan sebuah gua. Di dalamnya ada seorang pertapa tua yang kemudian bertanya kepada anak muda itu : "Kemanakah tujuanmu sehingga engkau rela menjelajahi salju yang tebal ini ?"

"Untuk menemukan Shambhala," Jawab anak muda itu.

"Ah, engkau tidak perlu pergi jauh." Kata pertapa itu. "Sesungguhnya Kerajaan Shambhala ada di dalam hatimu sendiri."

Nusantara Negeri Sambhala?
Kembali ke Judul, legenda ini dinisbatkan bahwa lokasinya di Tibet. Jauh rasanya. Tetapi, kita coba mengulas tulisan sebelumnya: Izinkan Kita Menggali Situs Budaya Nusantara, Please! Boleh dong kita memiliki sejarah bangsa yang adiluhung tanpa harus "mengutuk" diri sendiri hehehe

Ada juga kepercayaan bahwa Shambhala merupakan tempat makhluk luar angkasa yang menurut orang tersebut memiliki perlindungan spritual sehingga sulit ditemukan. Menurut mereka, ada banyak pintu menuju kerajaan Shambhala yang berada diseluruh dunia:
1. Taman Nasional Gua Mammoth di Kentucky, AS
2. Gunung Shasta di California, AS yang juga diyakini terdapat kota Agharta dibawah gunung itu
3. Kota Manaus, Brazil
4. Mato Grosso, Brazil
5. Air Terjun Iguacu, perbatasan Brazil dan Argentina
6. Gunung Epomeo, Italia
7. Pegunungan Himalaya, Tibet
8. Pyramid of Giza, Mesir
9. King Solomon’s Mines
10. North and South Poles

Namun yang jelas, Kerajaan itu belum diyemukan hingga saat ini meski ada yang meyakini bahwa para biksu yangmencari tempat itu sudah menemukan dan tinggal disana.

Daripada kita mengaitkan sejarah Nusantara dengan kisah-kisah yang ada dalam Al-Kitab agama Samawi (agama Langit) cenderung menimbulkan kontroversi yang berujung saling hujat, hina dan mengkafirkan satu sama lain. Bukankah lebih "aman" kalau kita meng-Klaim NEGERI SAMBHALA sebuah negeri yang penuh Cinta, adil dan makmur.

Baiklah kita mulai. Lokasi Sambhala disebut-sebut di Tibet. Namun, para penjelajah sudah menelusurinya dengan mengarungi lautan padang pasir gurun Gobi, hingga ke gunung-gunung di Afrika. Hmmm... belum pernah meneliti ke Nusantara?

Di Nusantara juga memilki gunung-gunung tinggi, bahkan Puncak Caya di pegunungan Jaya Wijaya Papua Barat termasuk gunung tertinggi. Bahkan di Jawa sendiri masih banyak gunung-gunung yang dianggap misteris. Selain itu, budaya prasejarah Nusantara sering berkaitan dengan gunung.

Di Pulau Jawa khususnya Tantra Kalacakra dangat dikenal dalam ilmu kejawen. Kembali mengutip bagian tulisan di atas bahwa, ketika kebudayaan timur bergerak ke barat, mitos Shambhala bangkit dari dalam kabut waktu. Saya rasa, kerinduan akan kedamaianlah yang telah menyebabkan umat manusia berusaha menemukan kerajaan utopia ini. Mungkin kita tidak akan pernah menemukan Shambhala, namun mungkin juga kita tidak perlu mencari terlalu jauh.

Konon, ajaran Tantra Tibet menurut penulis Barat, berasal dari Pulau Jawa. Selama Ribuan tahun, bangsa kita tidak lagi mengenal Tantra. Ajaran ini kembali lagi dari Tibet ke Nusantara. karena banyaknya pihak yang mengganggu ajaran Trantra, maka ajaran ini hanya disampaikan secara tertutup.

Apa itu Tantra Kalachakra?
Menurut wikipedia, Kalachakra adalah istilah yang digunakan dalam Buddhisme aliran Vajrayana yang berarti roda waktu atau siklus waku -"time-cycles".

"Kālacakra" biasanya digunakan untuk merujuk kepada ajaran yang sangat kompleks dan praktek dalam agama Buddha Tibet. Meskipun ajaran ini sangat maju dan esoteris, ada tradisi yang menarik khalayak yang besar.

Menurut RimeBudhism.com Kalachakra sebagai roda waktu, tidak benar-benar berarti roda dalam arti harfiah. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat Kalachakra dari beberapa dimensi atau tingkat pemahaman.

Kalachakra Mandala
Sebuah representasi simbolis dari alam semesta eksternal
Outer Level (Tingkat Luar)
Pada tingkat yang paling dangkal, kita hanya bisa mengatakan bahwa Kalachakra adalah sifat dari segala sesuatu. Atau dengan kata lain, segala sesuatu yang ada adalah sifat siklus waktu. Tidak ada yang ada di luar nexus konstan ini mengubah siklus. Jika kita melihat ke luar untuk alam semesta dengan banyak galaksi dan sistem surya, kita dapat melihat siklus tak berujung perubahan bermain di atas masa lalu, sekarang dan masa depan. Ini adalah cara ini, bahwa setiap hal yang terkandung dalam Outer Kalachakra.

Inner Level (Tingkat Batin)
Pindah dari makro ke mikro, kita kemudian dapat mempertimbangkan sifat makhluk yang menghuni alam semesta ini. Pada tingkat orang indivudual, Kalachakra dapat dipahami sebagai struktur yang sangat halus tubuh dan pikiran seseorang. Hal ini dikenal sebagai Inner Kalachakra. Ini tidak hanya mencakup struktur, tetapi juga pengaruh dinamis yang kompleks pikiran / tubuh memiliki di alam semesta sekitarnya. Oleh karena itu, melalui pemahaman batin Kalachakra ini kita dapat membebaskan diri dari dominasi kondisi eksternal dan mengubah pengalaman kami dalam rangka menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai.

Deepest Level (Tingkat terdalam)
Jika kita pergi lebih dalam meskipun, kita menemukan apa yang disebut sebagai Murni bentuk Kalachakra (juga dikenal sebagai Kalachakra Alternatif). Pada tingkat ini kita masih berbicara tentang siklus waktu, tetapi arti dari kata-kata ini menjadi benar-benar berbeda.

Pada tingkat akhir ini, kita berbicara tentang siklus berubah atau berubah dari waktu, yang merupakan gabungan dari kebahagiaan abadi dan bentuk kosong. serikat ini digambarkan oleh dewa Kalachakra dalam persatuan dengan istrinya. Aspek maskulin Kalachakra merupakan pikiran kebahagiaan kekal, sementara aspek perempuan dari Vishvamatha merupakan bentuk kosong luhur. Kedua adalah sebenarnya dari satu esensi, yang mewakili sifat absolut kita sendiri.

Ego diri kita adalah kombinasi dari alam semesta eksternal dan keberadaan internal kami. diri sejati kita meskipun adalah tingkat absolut ini terdalam, kebenaran suci kami. Melalui berlatih dengan tubuh halus kita dan pikiran, kita dapat memurnikan persepsi kursus kami dan pengalaman, sehingga pembukaan mandala lengkap bentuk murni Kalachakra.

Cara Praktek Kalachakra
Berlatih Kalachakra adalah cara yang paling konstruktif dan menguntungkan untuk mengungkap kebenaran suci kita sendiri, dan merupakan metode yang mendalam yang dapat memungkinkan seorang praktisi yang serius untuk mendapatkan keadaan yang sempurna Ke-buddha-an dalam seumur hidupnya.

Meskipun beberapa tradisi Tibet menawarkan Kalachakra Tantra, tradisi Jonan adalah satu-satunya tradisi yang telah diawetkan seluruh sistem praktek Kalachakra. Ini termasuk semua praktek yang luas dari pendahuluan mendasar hingga proses selesai terdiri dari enam yoga. Tradisi ini telah dipraktekkan selama berabad-abad di bagian terpencil Tibet, tak tersentuh oleh politik atau modernisasi. Jika ingin menerapkan keaslian dan kemurnian praktek-prektek ala Tibet, hampir mustahil kita masih bisa tenemukan hari ini.

Baik, kita tidak akan membahas terlalu rinci praktek Tantra Kalachara .Bagi yang tertarik, silahkan kunjungi dalailama.com dan RimeBudhism.com bisa juga membaca buku Dalai Lama, Kalachakra Tantra Initiation Rites and Practices (London: Wisdom Publications, 1985), and Geshe Lhundup Sopa eral, The Wheel of Time: The Kalachakra in Context (Madison. Wisconsin USA: Deer Park Books, 1985).

Tantra Kalachakra di Jawa
Peter Levenda, menulis Buku "Tantic Temple" (Ibis Press, China 2011) yang menceritakan praktek-praktek eros tranta di Pulau jawa. kilasan ini bagian terkecil dari praktek tantra secara keseluruhan. Selain itu ada buku "Pilgrimage to Java: An Esoteric History" karya Olivia de Haulleville (iUniverse, USA 2000)


Dalam tradisi Jawa kuno dan juga India, Tantra telah menjadi salah satu cabang yang paling diabaikan sdalam tudi spiritual India (apalagi di Jawa) meskipun sejumlah besar teks yang ditujukan untuk praktek ini, telah ada pada abad ke-5-9 Masehi di India dan di Jawa pada masa Kerajaan-kerajaan Hindu Awal.

Banyak orang masih menganggap tantra menjadi penuh kata-kata kotor, erotis dan tidak layak bagi orang-orang. Hal ini juga sering dituduh sebagai semacam ilmu hitam. Namun, dalam kenyataannya, tantra adalah salah satu tradisi yang paling penting, yang mewakili aspek praktis dari tradisi agama.

Sikap keagamaan tantriks dasarnya sama dengan para pengikut antar agama di Nusantara pada masa lalu. Hal ini diyakini bahwa tradisi tantra adalah bagian dari pohon ajaran utama. Aspek yang lebih kuat dari agama dilanjutkan dan dikembangkan dalam tantra. Umumnya tantriks dalam Hindu menyembah Dewi Shakti atau Dewa Siwa.

Arti "Tantra"
Kata "tantra" berasal dari gabungan dua kata "tattva" dan "mantra". "Tattva" berarti ilmu prinsip kosmik, sementara "mantra" mengacu pada ilmu suara mistik dan getaran

Pengembangan kebatinan di pulau jawa sejak zaman kerajaan-kerajaan hingga hari ini masih ada. Hanya saja di Jawa, Kalachakra sering dipandang berkaitan dengan ilmu ghaib dan kesaktian. Bahkan kita mengenal rajah kalacakra. Sebenarnya ajaran Kejawen tentang Kalachakra bukan melulu soal kesaktian, tetapi juga soal kedamaian dan ketenteraman hidup.

Mengutip blog ahmadsamantho, dalam budaya Jawa “Kala” atau “Kolo” bermakna “sial”.  Yakni dipercaya bahwa kala adalah pembawa sial. Apakah begitu dulunya? Jadi mantra Kalacakra dipercayai sebagai ajian penolak sial, entah bermula darimana sampai adanya pergeseran makna. Sering kita menadapati ajimat simbol kolocokro (kalachakra).

Dalam aliran Vajrayana/Tantrayana, Kala adalah salah satu pelindung Dharma yang berkuasa atas WAKTU (Wheel of Time). Tapi dari budaya yang berkembang berikutnya di Pulau Jawa, saya percaya kesaktian-kesaktian kejawen muncul. Baca juga: Tantrayana Pernah Berkembang Luas di Indonesia

Perhatikan Kalchakra Mandala di atas, berikutnya ditampilkan Kalachakra Mandla 3D
Gambar dari 'real' 3D Kalachakra mandala dibuat di Amerika Serikat oleh Arjia Rinpoche

Bandingkan dengan borobudur (ilustrasi oleh: dwiafrianti

Kembali ke pembahasan Kerajaan Negeri Sambhala.Sangrila. Adalah sebuah negeri yang penuh kedamaian. Shambhala yang berarti "Tempat kedamaian" atau "Tempat keheningan". Kerajaan ini memiliki ibukota bernama Kalapa dan diperintah oleh raja-raja dinasti Kulika atau Kalki. Di tempat inilah makhluk hidup yang sempurna dan semi sempurna bertemu dan bersama-sama memandu evolusi kemanusiaan. Hanya mereka yang murni hatinya yang dapat tinggal di tempat ini. Disana mereka akan menikmati kebahagiaan dan kedamaian dan tidak akan sekalipun mengenal penderitaan.

Konon di kerajaan itu, cinta kasih dan kebijakanlah yang memerintah. Tidak pernah terjadi ketidakadilan. Penduduknya memiliki pengetahuan spiritual yang sangat mendalam dan kebudayaan mereka didasari oleh hukum, seni dan pengetahuan yang jauh lebih tinggi dibanding dengan pencapaian yang pernah diraih dunia luar. 

Hmmm.. saya lebih asik berimajinasi andai Shambala adalah Nusantara! Jangan ada yang ganggu imajinasi saya ya. Tak akan merugikan kok! hehehe

Kehadiran kisah-kisah di Pulau Jawa yang berkaitan dengan "Ratu Adil" banyak tersebar dan secara turun temurun disampaikan hingga kita. Kalachakra Mandala terlihat jelas dalam bagunan megah Candi Borobudur. Pembangunan bersejarah bangsa kita itu tentu dilakukan dalam kondisi negeri yang nyaman, makmur dan tentram.

Menelusuri nama Borobudur. Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.

Hilangnya Borobudur.
Apa yang ditulis oleh Edwin Bernbaum dalam "The Way of Shambhala", sangat berkaitan dengan ramalan Shambhala

Menurut ramalan itu, umat manusia akan mengalami degradasi ideologi dan kemanusiaan. Materialisme akan menyebar ke seluruh bumi. Ketika para "barbar" ini bersatu dibawah komando seorang raja yang jahat, maka barulah kabut yang menyelubungi pegunungan Shambhala akan terangkat dan pasukan raja ini dengan persenjataan yang mengerikan akan menyerang kota itu.

Dan ada keyakinan bahwa raja Shambhala yang ke-25, Rudra Cakrin akan memimpin pasukan untuk melawan sebuah pasukan yang jahat dan raja itu akan menjadi pemenang. Alex Berzin, seorang cendekiawan meramalkan bahwa peristiwa itu akan terjadi pada tahun 2424 Masehi.

Lukisan karya G.B. Hooijer (dibuat kurun 1916—1919) merekonstruksi suasana di Borobudur pada masa jayanya
Sumber: wikipedia
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Borobudur ditinggalkan....

Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. 

Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 M dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825 M.

Tidak seperti candi lainnya yang dibangun di atas tanah datar, Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m (869 ft) dari permukaan laut dan 15 m (49 ft) di atas dasar danau purba yang telah mengering.

Keberadaan danau purba ini menjadi bahan perdebatan yang hangat di kalangan arkeolog pada abad ke-20; dan menimbulkan dugaan bahwa Borobudur dibangun di tepi atau bahkan di tengah danau. Pada 1931, seorang seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Dataran Kedu dulunya adalah sebuah danau, dan Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau.[13] Bunga teratai baik dalam bentuk padma (teratai merah), utpala (teratai biru), ataupun kumuda (teratai putih) dapat ditemukan dalam semua ikonografi seni keagamaan Buddha.

Menghubungkan Negeri Shambala dengan Borobudur lebih mudah karena masih dalam kerangka ke-Budha-an. Mungkinkah raja-raja wangsa Syailendra ingin membangun kota Ideal Sambhala di Jawa? Ataukah Kota Shambala dalam kisah Tibet adalah Mataram Kuno? Akankah Raja Shambhala yang ke-25, Rudra Cakrin  tahun 2024 akan memimpin pasukan untuk melawan sebuah pasukan yang jahat berkaitan dengan Borobudur? atau benar kata pertapa itu. "Sesungguhnya Kerajaan Shambhala ada di dalam hatimu sendiri."

Mugia Sagung Dumadi
Baca Juga

Sponsor