Cari

"Belajar dari ISIS", Islam Indonesia Harus Lebih Bijak dan Toleran


"Belajar dari ISIS", maksudnya kita harus bercermin dari kejadian gejolak Islam akibat revolusi yang dilakukan khalifah Islam Iraq dan Syiria (ISIS). Dimana tindakan kekerasan menyebabkan murtadnya kelompok-kelompok Muslim di Irak. mereka ramai-ramai meninggalkan Islam. Bagaimana Islam di Indonesia?

Islam Indonesia Harus Lebih Bijak dan Toleran. Maaf ini tulisan saya (penulis) yang kurang ilmu dan pemahaman agama. Namun saya dibesarkan dilingkungan pesantren. Ayah saya Ustadz dan kakek buyut Saya juga ikut seta dalam serta dalam pendirian Persatuan Umat Islam Indonesia (PUI). Mbah saya juga sempat menjabat Ketua MUI di Kabupaten Majalengka Jabar.

Tulisan ini adalah bentuk kekhawatiran saya secara pribadi terhadap efek yang timbul akibat gejolak Islam di Timur-tengah serta perubahan sikap saudara Muslim di indonesia yang agak kurang toleran. Kekhawatirannya adalah munculnya Antipati terhadap Islam. Jika tetap kita tidak menampilkan Islam yang bijak dan toleran serta mengamalkan sikap yang satun dan penuh penghormatan pada sesama, Insya Allah Islam akan tetap ada di Bumi Nusantara.

Seperti pernah di bahas pada IndonesiaAndalusia Baru?, menurut Zacky Khairul Umam, Ketua Tanfidz Nahdlatul Ulama di Jerman, kandidat doktor di Freie Universitaet Berlin, Indonesia terancam menjadi Andalusia (Spanyol) baru. Dimana dahulu pernah ada Islam di Spanyol.

Runtuhnya Islam akibat fundamentalisme
Sebelum Andalusia jatuh di tangan Monarki Katolik abad ke-15, ia sebetulnya perlahan-lahan menyusut dari dalam disebabkan oleh kekuasaan yang ditopang fundamentalisme agama. Ini terjadi sejak Andalusia dicaplok oleh rezim al-Murabitun, dan lebih parah lagi saat dipegang rezim al-Muwahhidun.

Karya-karya al-Ghazali saja dibakar oleh keputusan politik, serupa ketakutan penguasa Kristen pada karya-karya Ibnu Rusyd. Perlahan tapi pasti Andalusia tidak lagi menjadi ideal bagi kemajemukan. Penganiayaan dan pembunuhan atas non-muslim meningkat. Filsafat menurun drastis. Keluarga beken Yahudi eksil, berpindah melalui jaringan Mediterania di dunia muslim yang lain.

Dalam masa kini yang jauh lebih maju tetapi juga rumit, seharusnya berbagai jabatan publik yang dikuasakan kepada non-Muslim sudah tidak menjadi pertanyaan lagi. Entah itu di kementerian, gubernur provinsi, dan tingkat di bawahnya. Ukuran konstitusi, yang kita anggap sebagai kontrak sosial-politik yang mengikat, sudah jelas: kewarganegaraan.


Ini bahkan mengandung pengertian radikal bahwa siapapun boleh menjadi Presiden Republik Indonesia. Bahwa siapa yang akhirnya lolos dalam negosiasi politik melalui pemilu adalah hasil dari suara mayoritas—suatu gambaran psikologis yang wajar, seperti halnya terjadi dalam politik protestanisme Amerika yang memiliki kisah tragis John F. Kennedy pengikut Katolik Roma itu.

Indonesia Lebih Mirip Kurdi daripada Andalusia (spanyol)
Jika di Andalusia, Muslim ramai-ramai meninggalkan Islam karena kekuatan Monarki katolik, maka kemungkinan di indonesia lebih mirip dengan Kurdi. Di Indonesia agama yang sekarang eksis: Hindu, budha, Islam, Protestan, katolik dan Khonghucu, sebagai agama mainstream gagal membuat umatnya merasa tentram, damai dan penuh cinta kasih antar sesama manusia dengan tetap berpegang teguh pada agamanya.

Memang Allah menjamin bahwa Islam akan tetap ada di muka Bumi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa Islam akan tetap eksis di bumi Nusantara. Semua memerlukan ikhtiar kita sebagai Muslim.

Terus terang saya sebagai Muslim yang dibesarkan di kalangan pesantren merasa khawatir. Anda bisa melihat dalam beberapa tulisan saya yang selalu menghindari pembahasan tema dengan mengutip literatur Islam. Masalahnya ketika saya mengutamakan dalil naqli Islam, cenderung seperti "Pisau bermata dua" memposisikan Islam sebagai pendukung dianggap salah, apalagi mengkritik islam. Makanya saya pun lebih suka menghindari pembahasan dengan mengutip al-quran dan Hadits. yang sudah terlanjur pun terbukti banyak hinaan dan mengkafirkan saya.

Jika kita terlalu mengedepankan saling hina, saling mengkafirkan sementara ia masih se-iman dengan kita, maka bahayanya adalah mereka akan memilih kembali ke agama leluhur kita di Nusantara.

Bukankah gejala munculnya kembali Agama Purba Nusantara sudah terlihat?

Salam
.
Baca Juga

Sponsor