Cari

(Lagi) Ramalan Kiamat 29 Juli 2016

Ilustrasi

Berita Hoax tentang ramalan berakhirnya dunia, yaitu kiamat telah sering kita dengar dan mudah didapatkan dari dunia maya. Kini... Ramalan Kiamat 29 Juli 2016. Benarkah? hampir bisa dipastikan jawabannya TENTU TIDAK BENAR. Mengapa demikian? ya... lagi... lagi.. dan lagi... informasi tentang kiamat adalah Hoax. Bukan saja tidak memenuhi kebenaran sesuai konsepsi agama, bahwa tiada seorang pun tahu kapan hari kiamat, tetapi juga penyebar isu ini telah dicap sebagai sumber tidak kredible.


Meski di awal telah dibahas bahwa sumber kurang kredible, tulisan ini dibuat dengan maksud bahwa berkembangnya informasi mengenai kiamat seringkali dikaitkan dengan Fenomena Alam yang BENAR kejadiannya. Selanjutnya dihubung-hubungkan menjadi kesatuan yang "seolah-olah" benar.

Sekali lagi meskipun dipaksakan dihubungkan, namun fenomena alam yang terjadi memerlukan kewaspadaan tinggi bagi kita atas kemungkinan terjadinya bencana (kiamat kecil) meskipun tidak berarti menjadi tanda berakhirnya dunia ini.

Kali ini, penyebab munculnya Ramalan Kiamat 29 Juli 2016 adalah

1. Noda Hitam di Permukaan Matahari
Badan Antariksa Amerika Serikat NASA menemukan area besar berwarna hitam tumbuh di permukaan Matahari. Penemuan tersebut pertama kali diketahui oleh pesawat angkasa luar, Solar Dynamics Observatory.

Sejumlah orang yang melihat foto tersebut merasa takut terhadap area hitam besar di permukaan Matahari. Namun Badan Antariksa Amerika Serikat mengatakan, tak ada yang perlu dikhawatirkan atas fenomena itu.

NASA menjelaskan, area gelap tersebut merupakan lubang korona versi besar, di mana menjadi fenomena yang sering terjadi di permukaan Matahari.

"Lubang korona merupakan wilayah dengan kepadatan rendah di atmosfer Matahari, atau disebut dengan korona," tulis NASA.

"Karena mereka mempunyai sedikit materi Matahari, mereka memiliki temperatur yang lebih rendah, sehingga tampak jauh lebih gelap dari sekitarnya."

Badan antariksa mengatakan, area tersebut dapat mengambil seperempat dari permukaan Matahari dan diciptakan oleh celah dalam medan magnet, demikian seperti dikutip dari News.com.au, Senin (18/7/2016).

"Lubang korona adalah sumber angin berkecepatan tinggi dari partikel Matahari yang mengalir," jelas NASA.

Walaupun memancarkan aliran partikel bermuatan tinggi yang tak berdampak negatif terhadap Bumi, namun hal tersebut dapat memberi masalah bagi satelit komunikasi yang terdiri dari alat elektronik sensitif.

Namun beberapa orang tak sepenuhnya mempercayai penjelasan NASA. Fenomena tersebut pun memicu munculnya teori konspirasi yang memprediksi bahwa kehidupan di Bumi akan berakhir pada 29 Juli 2016.

2. Pergeseran Kutub Bumi
Seperti dikutip dari Metro.co.uk, kehancuran konon akan ditandai dengan kota-kota yang runtuh saat kutub Bumi terbalik.

Kabar tentang hari terjadinya kiamat lagi-lagi berembus. Kali ini kelompok End Times Propechies menyebut bahwa 29 Juli 2016 akan menjadi akhir dari kehidupan di dunia.

End Times Propechies menjelaskan penyebab kiamat 29 Juli dengan mengunggah video berdurasi 17 menit berjudul “Why The World Will End Surely On 29 July 2016".

Kelompok yang dikenal gemar mengembuskan isu kiamat itu memprediksi, bergesernya kutub magnetik Bumi akan memulai serentetan peristiwa yang menyebabkan berakhirnya kehidupan di dunia.

"Pergeseran kutub akan membuat bintang berlomba di langit dan ketidakstabilan Bumi akan menarik atmosfer yang membentuk gulungan awan," jelas video tersebut.

Pergeseran kutub Bumi merupakan fenomena geomagnetik di mana Kutub Utara perlahan-lahan bergerak ke kutub magnetik utara yang disebabkan pergeseran besi cair di inti Bumi.

Dikutip dari Inquisitr, Selasa (19/7/2016), ilmuwan membuktikan bahwa Bumi telah mengalami perputaran geomagnetik secara penuh setiap 780 ribu tahun.

Alih-alih bergeser secara mendadak, kutub magnetik akan bergerak perlahan di muka Bumi selama ribuan tahun. Sejak pertama kali ilmuwan mulai mencatat pergerakannya, kutub telah bergeser sejauh 965 kilometer.

Pergerakan kutub magnetik utara telah meningkat pada abad ke-20 dan saat ini telah bergeser sekitar 64,3 kilometer per tahun.

NASA memperhatikan bahwa pergerakan itu akan bertambah cepat antara 14 Juli hingga 19 Agustus. Tampaknya hal itu menjadi dasar ilmiah yang dijadikan kelompok 'peramal' itu atas klaim kiamat.

Badan antariksa Amerika Serikat tersebut mengonfirmasi bahwa pergeseran kutub geomagnetik memang sedang berlangsung. Namun mereka mengatakan, kita tak perlu panik karena penduduk Bumi sulit untuk melihatnya.

"Kondisi yang menyebabkan berbaliknya kutub tak sepenuhnya dapat diprediksi. Tak ada catatan geologi yang menunjukkan bahwa skenario kiamat yang berhubungan dengan berbaliknya kutub harus ditanggapi dengan serius," ujar NASA.

Sementara itu, End Times Prophecies mengkhawatirkan bahwa bergesernya kutub akan melemahkan medan magnet secara temporer yang melindungi makhluk Bumi dari radiasi Matahari.

Teori lain menyebutkan, bergesernya kutub akan mengubah rotasi Bumi yang menyebabkan kekacauan parah. Namun sekali lagi, NASA meminta kita agar tidak khawatir.

"Walaupun medan magnet melemah, atmosfer Bumi yang tebal mampu melindungi dari partikel Matahari," NASA menjelaskan.

Penting untuk diingat bahwa berbaliknya kutub magnetik Bumi secara utuh membutuhkan waktu ribuan tahun, sehingga proses tersebut bertanggung jawab atas semua perubahan cuaca drastis dan aktivitas seismik.

Menurut NASA, satu-satunya hasil dari pergeseran kutub adalah berubahnya arah kutub, sehingga alat penunjuk arah atau kompas harus diperbaiki.

Namun, itu bukan satu-satunya 'ramalan' akhir zaman tahun ini. Sebelumnya beredar kabar Bumi akan ditabrak asteroid pada 6 Mei -- yang ternyata tidak.

Ada lagi 'prediksi' yang menyebut Barack Obama akan mengungkap bahwa ia seorang Anti-Kristus pada Juni -- yang ternyata bohong belaka.

Bagaimana menurut Anda?
Baca Juga

Sponsor