Berbagai simbol penghormatan/dos/sembahyang kepada Tuhan Ilustrasi: madeinatlantis |
Telah banyak posting tentang Nusantara sebagai negeri para nabi. Namun, kritik saya terhadap beberapa tulisan yang "memaksakan" masuknya beberapa nabi dalam Agama Samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam) sebagai nabi yang ada di Nusantara. Bahkan mengaitkan situs Candi Borobudur dengan nabi Sulaiman juga termasuk yang saya pertanyakan. Adakah nabi lain yang hidup dan memimpin leluhur kita di Nusantara selain nama-nama yang termasuk 25 Nabi dan Rasul?
Kisah epik sosok nabi selalu mudah kita kenali sebagai berikut:
1. Sintesis: Sang nabi sendiri
2. Antitesis: Musuh nabi saat itu
3. Kasus: pelanggaran ajaran Tuhan yang dilakukan umatnya
4. Azab Tuhan terhadap umat tersebut
Selanjutnya diikuti dengan ritual-ritual keagamaan lainnya.
Beberapa Nabi dalam agama kita, Islam dan juga agama samawi lainnya, nabi-nabi tersebut menerima wahyu di atas sebuah gunung. Diantara nabi penerima wahyu di atas gunung adalah: Nuh AS, Musa AS, Muhammad SAW.
Kita tentu tahu bahwa dalam perkembangan manusia, manusia menghadapi hambatan transportasi dan komunikasi. Terutama pada jaman dahulu atau jaman kuno. Akan lebih sulit jika Tuhan mengirim 1 orang untuk semua bangsa. Akan lebih mudah jika masing-masing bangsa diberi 1 atau beberapa utusan dan setelah jarak antar masing-masing bangsa semakin dekat, dimana transportasi, komunikasi dan hubungan antar bangsa mulai lancar, Tuhan segera mengirimkan 1 orang utusan untuk menyatukannya. Baca juga: Nama-nama 313 Nabi Allah.
Sebenarnya ada 124.000 Nabi Allah. Dari 313 nabi tersebut mungkinkah ada seorang nabi di Nusantara? Saya kira sangat mungkin, apalgi kemungkinannya dari 124.000 nabi Allah: Tentu Sangat Mungkin!
Jadi langkah pertama adalah Tuhan mengirimkan masing-masing bangsa seorang atau beberapa orang utusan. Seperti halnya firman Allah :
[QS 10:47] Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.
[QS 35:24] …….Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.
Seiring bergantinya waktu maka para utusan itu telah meninggal sehingga tidak ada yang memberi peringatan lagi alias terputus. Dan yang terjadi adalah mulai ada penyimpangan-penyimpangan didalamnya. Itulah mengapa Allah selalu mengutus utusan terbarunya untuk memperbaiki hal ini.
[QS 5:19] Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: “Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan”. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tetapi yang namanya manusia selalu menuju kesesatan. Dari jaman Adam, jaman Hindhu, Budha, Zoroaster, Kristen dan lainnya selalu terjadi penyimpangan.
[QS 16:36] Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Sesungguhnya meski terjadi penyimpangan, hal itu tidak sampai menghilangkan ajaran hakiki dari Tuhan semesta alam. Dimana ajaran hakiki inilah ajaran yang selalu sama dan selalu diserukan oleh setiap Utusan. Inilah Wahyu hakiki Tuhan pada beberapa agama besar.
Menelusuri jejak Nabi Allah 313 itu saja membingungkan, apalagi 124.000. Selain itu kesulitan mengidentifikasi nama-nama 313 rosul yang berbahasa Araba. hanya beberapa nama dari 313 rosul yang masih bisa kita kenali, misalnya: Sam'un AS (Samson) berarti kisahnya di Palestina, Uzair AS dengan latar belakang jazirah Arab, ia seorang Bani Israil. Nama nabi Barwa AS, membingungkan. bisa kita asosiasikan dari India Barwa (बरवा) yang artinya tanah berpasir? Benarkah itu? Dimanakah itu? Tidak ada petunjuk awal menentukan lokasi nabi bernama Barwa. Apalagi nama nabi tidak menunjukkan nama kecil (nama aslinya), misalnya Idris AS, berasal dari bahasa Arab "daraja" karena gemar belajar. Sedangkan dalam agama Nasrani dikenal sebagai Enoch/hanokh/hanok atau konon nama kecilnya Khanukh (Akhnukh/Akhwnuk). Pertanyaan lagi, nama Idris AS dan Akhwnuk AS sama-sama tertulis dalam nama 313 rosul, jadi? dua nama itu sebenarnya 2 orang?
Bagaimana dengan nama-nama lainya? Wuiiihh... sulit menelusurinya. Harus dimulai dari sisi etimologi Bahasa yang bisa menjelaskan nama-nama Arab ditransliterasikan ke bahasa lainnya.
Menelusuri jejak Nabi Allah 313 itu saja membingungkan, apalagi 124.000. Selain itu kesulitan mengidentifikasi nama-nama 313 rosul yang berbahasa Araba. hanya beberapa nama dari 313 rosul yang masih bisa kita kenali, misalnya: Sam'un AS (Samson) berarti kisahnya di Palestina, Uzair AS dengan latar belakang jazirah Arab, ia seorang Bani Israil. Nama nabi Barwa AS, membingungkan. bisa kita asosiasikan dari India Barwa (बरवा) yang artinya tanah berpasir? Benarkah itu? Dimanakah itu? Tidak ada petunjuk awal menentukan lokasi nabi bernama Barwa. Apalagi nama nabi tidak menunjukkan nama kecil (nama aslinya), misalnya Idris AS, berasal dari bahasa Arab "daraja" karena gemar belajar. Sedangkan dalam agama Nasrani dikenal sebagai Enoch/hanokh/hanok atau konon nama kecilnya Khanukh (Akhnukh/Akhwnuk). Pertanyaan lagi, nama Idris AS dan Akhwnuk AS sama-sama tertulis dalam nama 313 rosul, jadi? dua nama itu sebenarnya 2 orang?
Bagaimana dengan nama-nama lainya? Wuiiihh... sulit menelusurinya. Harus dimulai dari sisi etimologi Bahasa yang bisa menjelaskan nama-nama Arab ditransliterasikan ke bahasa lainnya.
Agama Pra Hindu-Budha di Nusantara
Ada banyak tempat-tempat tinggi berupa puncak-puncak gunung yang dijadikan tempat menyepi dan meminta pentunjuk Tuhan di Nusantara. Beberapa Ajaran Kuno telah lama hadir di bumi pertiwi yang kita cintai ini.
Sunda Wiwitan di Jawa Barat
Sunda wiwitan sebagai ajaran (bila tidak boleh kita sebut agama) telah ada di Nusantara sebelum berdirinya kerajaan Hindu Tarumanagara (Abad ke-4 Masehi) bahkan Salakanagara (Abad ke-2 Masehi). Ciri agama Ilahi adalah Tuhan yang satu (Tauhid). Sunda wiwitan mengenal nama Tuhan sebagai sosok tunggal.
Untuk memahami ajaran Sunda Wiwitan, tentunya ada seseorang yang menyampaikannya. Bila ajaran awal mengandung unsur monoteisme, bisa kita klaim bahwa ia seorang pemberi peringatan Ilahi (nabi).
Untuk memahami ajaran Sunda Wiwitan, tentunya ada seseorang yang menyampaikannya. Bila ajaran awal mengandung unsur monoteisme, bisa kita klaim bahwa ia seorang pemberi peringatan Ilahi (nabi).
Sunda Wiwitan juga memiliki unsur monoteisme purba, yaitu di atas para dewata dan hyang dalam pantheonnya terdapat dewa tunggal tertinggi maha kuasa yang tak berwujud yang disebut Sang Hyang Kersa yang disamakan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kita ingat bahwa Agama samawi pun diturunkannya wahyu kepada umatnya sesuai bahasanya: Yahudi dengan bahasa Ibrani, Kristen dengan bahasa Ibrani dan islam dalam bahasa Arab. Pun demikian, nama Tuhan pun berbeda: Yahudi menyebut Eloh?yahwe, Nasrani: Allah dan Islam: Allah. Sunda Wiwitan menyebutnya: Sang Hyang Kersa.
Mohon tidak kita memaknai dengan kacamata kita di masa kini.Kita TIDAK BISA MEMAKSAKAN Sejaran Nusantara untuk menggunakan istilah-istilah agama samawi dalam menilai ajaran purba/kuno Nusantara. Kita tentu tahu bahwa dalam perkembangan manusia, manusia menghadapi hambatan transportasi dan komunikasi.
Kita tidak bisa menilai orang sunda dengan Sunda wiwitannya dalam bahasa dan Budaya Arab (dalam persfektif Islam) ataupun dalam persfektif budaya lain (seperti gambaran musafir Cina Ma Huan dan Fa Xian - baca juga: Perempuan Kerajaan Sunda Telanjang Dada?), karena orang sunda sekarang sudah lebih jauh dari gambaran orang sunda zaman pra-Hindu/Budha. Juga diri kita yang memandang sejarah Sunda juga jauh dipengaruhi sistem pendidikan dan pengetahuan kita yang lebih global. Sekarang kita ingin dengan OBJEKTIF menelusuri dari ajaran wahyu dari YANG MAHA KUASA di Nusantara. Maksudnya apa? Untuk mengetahui apakah ada nabi-nabi Allah di Nusantara!
Sunda Wiwitan mengenal tempat suci dengan sebutan Kabuyutan. Biasanya di puncak gunung. Nah... ada kesamaan sejarah sang pemberi peringan atau "nabi" menerima wahyu Ilahi di puncak gunung.
Dalam perkembangannya, manusia menghadapi kemajuan transportasi dan komunikasi. Adanya pelayanan antara negri mancanegara dengan Nusantara menciptakan interaksi sosial, ekonomi, budaya dan tentu saja agama. Selanjutnya ada adopsi atau sinkretisme agama-agama baru dalam Sunda Wiwitan.
Beberapa orang menerima agama-agama baru sepenuhnya (impor langsung, tanpa sinkretisme=murni), efeknya Kabuyutan yang suci dibiarkan rusak dan akhirnya hilang tanpa jejak. Hakekat Sunda Wiwitan adalah bertuhan yang Esa. artinya patuh dan tunduk kepada SANG MAHA KUASA
Penyimpangan dari sesungguhnya yang disampaikan sang pemberi pesan/mungkin terjadi.Bahkan sudah menjadi catatan fakta bahwa pendirian tempat suci, patung dan lainnya mewakili sosok oarng yang sangat tinggi derajat keagamaannya (saleh). Bahkan kita mengenal nama-nama berhala yang disembah musuh-musuh nabi agama samawi, melambangkan sosok orang saleh di zaman sebelumnya.
Sesungguhnya meski terjadi penyimpangan, hal itu tidak sampai menghilangkan ajaran hakiki dari Tuhan semesta alam. Dimana ajaran hakiki inilah ajaran yang selalu sama dan selalu diserukan oleh setiap Utusan. Inilah Wahyu hakiki Tuhan pada beberapa agama besar.
Peninggalan purba lelhur Nusantara di Pasunda/Jawa Barat yang tengah menjadi perhatian dunia adalah Situs Megalitikum Gunung Padang (Gunung Terang-pencerahan?). Gunung padang oleh masyarakat setempat sudah lama disebeut sebagai Kabuyutuan, satu dari banyak kabuyutan di Pasundan.
Alasan saya menulis ini, mengisi kekosongan periode tahun 6000 SM - 2 Masehi. Periode ini telah diidentifikasi oleh Jepang yang mengaku bahwa leluhur mereka dari Nusantara. Silah baca tulisan saya: Bangsa Jepang Turunan Jawa Sundaland? - Out of Sunda? Provenance of the Jōmon Japanese. Sering juga nusantara digadang-gadang sebagai Atlantis. Jika demikian, kita harus mengisi informasi seperti apa khidupan leluhur kita, agamanya, sistem sosialnya? Penilaian terhadap peninggalan purba, menjadi sulit bagi kita untuk objektif. Kabuyutan Gunung Padang, sering kita persamakan dengan istilah "piramida" di Mesir tentu bisa rancu hasilnya. Kabuyutan dan Piramida, bukan saja berbeda secara bahas tetapi secara khusus juga sangat berbeda. Kita mesti menggali dan menilai "petilasan" leluhur dengan segala keobjektifannya.
Demikian juga Ajaran/agama lainnya di Nusantara. Nama agama ini pun menjadi berbeda-beda di setiap wilayahnya seperti Isilah Sunda Wiwitan pada suku Sunda, Kejawen pada suku Jawa, Kaharingan/Tjilik Riwut pada suku Dayak, Hamalimon/Ugamo Malim pada suku Batak dan nama yang lain pada setiap suku yang berbeda. Sistem keagamaan monoteisme: kapitayan.
Selanjutnya datang pengaruh Indus dan China pada awal abad Masehi dan membentuk kerajaan-kerajaan baru dengan agama baru (Sumedangpress).
Pandangan Kolonialis Barat
Berbagai kajian telah dilakukan untuk mencari data tentang Etnis penghuni Nusantara, bahwa sejak masa "Berburu" pada jaman Purba, manusia sudah mengenal keyakinan dan harapan yang menjadi cikal bakal Agama Purba. Sejak jaman Pleistosen akhir para penghuni Nusantara sudah mengenal peradaban yang berkaitan dengan Agama, dari berbagai hasil budaya batu purba seperti Menhir, Dolmen, Yupa, Sarkofagus, dan punden berundak membuktikan bahwa penghuni sudah mengenal Agama dengan berbagai ritual pemujaanya. berlanjut ke jaman perunggu sampai ke jaman logam banyak ditemukan hasil galian yang berhubungan dengan penguburan mayat dan kegiatan sosial yang mengindikasikan bahwa ada hubungan antara prilaku sosial dan Agama pada kehidupan penghuni Nusantara.
P.Mus dalam L.Inde vue de I'est. Cultes Indiens Etindigenes au Champa menjelaskan bahwa pada zaman purbakala pernah terdapat kesatuan kebudayaan pada wilayah yang luas meliputi India, Indochina, dan Nusantara termasuk kepulauan di wilayah Pasifik, mereka percaya kepada sesuatu yang ghaib dibalik benda-benda yang besar dan luas yang telah memberi keberuntungan atau kesialan dalam kehidupan mereka, juga percaya bahwa ada orang-orang tertentu yang memiliki kedaulatan untuk memanggil, mendamaikan atau mengusir kekuatan ghaib tersebut. Kepercayaan tersebut yang disalah artikan oleh Ilmuan Orientalis dengan istilah Animisme dan Dinamisme.
Akar sejarah bangsa tidak boleh dicerabut, hanya karena kita tidak lagi menganut agamanya. Semoga bukti-bukti akan kita dapatkan Sebagai pembelajaran dan cermin dalam menentukan sejarah bangsa. Jangan lagi ada nada menyayat hati dari bangsa sendiri, seperti saat hancurnya Kerajaan Pajajaran, 8 Mei 1579 Masehi (Sumedangpress).
Makam-makam raja dibongkaran make siasyah Tumpas Kelor strategi Demak nyaeta anu salawasna ngaancurkeun hiji kabudayaan nepika ka akar-akarna. Matak ulah heran nepika ayeuna makam raja Sunda ampir taya nu nyesa, anu aya oge loba anu disamarkeun jadi makam waliyuloh sangkan henteu diancurkeun ku pasukan Islam jaman harita.
Makam-Makam raja dibongkar menggunakan "siasyah Tumpas Kelor" yaitu strategi Demak yang selalu menghancurkan sebuah kebudayaan sampai ke akar-akarnya. Makanya jangan heran sampai sekarang Makam Raja Sunda hampir tak bersisa, kalau pun yang masih ada disamarkan menjadi Makam waliyuloh supaya tidak dihancurkan oleh Pasukan Islam jaman itu.Begitu pula saat runtuhnya kerajaan Majapahit yang mengenaskan (silahkan baca: Dibalik Runtuhnya Kerajaan Majapahit (Hidden Story)). Ini menjadi pelajaran bagi bangsa kita.
JASMERAH, JAngan Sekali-kali MEninggalkan sejaRAH!
Semoga bermanfaat