Cari

Menelusuri Leluhur Urang Sunda

Ilustrasi: kisahasalusul
 
[Historiana] - Kata Sunda bisa mengandung berbagai arti yang secara umum berkaitan dengan suku Sunda di bagian barat Nusantara. Catatan sejarah tertua yang sudah ditemukan mengandung kata "Sunda" adalah prasasti Kebonkopi yang dibuat tahun 458 Saka (536 M, namun ada pula yang berpendapat bahwa prasasti ini dibuat tahun 854 Saka, 932 M) yang menunjuk pada kerajaan Sunda.
Kata ini kemungkinan berasal dari bahasa Sanskerta yang bisa berarti 'cahaya' atau 'air'. Dalam naskah historis lainnya menyebutkan Sunda merujuk pada ibukota Kerajaan Tarumanagara yang bernama Sundapura. Sehingga masyarakat yang menghuni wilayah tersebut dikenal sebagai orang Sunda yang disebut hingga kini. 

Kerajaan Tarumanagara merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang terbukti dengan bukti prasasti dan berita naskah kuno di negeri Tiongkok. Letak tepat kota Sundapura masih menjadi penelitian para ahli, apakah di Jakarta, Bekasi atau Karawang sekarang. Hanya di Karawang terdapat situs percandian Batujaya seluas 5 km persegi yang menunjukkan tumbuh kembangnya kebudayaan sejak abad 2 Masehi hingga abad 12 Masehi.

Kita telusuri nama-nama Sunda yang ada di dunia. Kita mencari kemungkinan hubungannya satu sama lain dengan Suku dan Budaya Sunda Nusantara.

Sunda di India

Sunda (bahasa Hindi: सुंडा) adalah gotra atau marga dari orang-orang Nath ditemukan di negara bagian Rajasthan India, yang berasal dari Distrik Nagaur.

Banyak Penduduk dari Naths ini telah bermigrasi ke daerah Gujarat dan bahkan Maharashtra. Sunda telah menjadi nama yang sangat terhormat di dunia barat.

Sunda Nath

Tradisi Nath adalah tradisi siddha heterodoks mengandung banyak sub-sekte.Didirikan oleh Matsyendranath dan dikembangkan lebih lanjut oleh Gorakshanath. Nath adalah nama keluarga orang yang tinggal di Rajasthan, dimana 40% pendatang di Uttarakhand Tehri Garhwal. Desa Ghansaali Dhung Mandaar banyak dihuni oleh orang Nath. Kata Nath adalah kategori Umum gautr (marga) Bharadwaj Bharamhin.

Sekilas kita kenali siapakah Matsyendranath dan Gorakshanath.
Matsyendranātha
Matsyendranātha atau Macchindranāth atau Mīnanātha (Newari Buṅga Dyah, Awal abad ke-10 M) adalah orang suci dan yogi di sejumlah tradisi Budha dan Hindu. Dia secara tradisional dianggap sebagai pendiri hatha yoga serta penulis beberapa teks yang paling awal. Dia juga dianggap sebagai pendiri sampradaya natha, setelah menerima ajaran dari Siwa. Ia terkait dengan Kaula Shaivism. Ia juga merupakan salah satu dari delapan puluh empat mahasiddha dan dianggap sebagai guru dari Gorakshanath, tokoh penting lain pada awal hatha yoga. Dia dihormati oleh kedua agama Hindu dan Buddha, dan kadang-kadang dianggap sebagai titisan Avalokitesvara.

Sedikit yang diketahui tentang kehidupan Matsyendra dan legenda bervariasi dalam menggambarkan tempat kelahirannya dan anaknya Minanatha dan dia juga berhubungan dengan Lui-Pa, yang namanya diterjemahkan sebagai 'Lord of the Fishes'. 

Giuseppe Tucci menyatakan, pada otoritas Tibet - Siddha (Wylie: grub thob) dan "Memiliki Tujuh Transmisi" Taranatha (Wylie: babs bka 'bdun ldan) - dimana Matsyendranāth, di Tibet sebagai avatar dari Avalokitesvara, adalah seorang nelayan dari Kamarupa.

Sumber lain memberikan tempat kelahirannya di Bengal, India. Orang-orang Newar dari Nepal mengklaim kelahirannya di Bungamati dekat Kathmandu. Dia disebutkan dalam Sabaratantra sebagai salah satu dari duapuluh empat Siddha Kapalika.

Patung Gorakshanath di Kuil Laxmangarh
Gorakshanath (juga dikenal sebagai Guru Gorakhnath;. awal abad ke-11 M). Adalah pendiri gerakan monastik Nath Hindu di India yang sangat berpengaruh.  Ia dianggap sebagai salah satu dari dua murid penting dari Matsyendranath. pengikutnya ditemukan di negara-negara Himalaya India, negara-negara barat dan tengah dan dataran Gangga serta di Nepal. pengikut ini disebut yogi, Gorakhnathi, Darshani atau Kanphata

Rincian biografinya tidak diketahui dan diperdebatkan. Hagiographies menggambarkan dia sebagai lebih dari seorang guru manusia dan seseorang di luar hukum waktu yang muncul di bumi di usia yang berbeda. Sejarawan menyatakan Gorakshanath hidup selama paruh pertama milenium ke-2 Masehi, tetapi mereka tidak setuju di mana abad. Perkiraan didasarkan pada arkeologi dan teks berkisar dari Abad ke-11M Sedangkan Briggs, memperkirakan abad ke-12 dan Grierson memperkiraan abad ke-14 M. 

Gorakshanath dianggap sebagai Maha-yogi (atau yogi besar) dalam tradisi Hindu. Dia tidak menekankan teori metafisik tertentu atau Kebenaran tertentu, tetapi menekankan bahwa pencarian kebenaran dan kehidupan spiritual yang berharga dan tujuan yang normal manusia. Gorakshanath memperjuangkan Yoga, sebagai disiplin spiritual dan kehidupan etis determinasi diri sebagai sarana untuk mencapai samadhi dan kebenaran rohani seseorang. Pengikutnya juga terkenal karena memiliki menjadi bagian dari pejuang gerakan asketis sejak abad ke-14,  untuk militer menentang penganiayaan terhadap kekuasaan kolonial Islam dan Inggris, mengembangkan seni bela diri dan respon yang ditargetkan terhadap para pejabat tinggi. 

Sunda Asura

Sebuah karakter mitologis dari epik Ramayana, Sunda (सुन्द) adalah seorang pangeran asura dan saudaranya bernama Upasunda. Ayah mereka adalah Jambha. Mereka tumbuh menjadi sangat kuat dan selalu satu pikiran. Kisah ini bis kita temui dalam Mahabarata.

Sunda dan Upasunda mulai melakukan usaha untuk mendominasi dunia yang dimulai dengan program asketisme ekstrim di pegunungan. Asketisme mereka menciptakan panas yang ekstrim sehingga para dewa sendiri menjadi sangat kaget. Tidak berhasil, para dewa berusaha untuk mengalihkan perhatian dua bersaudara itu melalui bujukan dari seorang gadis dan dengan cara ilusi gangguan dari Raksasa perempuan (Manushya Rakshasi). Manushya berarti Manusia dan Rakshasi berarti raksasa perempuan.

Rakshasi dalam Taraka Ramayana
Akhirnya, Brahma setuju untuk memberikan anugerah pada mereka, dengan syarat bahwa mereka berhenti dari asketisme mereka. Mereka setuju dengan syarat, dan menerima anugerah berupa kekebalan, kecuali mereka hanya bisa dibunuh oleh satu sama lain di anatara kedua bersaudara itu. 

Mereka mninggalkan pegunungan, Sunda dan Upasunda kembali ke rumah, mengerahkan tentara, dan melanjutkan penaklukkan dan menghancurkan seluruh dunia. Mereka menuju ke para dewa dari tempat tinggal mereka di nirwana. 

Nirwana terancam dan akhirnya, Dewa Brahma melakukan tindakan. Dia menciptakan bidadari cantik tilottama dan memerintahkan dia untuk membuat pertengkaran antara dua saudara itu. Tilottama ditemukan oleh Sunda dan Upasunda di pedesaan. Mereka mengajaknya minum dan merayakan kemenangan mereka. Ketika memandang tilottama, mereka langsung jatuh berebut, dan akhirnya saling membunuh. Dengan demikian tatanan dunia dibangun kembali.

Sunda dan rakshashi Thataka adalah orang tua dari Asura yang terkenal Maricha dan Subahu.


Sunda dan Upasunda saling bunuh berebut Bidadari

Sejarah Sunda Nusantara

Purwacarita
Pengertian sejarah secara tradisi adalah beberapa kisah dongeng, legenda, babad, tambo dan sebagainya. Sesungguhnya hal itu berada dibawah disiplin ilmu sastra, sedangkan sejarah, pembuktiannya harus berdasarkan disiplin ilmu : Filologi (ilmu yang mempelajari naskah kuna), Epigrafi (ilmu yang mempelajari aksara prasasti), Arkeologi (ilmu yang mempelajari artefak-artefak peninggalan sejarah), dan Geografi (ilmu yang mempelajari permukaan bumi).

Karya sastra bisa diuji dan dikaji oleh disiplin ilmu sejarah sejauh karya sastra yang bernilai sejarah itu dapat menunjang temuan sejarah itu sendiri. Sebaliknya hasil penelitian sejarah dapat disusun menjadi karya sastra yang sering kita sebut roman sejarah. Naskah Pangeran Wangsakerta, menurut Edi S. Ekadjati dan menurut Ayat Rohaedi, adalah naskah sejarah. Sistematika dan pengungkapannya sudah dalam bentuk sejarah, menggunakan referensi atau sumber-sumber tertulis lainnya.

Purwayuga
Sejarah Sunda dimulai dari masa Purwayuga (jaman purba) atau dari masa Nirleka (silam), yang terbagi atas:
  1. Prathama Purwayuga (jaman purba pertama), dengan kehidupan manusia hewan Satwapurusa, antara 1 jt s.d. 600 rb th silam
  2. Dwitiya Purwayuga (jaman purba kedua), dengan kehidupan manusia yaksa, antara 500 rb sampai 300 rb tahun silam
  3. Tritiya Purwayuga (jaman purba ketiga), dengan kehidupan manusia kerdil (wamana purusa), antara 50 rb sampai 25 rb tahu silam.

Dukuh Pulasari Pandeglang 

Menurut naskah Pangeran Wangsakerta, kehidupan masyarakat Sunda pertama di pesisir barat ujung pulau Jawa, yaitu pesisir Pandeglang. Dipimpin oleh seorang kepala suku (panghulu) Aki Tirem Sang Aki Luhur Mulya. Sistem religi mereka adalah Pitarapuja, yaitu pemuja roh leluhur, dengan bukti sejumlah menhir seperti Sanghiyang Dengdek, Sanghiyang Heuleut, Batu Goong, Batu Cihanjuran, Batu Lingga Banjar, Batu Parigi, dll. Refleksi dukuh Pulasari dapat kita lihat di kehidupan masyarakat Sunda Kanekes (Baduy).

Salakanagara 

Putri Aki Tirem yaitu Pohaci Larasati, menikah dengan seorang duta niaga dari Palawa (India Selatan) bernama Dewawarman. Ketika Aki Tirem wafat, Dewawarman menggantikannya sebagai penghulu dukuh Pulasari.

Dewawarman mengembangkan Dukuh Pulasari hingga menjadi kerajaan corak Hindu pertama di Nusantara, yang kemudian diberi nama Salakanagara. Salaka berarti Perak dan Nagara berarti negara atau negeri. Oleh ahli dari Yunani, Claudius Ptolomeus, Salakanagara dicatat sebagai Argyre. Dalam berita China dinasti Han, tercatat pula bahwa raja Yehtiao bernama Tiao-Pien mengirimkan duta keChina tahun 132 M. menurut Ayat Rohaedi, Tiao berarti Dewa, dan Pien berarti Warman.

Salakanagara didirikan tahun 130 M, dengan raja pertamanya Dewawarman I dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Rakja Gpura Sagara. memerintah hingga tahun 168 M. Wilayahnya meliputi propinsi banten sekarang ditambah Agrabintapura (Gunung Padang Cianjur) dan Apuynusa (Krakatau). Raja Terakhir (ke-8) Dewawarman VIII bergelar Prabu Darmawirya Dewawarman (348-363 M).

Tarumanagara 

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat yaitu Citarum. Pada muara Citarum ditemukan percandian yang luas yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya yang diduga merupakan peradaban peninggalan Kerajaan Taruma.

Didirikan oleh Jayasingawarman pada 358 M dengan penobatannya Jayasingawarman Gurudarmapurusa. Penerusnya adalah Purnawarman yang memindahkan pusat pemerintahan dari Jayasingapura (mungkin Jasinga) ke tepi kali Gomati (bekasi) yang diberi nama Sundapura (kota Sunda), bergelar Harimau Tarumanagara (Wyagraha ning tarumanagara), dan disebut pula Sang Purandara Saktipurusa (manusia sakti penghancur benteng) dan juga Panji Segala Raja. 

Sedangkan gelar dari penobatannya adalah Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhimaparakrama Suryamahapurusa Jagatpati. Raja terakhir Sang Linggawarman sebagai raja ke-12

Kerajaan Sunda 

Tarumanagara dirubah namanya menjadi Kerajaan Sunda oleh Tarusbawa, penerus Linggawarman. Akibatnya belahan timur Tarumanagara dengan batas sungai Citarum memerdekakan diri menjadi Kerajaan Galuh

Kerajaan Sunda berlangsung hingga tahun 1482 M, dengan 34 raja.
Prabu Maharaja Linggabuana dinobatkan menjadi raja di kerajaan Sunda pada 22 februari 1350 M. Ia gugur bersama putrinya, Citraresmi, dalam tragedi Palagan Bubat akibat ulah Mahapatih Gajahmada. Peristiwa itu terjadi pada 4 September 1357 M.

Mahaprabu Niskala Wastu Kancana menggantikan posisi Linggabuana pada usia 9 tahun. Dia membuat Prasasti Kawali di Sanghiyang Linggahiyang atau Astana Gede Kawali. Dia juga yang membuat filsafat hidup: "Tanjeur na Juritan, Jaya di Buana” (unggul dalam perang, lama hidup di dunia). Wastukancana memerintah selama 103 tahun 6 bulan dan 15 hari dalam keadaan damai.

Sri Baduga Maharaja adalah putra Prabu Dewa Niskala, cucu dari Prabu Wastukancana. Ia adalah pemersatu kerajaan Sunda, ketika Galuh kembali terpisah. Kerajaan ini lebih dikenal dengan sebutan Pajajaran. Dialah raja pertama yang mengadakan perjanjian dengan bangsa Eropa, yaitu Portugis. Ia berkuasa dari tahun 1482 s.d. 1521M.


Kerajaan Galuh 

Kerajaan Galuh adalah suatu kerajaan Sunda di pulau Jawa, yang wilayahnya terletak antara Sungai Citarum di sebelah barat dan Sungai Ci Serayu juga Cipamali (Kali Brebes) di sebelah timur. Kerajaan ini adalah penerus dari kerajaan Kendan, bawahan Tarumanagara.

Sejarah mengenai Kerajaan Galuh ada pada naskah kuno Carita Parahiyangan, suatu naskah berbahasa Sunda yang ditulis pada awal abad ke-16. Dalam naskah tersebut, cerita mengenai Kerajaan Galuh dimulai waktu Rahiyangta ri Medangjati yang menjadi raja resi selama lima belas tahun. Selanjutnya, kekuasaan ini diwariskan kepada putranya di Galuh yaitu Sang Wretikandayun.

Pendiri Kerajaan Galuh diidentifikasi dimulai sejak Prabu Wretikandayun pada 612 M. Saat Linggawarman, raja Tarumanagara yang berkuasa dari tahun 666 M meninggal dunia pada tahun 669 M, kekuasaan Tarumanagara jatuh ke Sri Maharaja Tarusbawa, menantunya Raja Tarumanegara dari Sundapura, salah satu wilayah di bawah Tarumanagara. Karena Tarubawa berasal dari Sundapura (kerajaan bawahan tarumanagara), ia memindahkan pusat kekuasaan Tarumanagara ke Sundapura. 

Di pihak Kerajaan Galuh, yang dipimpin oleh Sang Wretikandayun (berkuasa dari tahun 612 M), memilih untuk berdiri sebagai kerajaan mandiri (Mahadika-Merdeka). Adapun untuk berbagi wilayah, Galuh dan Sunda sepakat menjadikan Sungai Citarum sebagai batasnya.

Kerajaan Pajajaran 

Pakuan Pajajaran atau Pakuan (Pakwan) atau Pajajaran adalah ibu kota Kerajaan Sunda-Galuh yang pernah berdiri pada tahun 1030-1579 M di Tatar Pasundan, wilayah barat pulau Jawa. Lokasinya berada di wilayah Bogor, Jawa Barat sekarang. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya sehingga Kerajaan Sunda Galuh sering disebut sebagai Kerajaan Pajajaraan.

Lokasi Pajajaran pada abad ke-15 dan abad ke-16 dapat dilihat pada peta Portugis yang menunjukkan lokasinya di wilayah Bogor, Jawa Barat. Sumber utama sejarah yang mengandung informasi mengenai kehidupan sehari-hari di Pajajaran dari abad ke 15 sampai awal abad ke 16 dapat ditemukan dalam naskah kuno Bujangga Manik. Nama-nama tempat, kebudayaan, dan kebiasaan-kebiasaan masa itu digambarkan terperinci dalam naskah kuno tersebut.

Pajajaran adalah sebutan pengganti atas bersatunya kerajaan Galuh dengan kerajaan Sunda, yang dipegang oleh satu penguasa: Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran atau Sri Sang Ratu Dewata.


Penggantinya adalah Prabu Sanghyang Surawisesa, yang berkuasa di belahan barat Jawa barat tahun1521 – 1535 M, karena di sebelah timur sudah berdiri kerajaan Islam Pakungwati Cirebon, yang didirikan oleh Pangeran Cakrabuana atau Haji Abdullah Iman. Dia adalah putra sulung Sri Baduga Maharaja dari Subanglarang yang beragama Islam. Subanglarang adalah murid Syekh Quro Hasanudin Pura Dalem Karawang.


Tahta kerajaan Pajajaran berlangsung turun-temurun: Ratu Dewata; Ratu Sakti, Prabu Nilakendra dan yang terakhir Prabu Ragamulya Suryakancana.

Di pihak Cirebon sendiri, putera Susuhunan Jati Cirebon, yaitu Pangeran Sabakingkin, telah berhasil mendirikan kerajaan bercorak Islam Surasowan Wahanten (Banten) dan melakukan beberapa kali penyerbuan ke Pajajaran.

Kesimpulan
Sunda sebagai nama etnis dan kultur di masyarakat Sunda Nusantara, dipengaruhi oleh sejarah secara tradisi berasal beberapa kisah dongeng, legenda, babad, tambo dan sebagainya. Sesungguhnya hal itu berada dibawah disiplin ilmu sastra. Kesusastraan Nusantara, khususnya Sejarah Kerajaan Sunda dipengaruhi oleh Agama Hindu dan Budaya India, khususnya Pallawa dan Calankayana yang melawan Kerajaan Samudragupta.

Sebagian besar para pengungsi berasal dari kerajaan Palawa dan Calankayana, pihak yang kalah dalam peperangan tersebut. Salah satu rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh Jayasingawarman yang tidak lain adalah Maharesi. Kemudian Jayasingawarman membuka pemukiman baru di dekat Sungai Citarum yang diberi nama Tarumadesya atau Desa Taruma. Menginjak sepuluh tahun, banyak penduduk berdatangan ke Desa Taruma sehingga berkembang menjadi desa yang besar yang pada akhirnya menjadi kota (Nagara). Semakin pesatnya berkembangan kota Taruma, Jayasingawarman membentuk menjadi Kerajaan yang bernama Tarumanegara pada tahun 358 M.

Migrasi ini membawa budaya dan sastra India di Tarumanegara. Jadi penggunaan Sundapura, dan kemudian menjadi nama etnis Sunda dan Budaya Sunda kini, sangat terkait dengan Sunda yang ada di negara India.

Mugia Sagung Dumadi
Rahayu...
.

Sponsor