Cari

Artefak Alat Menginang dan Sejarah Tradisi Bersirih (Nyeupah)

Artefak Tempat Sirih Pinang Purba (Sebelum Masehi)
Ditemukan di Pasiran, Lumajang, Jawa Timur Indonesia
Foto: Metmuseum, NY, Amerika Serikat
[Historiana] - Tradisi menginang atau bersirih atau Nyeupah (basa Sunda) di nusantara telah ada sejak ribuan tahun lalu.radisi Bersirih atau Menginang (makan pinang) adalah warisan budaya Indonesia yang dilakukan dengan mengunyah bahan-bahan bersirih seperti pinang, sirih, gambir, tembakau, kapur, cengkih.Kebiasaan menginang telah berlangsung lama, yaitu lebih dari 3000 tahun yang lampau atau pada zaman Neolitik, hingga saat ini.

Ada juga catatan para musafir Tiongkok yang mengungkapkan bahwa sirih dan pinang sudah dikonsumsi sejak dua abad sebelum Masehi.

Tidak diketahui kapan tepatnya saat praktik mengunyah sirih dimulai. Sebuah referensi awal yang menarik, ditemukan di Shiji Cina (Catatan Sejarah) yang ditulis oleh Sima Qian selama abad pertama SM. Bab 116 dalam karya monumentalnya yang menggambarkan penampilan dan aktivitas orang-orang non-Han yang tinggal di Cina barat daya dan tenggara. Catatannya termasuk merinci tentang zat "jujiang", yang dianggap sebagai buah pinang, yang diangkut dari provinsi barat daya Sichuan ke tenggara. Penelitian terbaru di Vietnam juga menunjukkan penggunaan sirih awal di daratan Asia Tenggara.

Artefak tempat penyimpanan Sirih Pinang ditemukan di Pasir, Lumajang Jawa Timur Indonesia. Wadah ini memiliki bodi silindris yang dihias di kaki dan bahu dan tutup dengan pegangan berbentuk kepala humanoid. Pegangan seperti telinga dan rambut yang digambarkan sebagai rangkaian garis vertikal merupakan bagian dari desain.

Kini Artefak tersebut tersimpan di Metmuseum, New York Amerika Serikat.

Sirih Pinang telah menjadi suatu simbol bagi masyarakat adat Melayu. Hal ini dilihat dari tradisi lisan Melayu berupa sastra, misalnya: Sirih pembuka pintu rumah, Sirih pembuka pintu hati. Bahan-bahan menginang adalah yang pertama disuguhkan bagi seluruh tamu yang hadir pada acara adat di sebagian besar wilayah Indonesia, seperti upacara pernikahan, kelahiran, kematian, penyembuhan, dan lain sebagainya.
Foto: Metmuseum, NY, USA
Foto: Metmuseum, NY, USA
Foto: MetMuseum, NY, USA

Fungsi menginang

Menginang sama halnya dengan merokok, minum teh dan kopi. Awalnya orang menginang sebagai penyedap di mulut, tetapi lama-kelamaan menjadi kebiasaan yang menimbulkan kesenangan dan terasa nikmat sehingga sulit untuk dilepaskan. Di samping untuk kenikmatan, menginang juga berfungsi sebagai aktivitas pengobatan merawat gigi.Masyarakat Indonesia telah lama mengenal daun sirih sebagai bahan menginang dengan keyakinan bahwa menginang dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka di mulut, menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, serta sebagai obat kumur.

Fungsi menginang juga sebagai tata pergaulan dan tata nilai kemasyarakatan.Misalnya, bahan-bahan menginang dijadikan hidangan penghormatan untuk tamu, dan sebagai alat pengikat dalam pertunangan sebelum menikah.

Menginang juga digunakan sebagai sesaji yang digunakan dalam upacara adat istiadat dan upacara kepercayaan atau religi.
Baca Juga

Sponsor