Mandala, Puraga Mustika Jati Sunda, Komara |
Bukan sesuatu yang terlalu serius, KOMARA dibentuk dengan sangat sederhana. "Berawal dari keinginan ngaguar sajarah nu saujratna ngeunaan ka-Sundaan", demikian unagkat AH Purnama Alam Wangsa Ungkara yang biasa dipanggil Mang Alam sebagai pengagas Komara Sunda. "Memang sudah ada Masyarakat Arkeologi di Indonesia" tambahnya, Target utama Komara adalah menelusuri artefak sejarah pra-Islam yang selama ini sulit ditelusuri.
Dijelaskan bahwa keberadaan Komara berbeda, ini hanya komunitas kecil yang berfungsi menelusuri jejak arkeologi paling awal (iniitial seaching) untuk situs atau artefak yang masih tidak terdaftar dalam daftar Benda Cagar Budaya BCB untuk selanjutnya diserahkan kepada pemangku kepentingan seperti pemerintah dan para ahli arkeologi nasional.
Sumber sejarah yang ditelusuri Komara ini ada 2 yaitu suber sekunder dan sumber primer. Untuk seumber primer yaitu naskah-naskah atau buku sumber tertulis yang telah terpublikasi selama ini, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sementara untuk sumber primer berupa prasasti, artefak atau naskah lontar atau nipah yang masih tersebar di masyarakat. Rencananya Komara akan melakukan pendekatan kepada masyarakat yang menyimpan naskah-naskah kuno tersebut. Komara tidak bermaksud mengambil naskah tersebut tepai sekiranya diijinkan untuk mendokumentasikannya secara digitas melalui proses pemotretan. Hasilnya akan diteliti awal oleh tim, selanjutnya diserahkan kepada ahli Filologi.
Sumber artefak yang sudah ada tidak menjadi target utama dalam proses kerja Komara, namun akan dijadikan rujukan utama dalam proses pencarian artefak yang belum terdata sebagai benda BCB. Beberapa lokasi yang "dicurgai" situs tinggalan sejarah diteliti oleh Komara. Dengan berbekal pendaan secara swadaya mendatangi lokasi situs. Rujukan pencarian situs "tak terdaftar" berdasarkan naskah-naskah kuno Sunda.
"Kesulitan utama penafsiran naskah kuno Sunda adalah upaya mengupas isi siloka" ungkap Mang Alam. Dia menambahkan bahwa sumber naskah yang ada seperti Bujangga Manik secara jelas menyebut banyak nama tempat selama perjalanannya. Namun, nama tempat berupa desa pemukiman, gunung, sungai atau danau yang ada dalam naskah Bujangga Manik telah banyak berubah sekarang ini, sehingga menyulitkan penelusuran.
Adanya kisah babad atau dongeng juga tak luput dari perhatian. Dengan menelisik isinya dipertimbangkan dengan baik mengenai kemungkinan adanya unsur sejarah atau benar-benar hanya dongeng fiksi belaka. Tetapi keberadaan babad, wawacan dan sasakala (legenda) menjadi bahan informasi penting bagi penelitian
Target penelitian Komara tahun 2018 ini adalah menelusuri jejas "Kemandalaan" yang ada di tatar Sunda. Dalam naskah-naskah SUnda disebutkan ada 73 Kemandalaan. Mandala mungkin juga bentuk yang dan perubahan nama Kabuyutan. Jika mengacu pada jumlah kabuyutan, di tatar Sunda terdapat 800 kabuyutan. namun berdasarkan kajian Komara selama ini, tidak semua kabuyutan adalah kemandalaan.
Hatur nuhun