[Historiana] - Prasasti Karangtengah (juga dikenal sebagai Prasasti Kayumwungan) adalah prasasti yang ditulis pada lima keping batu bertanggal 746 Saka atau 824 Masehi, ditemukan di dusun Karangtengah, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia. Prasasti itu ditulis dalam aksara Jawa kuno dalam dua bahasa; Bahasa Jawa Kuno dan Sanskerta.
Baris 1-24 ditulis dalam bahasa Sanskerta, sisanya ditulis dalam bahasa Jawa kuno. Prasasti ini dihubungkan dengan Candi Borobudur dan Mendut. Bagian-bagian yang ditulis dalam bahasa Sansekerta menyebutkan tentang seorang raja bernama Samaratungga. Putrinya yang bernama Pramodhawardhani telah meresmikan Jinalaya (bahasa Sansekerta: dunia mereka telah menaklukkan keinginan duniawi dan mencapai pencerahan), sebuah tempat suci umat Buddha yang suci. Tulisan itu juga menyebutkan sebuah bangunan suci Buddha yang disebut Venuvana (bahasa Sansekerta: hutan bambu) untuk menempatkan abu 'raja awan' yang dikremasi, nama untuk dewa Indra, mungkin merujuk pada Raja Indra dari dinasti Sailendra. Jinalaya diidentifikasi sebagai Borobudur. Venuvana diidentifikasi sebagai candi Mendut oleh arkeolog Belanda JG de Casparis, sementara Soekmono mengidentifikasinya dengan candi Ngawen.
Dalam bagian-bagian yang ditulis dalam bahasa Jawa kuno, disebutkan tentang suatu peristiwa, bahwa pada hari ke 10 Kresnapaksa di bulan Jyestha tahun 746 Saka (824 M), Rakai Patapan pu Palar meresmikan bahwa sawah di Kayumwungan menjadi tanah bebas pajak yang dilindungi oleh dekrit kerajaan. Rakai Patapan pu Palar diidentifikasi sebagai Rakai Garung, raja Kerajaan Medang. Sejarawan Indonesia Slamet Muljana menyarankan Rakai Garung adalah nama lain dari Samaratungga.
Ketika ditemukan, prasasti terpecah menjadi lima fragmen, yaitu a, b, c, d dan e. Bagian a, c, dan d sudah tidak ditemukan lagi. Bagian c sempat dialih aksarakan oleh J.G de Casparis. Koleksi ini adalah fragmen yang tersisa, yaitu fragmen b (D27) dan fragmen e(D34) yang saat ini disimpan di Museum nasional Jakarta.
Fragmen dengan nomor inventaris D27 adalah bagian atas prasasti yang setengah lingkaran pada bagian atas/ puncaknya. Berukuran 39 x 46 x 12 cm. Ditulis dalam huruf Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta. Tulisannya sudah sangat aus dan sulit dibaca. Fragmen dengan nomor inventaris D34 adalah bagian bawah prasasti yang berbentuk segiempat. Berukuran 59 x 40 x 8,5. Ditulis dalam huruf Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno.Tulisannya masih cukup jelas. Kelihatannya kalimat baris terakhir dari prasasti ini belum selesai.
Sumber: Kemendikbud.go.id