[Historiana] - Wawacan nagara Pajajaran adalah Sebuah naskah Sunda yang terdapat dalam koleksi Bagian Naskah Museum Nasional, Jakarta, dengan nomor katalogus SD 85. Tebalnya 10 halaman, ditulis dengan huruf Latin, dalam bentuk prosa. Naskah tersebut berasal dari koreksi K.F. Holle. Di dalamnya terdapat catatan yang menyebutkan bahwa naskah mi disalin oleh Raden Wijayakusumah, bekas pakhuismeesrer koffij (kepala gudang kopi) di Bogor, dengan titimangsa 23 April 1859.
Pada awal cerita disebut nama Aji Mantiri, salah seorang putra Prabu Siliwangi. la menetap di Kuta Gandok, di belakang Kuta Pajajaran. Setelah Pajajaran runtuh, Aji Mantri menyingkir ke Sakawayana Sumedang Kahiyangan. Disebut seorang anaknya yang bernama Santowan Kendang Serang-Serang. la mempunyai tiga orang anak, yaitu Kiyai Pralay, Kiyai Singamanggala, dan Kiyai Tanujiwa.
Kiyai Singamanggala diangkat sebagai Sersan Kertasinga, membuka kampung Bidaracina yang dihuni oleh 25 kuren (50 jiwa) orang ambon, kemudian membangun kampung Bantarjati (bekas hutan Pajajaran; sekarang kampung Baru) yang didiami oleh 90 orang penghuni.
Cerita selanjutnya adalah tentang Letnan Mertakara, anak Letnan Tanujiwa. Kemudian tetang Letnan Mertawangsa (pengganti Letnan Mertakara), tetang Aria Wiratanu yang berkali-kali memohon kepada Gubernur Jenderal agar diperbolehkan menguasai tanah kidul (selatan). Di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Mosset (1750) di Bogor dibangun gedung, pasar, dan dibuka kebun kopi.
Sumber: Ensiklopedi Sastra Sunda. kemendikbud Ri - pdf. Diakses 26 Desember 2019.