Cari

Carita Pantun Mundingkawati | Kesusastraan Sunda


[Historiana] - Sebuah carita  pantun dari  proyek  Penelitian Pantun clan Folklore Sunda pernah mencatat cerita ini sebagai salah satu lakon yang biasa dituturkan oleh juru  pantun bernama Endjum dari Ujungberung, Kabupaten Bandung. Tetapi cerita itu tidak sempat direkam.

Sebuah canta  pantun lain dari  proyek  Penelitian Pantun dan Folklore Sunda (1971) menerbitkan cerita ini berdasarkan hasil rekaman jurupantun  Ki Atma dari kampung Banggala, Subang. Rosidi (1975) menerbitkan ringkasan cerita ini dalam bahasa Indonesia bersama enam buah cerita pantun lainnya. Kartini dkk. (1980) mempergunakan cerita ini sebagai salah satu sampel untuk penelitian struktur carita pantun.

Prabu Munding Kawati, di negeri Haur Doni, adalah seorang raja keturunan Prabu Siliwangi dari Pajajaran. Kedua permaisuri, yaitu Ratna Sari dan Ratna Kembang Purba Inten jatuh tertidur pada saat bersamadi. Dalam tidurnya mereka bermimpi, yang menurut perasaan mereka sendiri impian itu beralamat buruk. Tafsiran Prabu Munding Kawati sebaliknya. Menurut sang raja, akan datang ke Haur Doni dua orang yang akan menyerahkan negara. Perbedaan menafsirkan makna mimpi itu menyebabkan kedua permaisuri itu diasingkan.

Dengan mempergunakan tipu daya, Gagak Sagara dan Badak Komalang dari negara Kuta Daha berhasil menculik Prabu Munding Kawati dan membunuhnya dalam perjalanan di Gunung Ciputihnunggal. Keduanya menginginkan permaisuri Raja Haur Doni itu.

Kedua permaisuri yang sedang mengandung itu pergi mencari sang raja, yang menurut firasatnya telah mati dibunuh oleh musuh. Mereka terbang ke Surga Loka karena tidak berhasil menemukannya. Hyang Guru menceritakan segala apa yang telah terjadi dan menyarankan kedua putri itu untuk sementara tetap tinggal di sana, dan baru turun ke dunia apabila telah tiba saatnya melahirkan.

Anak mereka ternyata ditelan Yaksa Mayuta begitu kedua bayi itu dilahirkan. Tetapi kedua anak itulah kelak yang akan menolong permaisuri dari ancaman Gagak Sagara dan Badak Komalang, serta menghidupkan kembali Prabu Munding Kawati. Mereka berdua pula yang merebut Kuta Daha.

Sumber: Ensiklopedi Sastra Sunda. Kemendikbud RI pdf. Diakses 26 Desember 2019.
Baca Juga

Sponsor