[Historiana] - Nyai Sumur Bandung sebuah carita pantun Sunda. Judul lain: Nyi Sumur Bandung. C.M. Pleyte (1910) mengumumkan tiga buah tema lakon ini dari versi yang berbeda. Bagian Naskah Museum Nasional, Jakarta, memiliki sebuah naskah dengan judul ini, bernomor katalogus SD 65. sebagi bagian proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda (1970) menerbitkan cerita pantun ini berdasarkan rekaman dan juru pantun Ki Enjum yang berasal dari Ujungberung, Kabupaten Bandung.
Perkumpulan-perkumpulan sandiwara rakyat acapkali mementaskan lakon ini. Engkawidjaja menggubah lakon pantun ini dalam bentuk wawacan. Di bawah ini diringkaskan salah satu versi yang pernah diumumkan Pleyte (C.M. Pleyte, 1910)..
Tersebutlah negara Kuta Waringin yang diperintah oleh Raja Munding Keling Puspa Mantra Mènak Pakuan Mènak Pelag Pajajaran Satria Mangkukawasa. Salah seorang pembesarnya, kakak ipar sang raja, bernama Kalang Sutra Tandur Wayang. Dan ke-42 istrinya, hanya dua orang yang disebut, yaitu Gurit Haji Wira Mantri dan Nimbang Waringin.
Pesta besar-besaran yang sedang diadakan di Kuta Waringin menarik perhatian Nyai Sumur Bandung, ratu di negeri Bitung Wulung. Atas ajakan dan bujukan kedua kakaknya, yaitu Rangga Wayang dan Langon Sari, Nyai Sumur Bandung bersedia datang ke Kuta Waringin serta bersedia seandainya diperistrikan oleh raja negeri itu. Tetapi, setelah sampai di sana, ia dihinakan clan dicaci maki oleh Permaisuni Nimbang Waringin. Maka, terjadilah perkelahian sengit antara kedua putri itu.
Karena tidak ada yang kalah, tidak ada pula yang menang, dilanjutkan dengan pertandingan mengadu kecantikan, berpanjang-panjang rambut, bermain keris, dan mengadu kerbau, yang semuanya dimenangkan oleh Sumur Bandung. Permaisuri Nimbang Waringin masih juga belum mengakui kekalahannya, kemudian menimbulkan pertarungan antara Langon Sari dengan Kalang Sutra.
Nimbang Waringin baru mengaku kalah setelah kehabisan tenaga dalam perjalanan menuju Surgaloka untuk menemui Sunan Thu. Akhirnya, dilangsungkanlah pesta perkawinan Putri Sumur Bandung dengan Ratu Munding Keling.
Peristiwa itu terdengar oleh Radèn Jaga Ripuh, raja di negara Rucuk Pakuan. la sangat terkejut dan merasa tertipu karena pernah menyerahkan uang lamaran kepada Rangga Wayang. Maka, timbullah niatnya untuk mencuri Sumur Bandung yang sudah diperistri raja Kuta Waringin itu.
Rangga Wayang mengetahui rencana itu sehingga Ia berhasil mengecoh Raja Jaga Ripuh. Raja itu akhirnya dikalahkan. Adik perempuannya, yang bernama Sekar Pakuan, dijadikan selir oleh Ratu Munding Keling.
Sumber: Ensiklopedi Sastra Sunda. Kemendikbud RI - pdf. Diakses 26 Desember 2019.