[Historiana] - Wawacan Ningrum Kusumah adalah sebuah naskah Sunda yang terdapat pada koleksi Igun Gunawan, Jalan Suci, kotamadya Bandung. Naskah itu berasal dari koleksi K.H. Ahmad Sobandi, desa Narawita, Cicalengka, Kabupaten Bandung. Tebalnya 253 halaman, ditulis dengan huruf Pegon, dalam bentuk wawacan
Naskah dengan judul mi diduga masih banyak terdapat di kalangan masyarakat, sedangkan koleksi Bagian Naskah Museum Nasional yang bernomor katalogus SD 9 merupakan versi yang Iebih pendek. Cerita dimulai di kerajaan Banurungsing. Raja Suryanagara mempunyai seorang anak bernama Suryaningrat, sedangkan Patih Salyanagara mempunyai putri bernama Ningrum Kusumah. Tidak lama setelah Suryaningrat beristrikan Ningrum Kusumah clan naik takhta, Suryaningrat clan Salyanagara meninggal dunia.
Peristiwa itu mengubah sikap Raja Sobala dan Kerajaan Duryan, yang merupakan bawahan Banurungsing. Dalam suratnya, ia meminta agar Suryaningrat menyatakan diri berada di bawah perintah Raja Duryan. Sebelum dibalas, surat kedua menyusul, meminta Ningrum Kusumah untuk dijadikan permaisurinya. Karena Suryaningrat menolak, terjadilah serangan Raja Sobala ke Banurungsing. Suryaningrat dikalahkan, kemudian dipenjarakan. Pada saat berlangsungnya upacara perkawinan, Ningrum Kusumah dapat melarikan diri setelah membebaskan suaminya. Keduanya berjalan tanpa tujuan, hingga akhirnya sampailah ke Kerajaan Durselan yang diperintah Raja Janggala.
Perdana Menteri Indabumi yang ditugasi mencari calon permaisuri, menghadapkan Suryaningrat dan Ningrum Kusumah yang mengaku sebagai kakak beradik kepada Raja Janggala. Putri Ningrum Kusumah cocok dengan idaman sang raja, maka pesta perkawinan pun segera dipersiapkan. Dalam pesta itulah Ningrum Kusumah berhasil memasukkan racun ke dalam minuman yang disajikan sehingga sang raja dan semua pembesar mabuk-mabuk.
Suryaningrat dan Ningrum Kusumah meloloskan diri dari istana. Sesampai di tepi Sungai Cibaruta, telah menunggu Demang Langlang yang menyamar sebagai awak perahu. Suryaningrat diseberangkan lebih dahulu, tetapi kemudian ditenggelamkan, sedangkan Ningrum Kusumah dibawa ke arah istana Raja Janggala. la terlepas dari bahaya setelah berhasil memperdayakan demang itu.
Dalam pengembaraannya, Ningrum Kusumah berjumpa dengan pendeta Syeh Rukman. Dari pendeta ini, ia memperoleh keris azimat Si Bantalnaga dan selendang Si Tugajati. la diharuskan menyamar sebagai laki-laki, dengan nama Jaya Rukmantara, serta harus menuju negara Erum. Di negeri itu Jaya Rukmana berhasil mengobati putri Ratna Wulan yang tiba-tiba bisu. Pesta perkawinan pun dilangsungkan karena demikianlah isi sayembara. Raja-raja lain yang sejak semula menginginkan putri Ratna Wulan, datang menyerang negeri Erum. Tetapi, semuanyã dapat dikalahkan berkat azimat-azimat yang dimiliki Jaya Rukmantara.
Suryaningrat yang ditenggelamkan, terdampar di Nusa Ipri. Ular Nagara Giri menolongnya serta menyeberangkannya ke negeri Erum. Maka, bertemulah kembali Suryaningrat dengan Ningrum Kusumah. Putri Ratna Wulan dijadikannya sebagai permaisuri kedua.
Tersebutlah Kerajaan Nusantara yang diperintah oleh Ratu Jambawati, seorang putri keturunan Jin Madintara. Sang ratu menemukan sebuah panah pusaka di tamannya. Panah itu sebenarnya adalah milik Suryaningrat, yang dilepaskannya ketika berperang dengan Raja Sobala.
Atas petunjuk gaib, tempat tersangkutnya panah itu diketahui pula oleh Ningrum Kusumah. Bersama Suryaningrat, ia pergi menuju Nusantara. Putri Ratna Wulan tidak dibawa serta karena sedang mengandung, yang kelak anaknya itu diberi nama Suryakanta Kusumah.
Ratu Jambawati dapat dikalahkan. Dalain takluknya, ia menyatakan mau masuk Islam asal diperistri oleh Suryaningrat. Ningrum Kusumah menyetujuinya asal Jembawati sanggup membunuh Raja Sobala di Banurungsing. Bersama patihnya, yang bernama Daruslam, Ratu Jembawati menyerang Banurungsing. Raja-raja bawahan Sobala ditaklukkan pula. Salah seorang putri Raja Syeh Makbul diperistri oleh Suryaningrat sehingga Ratu Jembawati merupakan istrinya yang keempat. Ceritera diakhiri dengan kembalinya Raja Suryaningrat ke Banurungsing.
Ningrum Kusumah (Naskah lain)
Ningrum Kusumah adalah sebuah naskah Sunda ketompok cerita yang terdapat pada koleksi Bagian Naskah Museum Nasional, Jakarta, dengan nomor katalogus SD 9. Tebalnya 130 halaman, ditulis dengan huruf Pegon, dalam bentuk wawacan.
Cerita Ningrum Kusumah ini sama dengan cerita Wawacan Ningrum Kusumah, yang naskah-naskahnya masih terdapat di kalangan masyarakat. Cerita mi dimulai di negara Banurungsit yang diperintah oleh Raja Suryanagara. Patihnya adalah adiknya sendiri, yang bernama Salyanagara. Setelah raja itu meninggal, yang naik takhta ialah anaknya yang bernama Suryaningrat. Raja muda ini beristrikan Ningrum Kusumah, anak Salyanagara.
Pada masa pemerintahannya, timbul pemberontakan Raja Salkam dan Raja Sobali dari negara Diriyan. Suryaningrat dapat dilumpuhkan dengan sebuah panah sakti, kemudian dipenjarakan. Dengan mengguna- kan kesaktiannya, Ningrum Kusumah berhasil membawa sang raja keluar dari negeri itu.
Keduanya sampai ke kerajaan Durselan atau Janggala. Di sana mereka terperangkap lagi karena raja negeri itu ternyata bermaksud memaksa Ningrum Kusumah untuk dijadikan permaisurinya. Tetapi, keduanya berhasil melarikan din.
Raja Salkam berusaha terus mengejarnya karena ia ingin memperoleh Ningrum Kusumah untuk dijadikan istrinya. Dalam sebuah peperangan. Raja Salkam berhasil menyingkirkan Raja Suryaningrat dengan menggunakan panah saktinya, tetapi akhirnya ia sendiri dibunuh oleh putri Ningrum Kusumah.
Selama perpisahan, Suryaningrat sekali lagi dicelakakan. Ia sengaja dihanyutkan ke laut oleh Ki Langlang yang berpura-pura hendak menolong menyebrangkannya. Ningrum Kusumah akhirnya bertemu dengan pendeta Seh Rukman, yang mengajarinya berbagai ilmu kesaktian. Dalam peperangan dengan Jembawati, ratu negara Nusantara, Ningrum Kusumah mendapat kemenangan.
Wawacan Siti Ningrum (Naskah Lain yang Sama)
Ada lagi naskah dengan judul "Wawacan Siti Ningrum". Isinya sama. Penerjemahan naskah oleh Drs. Emon Sryaatmana, dkk. Penyuntingnya oleh Dra. Nikmah Sunardjo. Naskah ditulis dengan akarasa pegon (huruf arab).Ditulis dalam bentuk bait-bait pupuh. Pupuh yang digunakan antara lain: Asmarandana, Dangdanggula, Sinom, Kinanti, Durma, Pucung, Pangkur, Gambuh, Magatru, Mijil, Gurisa, Balakbak, Demung, Wirangrong, Ladrang dan Maskumambang.
Wawacan Suryaningrat (Naskah yang sama)
Kisah dalam Wawacan Ningrum Kusumah juga tampil dalam judul berbeda yaitu: Wawacan Suryaningrat. Di bawah ini contoh kutipan naskah dalam pupuh
Urang ngagancangkeun carita
kacatur isukana baé
bubar sadayana para raja
pada mulih masing-masing
Raja Duryan geus mulih
ngan putrana anu kantun
jadi patih Radén Ningrat
ngarotan di padaleman
sareng Ningrum parmeswari
kira lamina sabulan
ratu sepuh enggal nyingkir
di panyingkiran jeng patih
kira dua bulan tilu
di panyingkiran lamina
pasti kersa Yang Widi
ratu sepuh jeung patih datang kasawat
kacatur isukana baé
bubar sadayana para raja
pada mulih masing-masing
Raja Duryan geus mulih
ngan putrana anu kantun
jadi patih Radén Ningrat
ngarotan di padaleman
sareng Ningrum parmeswari
kira lamina sabulan
ratu sepuh enggal nyingkir
di panyingkiran jeng patih
kira dua bulan tilu
di panyingkiran lamina
pasti kersa Yang Widi
ratu sepuh jeung patih datang kasawat
Sumber: Ensiklopedi Sastra Sunda. kemendikbud RI - pdf. Diakses 26 Desember 2019.