Yang menarik dalam video tersebut adanya ritual warga Bandung (?) yang mengantar para Menir Belanda yaitu para Arkeolog menuju kawah Tangkuban Perahu. Rupanya warga berdoa terlebih dahulu untuk meminta keselamatan selama berada di gunung Tangkuban perahu tersebut.
Penampakan Arca tersebut berbentuk Dwarapala atau buta/yaksa seperti 'screenshot' video di bawah ini. Dibagian belakang foto (kiri dlm foto) sepertinya Arca Ganesha. Di bagian lain terlihat ada Yoni dan beberapa artefak yang terkumpul dalam satu areal dengan batas pagar.
Arca Dwarapala seperti ini yang kita kenal selama ini di Jawa Tengah dan Jawa Timur biasanya berada di depan gerbang Candi. Mungkinkah di lokasi Tangkubatan Perahu dahulu ada candi?
Di Bandung memang ada Candi Bojong Menje di Cicalengka, Candi Bojong Emas dan 87 situs lainnya. Ironisnya, semua situs peninggalan purba tersebut semuanya terbengkalai.
Baca juga: Zaman Hindu-Buddha di Bandung (DAS Ci Tarum)
Penulis menelaah video mengani lokasinya. Dari urutan video, nampak ritual di lokasi arca tersebut sebelum mendaki gunung. Artinya berada di bagian lereng Gunung Tangkuban Perahu arah Bandung.
Penulis menelusuri data keberadaan Arca tersebut. Sepertinya keberadaan arca dalam satu kompleks itu berada di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda.
Menurut lama ayobandung.com, Dr. Isaac Groneman (1864), seorang peneliti Botani dari Belanda, yang menyatakan bahwa kawasan hutan perbukitan Dago mengungkapkan bahwa Selain menjadi tempat bagi keanekaragaman hayati, Tahura pun menjadi sisa kearifan lokal yang tumbuh di sekitar hutan ini. Contohnya adalah, Situs Cibitung yang merupakan peninggalan zaman prasejarah.
Arca Dwarapala Tangkuban Perahu 1941 (?). Screenshot Video: Eye Museum Amsterdam |
Situs ini berbentuk makam dan pernah ditemukan batu arca di sekitarnya. Setelah digali lagi, ternyata tempat ini dianggap suci karena ada mata air di sekitarnya. Kemungkinan Arca yang ada dalam video tersebut belokasi di Situs Cibitung Taman Hutan Raya Ir H Juanda. Awalnya para peneliti Belanda sering menganggap bahwa situs berundak (babalayan) sebagai pemakaman. Mungkin yang disebutkan oleh Groneman adalah punden berundak.
Kini tidak diketahu mengenai keberadaan Arac-arca tersebut. Penulis beberapa kali ke Tahura dan Gunung Tangkuban Perahu tidak pernah menemukan situs ini. Ketika bertanya ke beberapa penduduk sekitar Tahura juga tidak mengetahui keberadaan Arca-arca tersebut.
Dari lokasi Situs Arca Tangkuban Perahu, Peneliti mendaki di tengah Hutan yang terbakar pasca letusan |
Telusur data kepustakaan ternyata pernah diteliti dan dicatatkan oelh peneliti di Zaman Belanda. Keberadaan Situs dan Arca di Gunung Tangkuban Perahu pernah dilaporkan oleh NJ Krom dalam Rapporten van de Oudheidkundige (ROD-Buletin Dinas Kepurbakalaan) Belanda dengan judul "Rapporten van de Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch Indie ; uitgeg. door het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 1914".
Tanda peringatan bahaya gas beracun kawah Gunung Tangkuban Perahu |
Keberadaan Arca di situs ini tidak lagi kita ketahui.
Namun pada masa kini, kawasan Tahura pun mulai dikeruk untuk komersialisasi. Beberapa pengembang mulai mengincar kawasan Dago untuk dijadikan pemukiman yang elit. Hal ini tentu saja berdampak pada perubahan kondisi lingkungan tersebut dan cenderung merusak.
Referensi
- "Insulinde zoals het leeft en werkt" video Youtube. EyeMuseum Amsterdam kode FLM31781
- Krom, NJ. "Rapporten van de Oudheidkundigen Dienst in Nederlandscg Indie ; uitgeg. door het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 1913-1915; 1923". Universitas Leiden txt version. Diakses 1 Maret 2020.
- "Rapporten van de Oudheidkundigen Dienst in Nederlandscg Indie ; uitgeg. door het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 1909". Archive.org ebook. Diakses 1 Maret 2020.