Cari

Wabah Sampar Renggut 1 Juta Jiwa di Pulau Jawa Akhir Abad ke-19

[Historiana] - Maut membayangi Eropa pada Abad Pertengahan. Suasana suram, kematian demi kematian terjadi, jasad-jasad manusia bergelimpangan di jalanan.

Kala itu, akhir Abad ke-14 (1347 – 1351), Maut Hitam (Black Death) membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Benua Biru. Tak sampai di situ. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi pula epidemi pada sebagian besar Asia dan Timur Tengah. Maut Hitam telah merenggut 75 juta sampai 200 juta nyawa manusia di seluruh dunia.

Sebuah golongan bakteri yang bertanggung jawab memicu wabah tersebut ditemukan. Ilmuwan meyakini bahwa Yersinia pestis, penyebab penyakit pes, yang dijuluki sebagai patogen paling mematikan dalam sejarah manusia, menjadi penyebab pandemi Black Death atau Maut Hitam di seluruh Eropa.

Mereka memperkirakan bakteri tersebut tiba di benua Eropa pada Abad ke-14 dan menewaskan lebih dari 25 juta jiwa (bbc.com).

Dengan menggunakan analisis genetik dari sejumlah jasad korban pandemi, tim peneliti memperoleh bukti bahwa bakteri tersebut menyebar dari Eropa ke Asia dan menyebabkan wabah besar ke tiga, setelah Abad ke-14 dan 17, pada awal tahun 1900-an.

Bubonic plague atau pes melanda Eropa selama abad pertengahan. Pandemi tersebut menyebabkan jutaan orang meninggal dalam dua wabah besar, yakni Black Death yang memusnahkan satu per tiga populasi Eropa pada Abad ke-14, dan Great Plague pada Abad ke-17 dan 18.

Dalam artikel ilmiah baru-baru ini, peneliti menghubungkan garis keturunan tunggal bakteri Y. pestis untuk dua wabah besar untuk pertama kalinya.

Tak hanya itu, mereka juga menghubungkannya dengan wabah di China dan India pada awal tahun 1900-an.

"Penelitian kami membuktikan penyebaran wabah dari Eropa ke Asia yang didukung secara genetik untuk pertama kalinya, dan menetapkan hubungan antara Black Death di pertengahan Abad ke-14 dengan wabah modern," ujar Maria Spyrou dari Max Planck Institute for the Science of Human History di Jerman.

Dikutip dari Daily Mail, Kamis (9/6/2016), jasad korban pandemi yang mereka teliti berasal dari 3 situs bersejarah wabah tersebut, yakni 2 kuburan massal di Spanyol dan Jerman, serta sebuah makam di Jerman.

Para peneliti mengekstraksi DNA yang terdapat di gigi dari 178 jasad dan menemukan bukti bahwa 32 jasad terinfeksi Y. pestis.

"Meskipun beberapa garis keturunan wabah terdapat di China saat ini, hanya garis keturunan yang menyebabkan Black Death beberapa abad sebelum meninggalkan Asia Tenggara pada akhir pandemi Abad ke-19 dan dengan cepat menyebar hampir ke seluruh dunia," jelas Spyrou.

Temuan tersebut menambah bobot penelitian yang dipublikasi pada awal tahun ini, di mana dilaporkan bahwa bakteri yang sama bertanggung jawab atas kematian sebagian besar penduduk di Eropa saat pandemi Black Death berlangsung.

Para ilmuwan melaporkan bahwa Y. pestis mungkin telah 'hidup' pada hewan pengerat di Eropa sejak Abad ke-14.

Hasil penemuan tersebut dipublikasi dalam jurnal Cell Host and Microbe.


Dokumentasi Wabah Pes di Pulau Jawa

Pama masa pemerintahan Hindia Belanda terjadi wabah Pes (Sampar) di Pulau Jawa. Data 1 juta jiwa dipublikasikan dalam video dokumenter Hindia-Belanda berjudul "De pest op Java" yang ditayangkan pada youtube channel: Eye Filmmuseum.



Dukun dan Mantri pes

Pada penghujung tahun 1910 penyakit pes memakan banyak korban di Malang dan meluas hampir di seluruh wilayah di Pulau Jawa. Pemerintah Belanda lewat Dinas Pemberatasan Pes kemudian membuat pelatihan bagi rakyat Pribumi untuk menjadi mantri pes yang bertugas langsung di lapangan. Dalam hal ini, posisi dukun sebagai penyembuh dalam tradisi Jawa mulai terganggu. Ditengah perang melawan pes, ada pula perang eksistensi antara dukun dan mantri pes. Posisi dukun dan mantri pes seolah dihadapkan pada posisi biner, saling berhadapan. Posisi tersebut secara tidak langsung menciptakan kontestasi diantara keduanya. Di sisi lain, mantri memiliki identitas mendua antara menjadi wakil pemerintah (Barat) dan tetapi ia juga bagian dari masyarakat Pribumi.


Peneitian Terkini

Sebuah penelitian menemukan bahwa Black Death atau Wabah Hitam yang melanda Eropa di masa lalu bukan disebarkan oleh tikus.

Sebelumnya diyakini bahwa serangkaian wabah yang melanda Eropa antara abad ke 14 dan abad ke 19 tersebut disebarkan tikus dan kutu-kutunya. Namun sebuah tim dari universitas di Oslo dan Ferrara menyimpulkan bahwa wabah pertama, Wabah Hitam bisa 'dianggap sebagian besar berasal dari kutu manusia dan kutu yang ada dalam tubuh'.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Science itu menggunakan catatan atas pola dan skala wabah itu. Wabah Hitam merenggut korban sekitar 25 juta jiwa atau lebih dari sepertiga populasi Eropa pada masa 1347 hingga 1351.

"Kami memiliki data kematian yang akurat dari sembilan kota di Eropa akibat wabah tersebut," jelas Prof Nils Stenseth, dari Universitas Oslo, kepada BBC News. "Jadi kita bisa membangun model dari dinamika penyakit di (sana)."

Ia dan rekan-rekannya kemudian mensimulasikan wabah penyakit di masing-masing kota tersebut dan menciptakan tiga model wabah yang disebabkan:
  •     Tikus
  •     Transmisi udara
  •     Kutu yang ada di tubuh manusia dan pakaiannya

Di tujuh dari sembilan kota yang diteliti tersebut, ternyata 'model parasit manusia' menunjukkan tingkat kecocokan tinggi dengan pola wabah.

Penemuan itu mencerminkan pula seberapa cepat penyebarannya dan berapa banyak pula orang yang terkena dampaknya.

"Kesimpulannya sangat jelas," kata Prof Stenseth.

"Model kutu cocok sekali. Tidak mungkin menyebar secepat itu jika ditularkan oleh tikus.

Prof Stenseth mengatakan bahwa penelitian lebih untuk kepentingan sejarah, dengan menggunakan pemahaman modern tentang penyakit, untuk mengungkap apa yang telah terjadi selama pandemi yang paling menghancurkan dalam sejarah manusia tersebut.

Dia menambahkan bahwa pemahaman sebaik mungkin tentang yang terjadi selama epidemi akan berguna untuk mengurangi angka kematian di masa mendatang mengingat wabah ini masih endemik di beberapa negara di Asia, Afrika, Amerika, maupun di 'tempat-tempat kubangan air' yang terinfeksi tikus.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, dari tahun 2010 sampai 2015 terdapat 584 kematian dari 3.248 kasus pes yang dilaporkan di seluruh dunia.

Dan pada tahun 2001, sebuah studi mengungkap genom wabah menggunakan bakteri yang berasal dari dokter hewan di AS yang meninggal tahun 1992 karena digigit seekor kucing yang penuh wabah saat ia berusaha menyelamatkan kucing itu dari kolong rumah.

"Penelitian kami menyebutkan bahwa untuk mencegah penyebaran wabah tersebut, aspek kebersihan di masa yang akan datang sangat penting diperhatikan," kata Prof Stenseth.

"Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jika Anda sakit, Anda seharusnya tidak berhubungan dengan terlalu banyak orang. Jadi jika Anda sakit, Anda harus tetap tinggal di rumah."



Referensi

  1. "Pemicu 'Horor' Black Death di Eropa Terkuak dari Kuburan Massal ". Liputan6.com Diakses 4 Maret 2020.
  2. "Wabah Hitam yang menewaskan 25 juta orang 'ditularkan oleh manusia' bukan tikus". bbc.com oleh Victoria Gill 19 Kanuari 2018. Diakses 4 Maret 2020.
  3. Safitri, Martina. 2016. "Dukun dan Mantri Pes: Praktisi Kesehatan Lokal di Jawa Pada Masa Epidemi Pes 1910-1942" Tesis MARTINA SAFITRY, Prof. Dr. Bambang Purwanto. Universitas Gajah Mada. ugm.ac.id Diakses 4 Maret 2020.
Baca Juga

Sponsor