Cari

Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara Parwa 2 Sargah 4

[Historiana]
- Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara | Parwa 2 Sargah 4 adalah Sebuah Naskah Sastra-Sejarah Karya Kelompok Kerja di Bawah Tanggungjawab pangeran Wangsakerta Cirebon. Alihbahasa oleh: Ayatrohaedi dan Atja. Diterbitkan tahun 1991 oleh Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Jakarta.

Naskah ini digarap dalam sebuah proyek dan merupakan salah satu naskah yang menurut keterangan dalam naskahnya sendiri, menipakan karya sebuah kelompok kerja pimpinan Pangeran Wangsakerta dari Cirebon. Embaran pertama mengenai naskah yang mulai terkumpul menjelang akhir tahun 1970-an itu dilakukan dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V, bulan September 1981. Setelah itu, berturut-turut pengungkapan bagian-bagian naskah itu dilakukan sampai akhimya mengundang reaksi dan sekelompok sarjana yang bergerak di bidang sejarah kuna Indonesia.

Sebuah temuan baru akan selalu mengundang tanggapan, baik dari mereka yang mendukung maupun yang menentang temuan itu. Jika dikelompokkan, tanggapan terhadap naskah-naskah karya kelompok bekerja Pangeran Wangsakerta ini terbagi menjadi tiga. Pertama, mereka yang hampir sepenuhnya mempercayai kandungan isi naskah-naskah itu. Kedua, mereka yang sama sekali tidak menerima kebenaran isinya,
bahkan dengan tegas menyatakan bahwa naskah-naskah itu buatan baru dan karenanya tidak boleh digunakan sebagai bahan kajian. Pendapat ketiga adalah yang mencoba berdiri di antara-kedua pendapat itu. Menurut pendapat ini, alangkah baiknya jika pada tahap pertama dilakukan penelitian yang mendalam mengenai naskah-naskah itu, sebelum terlanjur menjatuhkan hukuman. Jika saja setelah penelitian selesai temyata isinya dapat dipercaya, tentulah hal itu merupakan sumbangan besar terhadap kajian kesejarahan Indonesia. Jika pun tidak benar, akan selalu terdapat nilai-nilai positif dari naskah itu sebagai naskah: menunjukkan betapa lihainya kelompok ketiqa itu sehingga dapat "mengacaukan" dunia ilmiah Indonesia walaupun terbatas kepada golongan tertentu saja.

Berkut ini terjemahan naskah Naskah Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara parwa 2 sargah 4 Bagian /1/ hingga /30/ adalah bahasa pengantar dari Pangeran Wangsakerta tentang penyusunan naskah, hingga kita langsung pada bagian kisah sejarah nusantara seperti di bawah ini.

Kisah Pertama:
Adalah seorang pemuda Sunda (yang) hitam, Sanjaya namanya. la (adalah) anak Bratasenawa, raja Galuh di wilayah Jawa Barat. Ia mahir memainkan senjata dan gemar berburu binatang di hutan rimba, dan karenanya selalu gemar menginap di dalam hutan dan terlunta-lunta. Ia tidak takut terhadap binatang buas atau orang sebagai musuhnya, karena wataknya yang suka hutan itu. Adapun Sanjaya adalah ketu-

/31/ runan sang Resiguru Manikmaya Prabhuguru, atau raja daerah Kendan. Selanjuinya dikisahkan sekarang berkuasa di kerajaan Galuh dan kerajaan Sunda di wilayah (Jawa) Barat demikian. Sang Resiguru Manikmaya namanya, datang dari Jawa Timur, tetapi negara asal-mulanya ialah negara India dari keluarga Salankayana. Ada beberapa negara di antaranya yaitu Gaudi, Mahasin, Hujungmedini, Suwamabhumi, Gohnusa yailu pulau Bali, juga negara Syangka,

/32/ Yawana, Cina dan berbagai negara, dulu sudah dikunjunginya. Dari Sang Resiguru Manikmaya yang beristrikan Dewi Tirthakancana namanya, yaitu anak maharaja Tarumanagara, Suryawarman namanya, kemudian sang Resiguru dihadiahi daerah, yaitu Kendan namanya, dan lengkap dengan pengikutnya, bersenjata lengkap. la dirajakan di daerah Kendan sebagai rajaresi, sang maharaja memberinya semua benda yang patut untuk raja. Begitu juga semua

/33/ pakaian yang sesuai bagi raja dan permaisuri, dan petinggi kerajaan, serba indah dan serba lezat hidangannya. Seluruh raja daerah, yaitu seluruh kerajaan di wilayah Jawa Barat dikirimi surat oleh sang maharaja Tarumanagara, bahwa Rajaresi Kendan Janganlah dimusuhi karena sang Rajaresi Kendan adalah menantuku, jadikan sahabat olehmu semua. Lapipula sang rajaresi Guru Kendan sebagai brahmana yang sempurna ilmunya, dan ia sudah berjasa untuk sanghyang Agama. Sia

/34/ pa yang memusuhi Rajaresi Guru Kendan akan dihukum mati dan kerajaannya kemudian kulenyapkan: Dari perkawinan putri Tarumanagara, Dewi Tirthakancana dengan sang Resiguru Manikmaya, raja di Kendan, beranak beberapa orang, lelaki dan perempuan. Salah satu di antaranya ialah rajaputra Suraliman namanya. Ketika sudah duapuluh tahun usia anak itu, kian terlihat ketampanan tubuhnya, dan mahir berperang. Karena itu ia dijadikan senapati perang.

/35/ Kemudian menjadi penglima tentara Tarumanagara. Setelah ayahnya, yaitu sang Rajaresi Guru Kendan meninggal, panglima Suraliman dirajakan di Kendan, menggantikan ayahnya. Ketika itu tanggal duabelas parogelap, bulan Asuji, empatratus sembilan-puluh tarikh Saka. Sang Suraliman dalam perang ia selalu mengungguli musuhnya karena tindakannya yang berani dan perkasa raja Kendan. Dari perkawinannya dengan putri Bakulapura,

/36/ putropadana nira sakeng kudungga menurut asalnya, sang Suraliman beranak dua orang, lelaki dan perempuan. Diantaranya masing-masing, anak sulung yailu Sang Kandihawan atau sang Rajaresi Dewaraja, atau sang Layuwatang namanya lagi; sedangkan anak bungsu, adik sang Kandihawan, yaitu Sri Dewi Kandiyawati namanya, gadis yang sempuma kecaniikannya, jelita rupanya. Sri Dewi kemudian berjodoh dengan orang kaya

/37/ dari Suwamabhumi, dan dia berdiam di kampung halaman suaminya. Sang Suraliman menjadi raja Kendan lamanya duapuluh sembilan tahun. Setelah meninggal, anaknya, sang Kandihawan yang berdiam di Medangjati menggantikan ayahnya. Tetapi sang Kandihawan menjadi raja di Medangjati, lamanya limabelas tahun. Adapun sang Kandihawan ketika menjadi raja daerah dengan nama nobat sang Bhatara Wisnu di Medanggana negaranya, atau Medangjati

/38/  namanya lagi. Sang Kandihawan beranak beberapa orang lelaki. Salah satu di antaranya adalah sang Wretikandayun, ia menggantikan ayahnya menjadi raja. Tetapi ia menjadi raja di daerah Galuh, kemudian menjadi rajaresi di daerah Menir. Sang Wretikandayun dinobatkan menjadi raja di Galuh tanggal empatbelas paroterang, bulan Caitra, limaratus tigapuluhempai tarikh Saka. Itulah pertama mulainya berdiri kerajaan

/39/ Galuh di Jawa Barat, pulau Jawa. Inilah kisahnya lagi. Setelah Sang Maharaja Linggawarman meninggal, kebesaran kerajaan Tarumanagara sudah tidak seberapa. Sebabnya, masing-masing kerajaan kecil di Jawa Barat ingin memutuskan ikatannya dengan kerajaan Tarumanagara di ibukotanya, karena sang maharaja digantikan oleh menantunya. Keinginan kerajaan sebelah timur yang dikuasai oleh raja Galuh, yaitu sang Prabhu Wretikandayun. Tetapi

/40/ begitu sang Tarusbawa sudah mengabari ke banyak negara (bahwa) sekarang raja Tarumanagara sudahdigantikan olehnya. Adapun sang maharaja Tarusbawa menyuruh utusan Tarumanagara mengunjungi beberapa kerajaan di Nusantara dan kerajaan-kerajaan di negara India. Cina, Campa, Kamboja, Sanghyang Hujung, Gaudi, Singhala, dan banyak lagi lainnya. Peristiwa itu (terjadi) sembilan paroterang, limaratus sembilanpuluh satu tarikh Saka. Tetapi

/41/ setahun kemudian, yaitu (tahun) limaratus sembilanpuluh Saka, raja Galuh mtngulus dutanya ke ibukota, yaitu kota raja Tarumanagara. Sama (maksudnya) dan bermaksud memberitahukan bahwa kerajaan Galuh tidak ingin lagi mengabdi ke kerajaan di sebelah barat, yaitu Tarumanagara. Adapun ujar sang Prabhu Galuh didalam suratnya. demikian: ''Sejak sekarang, aku dan semua kerajaan yang termasuk sebelah timur sungai Taruma. tidak lagi

/42/ lebih rendah dari Tarumanagara, jadi lidak lagi  memperajakan anda, hanya tidak puus dan lebih baik kita mempererat persahabatan. Dan begilulah, desa-desa yang termasuk sebelah (barat) sungai Taruma ada di bawah kekuasaan anda, sedangkan desa-desa timur sungai Taruma, berada di bawah kekuasaanku. Dan aku sejak sekarang tidak lagi menghadap kepada anda. Maka, janganlah tentara anda menyerbu ke kerajaanku, yaitu Galuh Pakuan, karena demikian itu sia-sia saja, ya

/43/ itu karena Galuh sangat besar tentaranya, besarnya tiga kali seluruh tentaranya, dan persenjataan perangnya lengkap. Lagipula, banyak-kerajaan di (bagian) tengah Jawadwipa dan Jawa Timur yang bersahabat denganku, dan memberikan kekuasaan yang besar bagi tentaraku. Nah, anda sudah tahu semuanya; sekarang baiklah kita bersaudara, mengharapkan negara kita makmur adanya, penduduknya sejahtera, dijauhkan dari bahaya besar (oleh) Hyang mahakuasa dengan melenyapkan siapa pun

/44/ yang berwatak pemarah, dan serakah, serta tak menghargai keinginan sesama orang. "Adapun awalnya berdiri kerajaan Galuh ialah pada empatbelas paroterang, bulan Caitra, limaratus tigapuluh empat tarikh Saka. Tetapi, selama tigapuluh tujuh tahun kerajaan Galuh mengabdi kepada kerajaan Tarumanagara, sebabnya, kerajaan Galuh terhitung kerajaan kecil, tetapi kian lama kian besar dan berkuasa. Besar tentara

/45/ nya. Sang Prabhu Wretikandayun menjadi raja lamanya sembilanpuluh tahun. Ia beristrikan putri sang Resi Makandriya, yaitu Nay Manawat dengan nama nobat Dewi Candrarasmi, karena sang Dewi cantik jelita, elok nian parasnya, bagaikan bidadari yang berdiam di bumi. Dari perkawinan sang Wretikandayun dengan Nay Candrarasmi, beranak lelaki tiga orang, di antaranya masing-masing ialah, anak sulung sang Sempakwaja namanya, menjadi resiguru dan berdi-

/46/ am di daerah Galunggung. Anak tengah sang Wanayasa atau Rahyang Kidul namanya lagi, menjadi resiguru di daerah Denuh; dan anak bungsu ialah sang Mandiminyak atau ketika kecil disebut sang Amara namanya lagi. la kemudian menjadi raja Galuh menggantikan ayahnya. Ketika berusia muda, ia sebagai wakil sang raja, karena ia rnenjabat rajamuda di istana Galuh. Begitu juga ia mtnganugerahi beberapa petinggi di seluruh nega-

/47/ ra. Sang Sempakwaja beristrikan Nay Pohaci Rababu, kemudian beranak dua orang lelaki, yaitu sang Demunawan namanya, dan sang Parbasora namanya. Dari hubungannya yang tidak senonoh, di antaranya sang Mandiminyak menyanggamai Nay Pohaci Rababu, istri abangnya, kemudian beranak seorang lelaki, yailu sang Bratasenawa namanya. Sang raja Galuh Pakuan, yailu Mandiminyak, tidak suka melihat abangnya, sang Sempakwaja, kawin dengan Nay Pohaci Rababu. Sebabnya, sang Mandiminyak sangat terpesona dan bera-

/48/ hi terhadap si cantik karena Pohaci Rababu wanita yang sangat elok parasnya. Paras yang jelita demikian itu sangat langka, tampak tubuhnya kemilau dalam permata yang dipakainya, bagaikan bidadari turun dari surga dan berdiam di bumi Galuh. Kemudian tersebutlah, sang Mandiminyak mengadakan pesta besar diistana Galuh pada malam empat belas paroterang, ketika bulan purnama. Pesta besar itu tampak sangat meriah (karena) ketika itu sang Mandimi

/49/ nyak adalah sang putra sebagai wakil sang raja, dan menganugerahi banyak petinggi negara. Adapun semua keinginan sang putra selalu dikabulkan. Begitulah, pesta besar sang Mandiminyak itu  pun oleh ayahnya disetujui. Selanjutnya dikisahkan tentang pesta besar di istana Galuh itu, yang mengundang dalam pesta besar itu adalah sang Wretikandayun, raja Galuh Pakuan. Karena itu seluruhnya bersama datang keistana,

/50/ Sang ayah tidak tahu ulah anaknya, yaitu sang Mandiminyak yang mengalahkan perilaku anaknya itu tidak patut. Datanglah ke situ banyak raja daerah, petinggi, senapati, sangjuru, nangganan, dan pengikut mereka, Rahyang Sempakwaja tidak datang karena ia sedang sakit, hanya istrinya Nay Pohaci Rababu datang ke istana Galuh. Pada waktu tersebut, tak terkatakan nyaringnya, dan terdengar alunan gending sebagai acara pesta, dan diiringi para penyanyi yang hebat. Semua mereka yang datang dijamu dan di-

/51/ suguhi hidangan serba lezat. Pada waktu tidur (malam), sang Mandiminyak datang ke penginapan Nay Pohaci Rababu. Mulanya si jelita itu bimbang dan malu, ketika pertama disambut lengan kanan yang kukuh, dan dipeluk disuruh tidur. Hatinya berdebar karena wajah dan tubuh si jelita itu senantiasa dipeluk oleh sang Mandiminyak. Kemudian keduanya bermain cinta, berpelukan, lalu keduanya tak mengenakan pakaian, lalu bersanggama dan kemudian menangis karena merasakan nikmatnya bersanggama. karena ia sudah ter-

/52/ capai dan terpuaskan niatnya. Sampai esoknya, kemudian keduanya berdandan. Maka Nay Pohaci Rababu berdiam di istana Galuh selama empat malam tidur, karena berlebih-lebih demikian itu, akhirnya ketahuanlah dia oleh suaminya, setelah itu dia kelihatan mengandung. Maka suaminya itu tidak ingin menyanggamai istrinya yang sudah berlaku serong dan tidak patut. Akhirnya lahirlah anak lelaki, sang Sena namanya. Lalu anak si bersalah itu diberikan kepada sang Mandiminyak

/53/ la tak berkata, karena anak ituanaknya sendiri. Dalam pada itu sangSempakwaja sangatlah cinta terhadapistrinya sehingga tidaklah dia menghukum segala perilaku istrinya, dan kembali menjadi satu lagi. Adapun sang Prabu Mandiminyak beristrikan Dewi Parwati namanya, putri raja Keling yaitu Prabu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima. Dari perkawinan sang Prabu Mandiminyak dengan Dewi Parwati, beranak perempuan, yaitu sang Dewi Sannaha namanya; sedangkan adik Dewi Parwati, yaitu sang Prabu Narayana

/54/ namanya, menjadi raja di negara (bagian) selatan tanah Jawa Tengah. Selanjuinya, kisahnya lagi, Sang Dewi Sannaha diperistri oleh sang Bratasena. Dari perkawinan mereka lahir anak lelaki, yaitu Sanjaya namanya. Sang Prabu Narayana beristrikan putri raja kerajaan Singhanagara di daerah Jawa Barat. Selanjutnya, menurut tulisan dan tuturan sang mahakawi dari Jawa Tengah, inilah kisah yang benar.Kerajaan Kalingan disebut oleh orang Jawa yaitu kerajaan Kaling ada di Jawa Tengah ke Jawa

/55/ Timur sejak mulai berdirinya, Wangsa itu asal-mulanya dari negara India sebelah selatan, yang sudah diketahui oleh sang mahakawi, yaitu sang Prabu Kartikeyasingha, berkuasa di kerajaan Keling di Jawa. Ia menjadi raja selama delapan tahun. Kerajaan Keling bersahabat erat dengan kerajaan Cina: duta kerajaan Cina ada disitu, duta kerajaan Keling ada di sana. Sang prabu selalu menyuruh sang petinggi, rajamuda sebagai duta Keling, karena maharaja Cina memberikan perlindungan terhadap sang Pra-

/56/ bu. Dari perkawinan sang Prabu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima, beranak beberapa orang, perempuan dan lelaki. Dua orang di antaranya, yaitu Dewi Parwati Pretiwi namanya, diperistri oleh sang Prabu Mandiminyak dari kerajaan Galuh. Kedua, sang Narayana namanya, berisirikan putri raja dari Jawa Timur. Setelah sang Prabu Kartikeyasingha meninggal. kemudian digantikan oleh istrinya, Dewi Sima dengan nama nobat Sri Maharani Mahisasuramardini Satyaputikeswara. Dia menjadi raja lamanya duapuluh satu tahun;

/57/ mulainya memerintah kerajaan pada (tahun) limaratus sembilan puluhenam sampai enamratus lujuhbelas tarikh Saka. Setelah Dewi Sima meninggal, kerajaan dijadikan dua, yaitu sebelah utara diperintah oleh Dewi Parwati, sebelah selatan dikuasai oleh sang prabu Narayana. Dewi Sannaha, putri Dewi Parwati, diperistri oleh sang Bratasenawa, kemudian menjadi raja beresama dengan isirinya. Dari perkawinan Dewi Sannaha dengan sang Prabu Bratasenawa, beranak lelaki, yaitu Sanjaya namanya. Selanjutnya, sang mahakawi mengisahkan.

/58/ Adapun sang Prabu Narayana beranak beberapa orang, seorang diantaranya sang Prabu Dewasingha namanya, yang menggantikan kekuasaan ayahnya. Selanjutnya sang Prabu Dewasingha beranak beberapa orang, dua orang di antaranya yaitu yang lelaki sang Prabu limwa dengan nama nobat sang Prabu Gajayana, yang perempuan, adiknya, yaitu Dewi Sudhiwara namanya, diperistri oleh Sanjaya. Di kerajaan Keling Sanjaya menjadi rajamuda, lalu kerajaanhya bernama Medang. Dari perkawinan Sanjaya

/59/ dengan Dewi Sudhiwara sebagai permaisuri Medang di Bumi Mataram di Jawa Tengah. beranak beberapa orang. Salah seorang di antaranya sang pemuda Dyah Sangkara atau Rakai Panangkaran dengan nama nobat Sri Maharaja Tejahpurnapana Panangkarana, lahir tahun enamratus tigapuluhsembilan tarikh Saka. Selanjutnya keturunannya, raja-raja di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dari perkawinannya dengan putri Sunda, anak Rakeyan Sundasembawa, yaitu Nay Sekar Kencana atau De-

/60/ wi Tejakancana Hayu Purnawangi, beranak sang Tamperan namanya. Selanjutnya keturunannya, raja-raja di daerah Jawa Barat. Selanjutnya sang Prabu Gajayana beranak perempuan, Dewi Utteyana namanya, sebagai istri sang Prabu Pradabuta namanya. Dari perkawinan Dewi Utteyana dengan sang Prabu Pradabuta beranak beberapa orang, satu diantaranya lelaki sang prabhuanandhana jayengwana namanya //henengakna ng kathanya sakareng /satuluynya mengene sanjaya

/61/ cucu maharaja Sunda sang Tarusbawa, yaitu Dewi Sekarkancana dengan nama nobat Dewi Tejakancana hayu Purnawangi, yang beranak beberapa orang, salah seorang di antaranya Rahyang Tamperan, yang selanjutnya keturunannya (menjadi) raja-raja di Jawa Barat. Rakai Panangkaran dua orang istrinya. Pertama, putri raja dari Jawa Timur, beranak beberapa orang; salah seorang di antaranya ialah Rakai Panunggalan dengan nama nobat raja Rakai Lingganagarottama, menggantikan ayahnya menjadi raja Medang

/62/ di bumi Mataram di Jawa Tengah, dengan ibukotanya Mamratipura namanya. Sedangkan Rakai Panangkaran juga menjadi raja menggantikan ayahnya, yaitu Rakai Sanjaya. Rakai Sanjaya adalah yang pertama (menjadi) raja Medang di bumi Mataram dengan nama nobat sang Prabu Sanjaya Ksatrabhima Parakrama Yudhenipuna Bratasenawa putra. Sebabnya Sanjaya sudah berhasil unggul dalam perang, sudah banyak negara ditundukkannya, hampir seluruh Jawadwipa dikuasai olehnya. Demikian juga banyak negara di

/63/ Suwarnabhumi kalah olehnya. Selanjutnya dalam kisahnya, istri kedua Rakai Panangkaran ialah putri dari keluarga Sailendra, Dewi Tarapramathama namanya. Beranak beberapa orang, salah seorang di antaranya ialah si sulung perempuan, yaitu Dewi Yasodhara namanya, diperistri oleh raja dari Sailendrawangsa, yaitu sangprabu Dharanindra atau Sri Wirawairimathama namanya lagi. Sebagai permata Sailendrawangsa di bumi Jawa. Dengan istri yang kedua, yaitu DewiSatya-

/64/ dharmika namanya, sang Rakai Panangkaran beranak lelaki seorang, yaitu sang Panunggalan namanya menjadi raja dengan nama nobat Rakai Dyah Panunggalan Bima Parakrama Linggapawitrayawabhumandala. Kelak Rakai Panunggalan menggantikan ayahnya menjadi raja Medang di bumi Jawa Tengah sebelah utara. Sedangkan sang Wirawairingmathama berkuasa disebelah selatan, yaitu di Bhumi Samara. Dari perkawinan sang wirawairimathama dengan sang Dewi Yasodhara, beranak lelaki sang Prabu Samaragrawira

/65/ atau Samaratungga namanya lagi. Kelak menggantikan ayahnya menjadi raja di Jawa Tengah sebelah selatan .Adapun Sailendrawangsa itu pemuja Budha, sedangkan Sanjayawangsa pemuja Siwa. Dalam (tahun) tujuhratus limapuluh empat tarikh Saka. sang Prabu Samaratungga mendirikan biara di Bhumi Sambara bernama Bhahadur, karena sang raja adalah pemeluk yang setia terhadap sanghyang Agama. Biara itu bhahadur, besarnya bagaikan gunung di bumi Jawadwipa. Selanjutnya kisahnya lagi, sang Rakai Panggunggalan beranak be-

/66/ berapa orang. Dua orang di antaranya ialah sang Rakai Warak namanya, dan sang Rakai Garung. Sang Rakai Warak kemudian menjadi raja menggantikan ayahnya, selanjuinya menjadi raja Medang di Bumi Mataram yailu Rakai Garung dengan nama nobat Dang Rakarayan Patapan Pupalar. Oleh penduduk raja-raja Sailendrawangsa dan raja-raja Sanjayawangsa disebut Sri Maharaja. Sebabnya mereka masing-masing menguasai beberapa raja daerah yang mengabdi kepada mereka masing-masing. Rakai Garung

/67/ kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu sang Rakai Pikatan,lalu Rakai Pikatan beristrikan putri sang Prabu Samaratungga, yaitu sangrani Pramodhawardhani namanya. Dari perkawinan sang rani Pramodhawardhani dengan sang Rakai Pikatan beranak btberapa orang. Seorang diantaranya ialah Rakai Kayuwangi namanya. Adapun sang rani dengan nama nobat Sri Kahulunan, selanjutnya begini kerajaan-kerajaan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut tuturan beberapa sang mahaka-

/68/ wi, sejak enamratus limapuluh empat tarikh Saka, di daerah Jawa Barat termasuk Jawa Pamotan, yaitu daerah antara daerah Jawa Barat sebelah timur dan daerah Jawa Tengah sebelah barat, Ketika itu ada liga raja yang berkuasa, yaitu raja Sunda atau kemudian disebut Pakwan Pajajaran, Rajaguru Saunggalah dan Galuh Pakuan dan termasuk Jawa Pamotan. Adapun disebut begitu ialah karena daerah itu sebagai jembatan antara daerah Jawa dengan dae-

/69/ rah Sunda. Di mana lampau, termasuk daerah kekuasaan raja Indraprahasta. Tetapi akhirnya menjadi satu, sebabnya ialah banyak di antara putri Saunggalah diperistri oleh sang lelaki dari Sunda atau lelaki dari Galuh; putri Galuh diperistri oleh lelaki dari Sunda; putri Sunda diperistri oleh lelaki dari Galuh atau Saunggalah. Makanya ibu kota senandasa berpindah ke

/70/ timur atau ke barat, berikut keluarga dan tentaranya, semua harta, kekayaan raja, pakaiannya dan keluarganya, sekeluarga lelaki dan perempuan, dan semua tentaranya lengkap dengan perlengkapan perang. Selanjutnya, aku tetap mendapat kebingungan dan sangat duka dalam menyusun (kisah) raja-raja Sunda, Saunggalah,dan Galuh yang berkuasa tersebut. Tetapi sedapat mungkin, akhirnya mengambil menurut pengetahuan tentang kisah yang sudah sama dan benar yang berhasil digunakan

/71/ desa-desa. Para peitnggi kerajaan kecil, beberapa pemuka agama, yaitu sang mahabrahmana, rasi, sang dharmadyaksa kewisnuan, sang dharmadhyaksa kesiwaan, dharmadhyaksa kebudayaan, beberapa orang duta dari negara sahabat, sang juru, dipati wedana, dan banyak lagi orang penting lainnya. Semua mereka didatangkan oleh Rahyang Sanjaya. Ada juga dengan perantaraan sang Prabu Bratasenawa; ada yang dengan perantaraan

/72/ sang rajaguru Demunawan mendatangkannya. Ketika itu istana Galuh sebagai tempat berkukup semuanya. Sehabis semuanya bersidang di situ, menyatakan maksud seluruhnya, kemudian oleh Sanjaya Jawadwipa dijadikan beberapa Kerajaan daerah keluarga, di antaranya masing-masing yaitu kerajaan daerah Sunda dan termasuk semua raja daerahnya; daerah rajagama Saunggalah dan termasuk semua raja-raja daerahnya yang dikuasai oleh sang resiguru De-

/73/ munawan dan keturunannya. Sedangkan Galuh termasuk raja-raja daerah Galuh, Jawa Pamotan, yaitu Jawa Tengah sebelah timur sebagian, yang dikuasai oleh putra Rahyang Sanjaya, yaitu Rahyang Tamperan, kemudian Jawa Tengah yang tadinya bernama Galuh Purba, yaitu Galuh Keling, atau Medang awal di daerah Tengah, dijadikan dua kerajaan daerah, yaitu kerajaan Medang di Bumi Mataram yang menurut sang mahakawi selanjutnya, dan termasuk raja-raja daerahnya, di-

/74/ kuasai oleh sang prabu Bratasenawa dan Rahyang Sanjaya. Pada waktu itu, sang Prabu Senna sebagai raja maritan, jadi kekuasaannya diberikan kepada anaknya, yaitu Rahyang Sanjaya yang menguasai kerajaan Medang di Bumi Mataram, sedangkan, ayahnya menjadi pertapa di dalam asrama sampai ia meninggal. Selanjutnya Sanjaya menjadi raja Medang di Bumi Mataram dengan ibukotanya Mamratipura, mulainya menjadi raja di tahun enam ratus limapuluh empat tarikh Saka. Sedangkan Jawa Timur

/75/ termasuk bumi Sambara dan raja-raja daerah yang ada di Jawa Tengah sebelah Timur, (mereka) dikuasai oleh sang Rakai Narayana dengan nama nobat sang Iswara Kesawalingga Jagatnata Bhuwatala, yaitu wangsa Keling, dan selanjutnya dikuasai keturunannya, kerajaan itu kelak oleh anaknya dipindahkan ke timur. Selanjutnya menurut kisahnya lagi, inilahraja Parwawarnana atau raja-rajayang beikuasa di kerajaan Jawa Tengah dan Jawa Timur di daerah Jawadwipa, termasuk nusa Bali. Beginilah ki-

/76/ sahnya: Ketika Sanjaya menjadi raja Medang, ia sudah mendirikan prasasti dan lingga persembahan(kepada) Bhatara Jagatnata atau Bhatara Siwa. Tulisan pada batu itu menerangkan kearifan kerajaan yang tiada cela. Itu peringatan di dalam hutan di desa Kunyarakunya di daerah Jawadwipa. Adapun Rakai Sanjaya menjadi raja Mataram di daerah Jawa Tengah (tanggal) tigabelas paroterang, bulan Kartika, enamratus limapuluh empat tarikh Saka sampai enamratus tujuhpuluh enam ta-

/77/ rikh Saka, jadi lamanya duapuluh dua tahun. Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu Tejahpurnapana Panangkarana namanya. Setelah Sanjaya Menjadi raja Mataram, maka di Jawa Barat ada dua raja yang berkuasa, yaitu sang Demunawan dan Rahyang Tamperan, Prabu Sunda dan Galuh, dalam /654-611/ tarikh Saka (lamanya /7/ tahun), rajaresi Demunawan atau sang Seuweukarma, raja-guru di Saunggalah dalam 645-696/ tarikh Saka (lamanya /51/ tahun). Anaknya,yang meninggal di Aril, seperti juga cucu-

/78/ nya yang meninggal di Galuh, tidak menjadi raja yang berkuasa, hanya yang meninggal di Aril menjadi raja daerah lamanya tigabelas tahun, sedangkan yang meninggal di Galuh lamanya duapuluh tujuh tahun menjadi raja daerah. Dan anak sang Galuh atau pungut (?) sang Demunawan, yaitu yang sulung diperistri oleh sang Mamarah, dan adiknya diperistri oleh Arya Banga. Sang Manarah dengan nama nobat Prabu Jayaprakosa Mandaleswara Salakabhuwana, menjadi prabu Galuh Pakuan dalam /661-705/ tarikh Saka

/79/ (lamanya /44/ tahun) umurnya delapanpuluh tahun digantikan oleh menantunya yaitu sang Manisri dengan nama nobat prabu Dharmasakti Wirajayaswara /dalam/705-721/tarikhSaka (lamanya /16/ tahun). Permaisurinya putri sang Manarak yaitu Nay Ratna Puspasari namanya. Sang Tariwulan dengan nama nobat sang Prabu Kretayasa Dewakusaleswara dalam /721—728 tarikh Saka. (lamanya /7/ tahun). Beliau menjadi raja Galuh Pakuan dan permaisurinya Putri Saunggalah putri keturunan sang Demunawan, sang

/80/ Welengan dengan nama nobat sang Prabu Brajanagarajayabhuwana dalam /728—735/ tarikh Saka, lamanya tujuh tahun sang Banga dengan nama nobat Sang Prabu Krtabhuwanayasawiguna Hajimulya dalam / 661-688 / tarikh Saka, lamanya /27/ tahun (diantaranya duapuluh tahun) menjadi sang Arya raja daerah yang mengabdi kepada sang Manarah tujuh tahun menjadi raja Sunda yang agung dan merdeka, karena diberkati oleh sang Prabu Guru Demunawan, kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu Rakyan Medang atau sang Prabu

/81/ Hulukujang, dalam /688—705 tarikh Saka/ (lamanya /17/ tahun), digantikan oleh menantunya, yaitu Rakyan Hujungkulon atau sang Prabu Gilingwesi dalam /705—717 tarikh Saka/ Lamanya /12/ tahun). Digantikan oleh menantunya, yaitu Rakyan Diwus atau sang Prabu Pucukbumi Dharmeswara dalam /717—741 tarikh Saka/ Lamanya /24/ tahun), kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu Rakryan Wuwus atau sang Prabu Gajahkulwan dalam /741—813 tarikh Saka/ Lamanya /72/ ta-

/82/ hun), digantikan oleh suami adiknya, sang Arya dari  Galuh Pakuan. Maka kerajaan Sunda dan Galuh menjadi satu; yang berkuasa ia, Arya Kadatwan atau sang Prabu Dharmaraksa Sakalabhuwana, dalam /813-817 tarikh Saka/, lamanya hanya /4/ tahun karena ia dibunuh oleh seorang petinggi dari Sunda yang tidak suka daerahnya dikuasai oleh sang Arya dari Galuh. Kemudian ia digantikan oleh anaknya, yaitu sang Wisnu-

/83/ sakti atau sang Prabu Dewagong Jayengbhuwana, dalam /817—835 tarikh Saka/, lamanya /18/ tahun. Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu Rakyan Kamuninggading atau sang Prabu Pucukwesi atau 'yang meninggal di Hujungcariyang' dalam /835—838/ tarikh Saka (lamanya /3/ tahun). Kemudian digantikan oleh adiknya, yaitu Rakyan Jayagiri atau sang Prabu Wanayasa, dalam /838—864/ tarikh Saka (lamanya /26/ tahun). Kemudian digantikan

/84/ oleh menantunya, ialah Rakyan Watuagung atau sang Prabu Rsi Jatmaya Dharmahariwangsa, dalam /864—876/ tarikh Saka (lamanya /12/tahun). Selanjutnya kekuasaannya direbut oleh anak sang Prabu Pucukwesi, 'yang meninggal di Hujungcariyang' yaitu sang Prabu Limburkancana atau 'yang meninggal di Galuh Pakwan' dalam /876—886/ tarikh Saka, lamanya /10/ tahun. Permaisurinya putri Sunda keturunan sang Manarah. Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu Rakyan Sundasambhawa atau

/85/ sang Prabu Mundingganawirya Tapakmanggala Jayasatru dalam /886—895/ tarikh Saka (lamanya /9/tahun). Selanjutnya saling berganti raja-raja yang berkuasa di daerah Jawa Barat, di antaranya ialah Rakyan Jayagiri atau sang prabu Walunggadung atau 'yang meninggal di Jayagiri' dalam /895-—911/ tarikh Saka (lamanya /l6/ tahun). Lalu Rakyan Gendang atau sang Prabu Brajawisesa dalam /911—934/ tarikh Saka (lamanya /23/ tahun), kemudian sang Prabu Dewasanghyang atau 'yang meninggal di Patapan' dalam

/86/ /934—941/ tarikh Saka, lamanya /7/ tahun. Kemudian sang Prabu Sanghyang Agong atau 'yang meninggal di Situ Sanghyang' dalam /941—952/ tarikh Saka (lamanya /11/tahun). kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu sang Prabu Sanghyang Maharaja atau Sri Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabhuwana Mandaleswara Nindita Harogowardhana Wikramattunggadewa dalam /952-964/tarikh Saka, lamanya /12/ tahun. Permaisuri putri

/87/ dari kerajaan Jawa Timur. Kemudian digantikan oleh anaknya, ialah sang Prabu Darmaraja Jayamanahen Wisnumurti Sakala Sundabhuwana dalam /964—987/ tarikh Saka (lamanya /23/ tahun). Lalu digantikan oleh anaknya, ialah sang Prabu Langlangbhumi atau 'yang meninggal di Kreta' dalam /987—1077/. tarikh Saka (lamanya /90/ tahun). Kemudian digantikan oleh anaknya, ialah Rakyan Jayagiri atau sang Prabu Menakluhur Langlangbhumisutah dalam /1077—1079/

/88/ tarikh Saka, lamanya dua tahun. Kemudian digantikan oleh menantunya, ialah sang Prabu Darmakusuma atau 'yang meninggal di Winduraja' dalam /1079—1097/ tarikh Saka (lamanya 718/ tahun). Lalu digantikan oleh anaknya yaitu sang Prabu Guru Dharmasiksa sang Paramatha Mahapura atau Mahapurusa? Prabu Sanghyang Wisnu dalam /1097—1219 tarikh Saka/, lamanya /122/ tahun, di antaranya ialah duabelas tahun menjadi prabu guru di Saunggalah dan seratus sepuluh tahun men-

/89/ jadi prabu guru di Pakuan Pajajaran. Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu Rakryan Saunggalah atau sang Prabu Ragasuci atau 'yang meninggal di Taman' dalam /1219—1225 tarikh Saka/, lamanya /6/ tahun. Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu sang Prabu Citraganda atau 'yang meninggal di Tanjung' dalam /1225—1233 tarikh Saka/, lamanya /8/ tahun. Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu sang Prabu Linggadewata atau 'yang meninggal di Kikis' namanya

/90/ dalam /1233—1255/ tarikh Saka, lamanya /22/ tahun. Kemudian digantikan oleh menantunya, yaitu sang. Prabu Ajiguna Linggawisesa atau 'yang meninggal di Kiding' dalam /1255—1262 tarikh Saka/, lamanya /7/tahun. Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu sang Prabu Ragamulya

Luhurprabhawa atau sang Aki Kolot dalam /1262—1272 tarikh Saka/, lamanya /10/ tahun. Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu sang Prabu Maharaja Ling-

/91/ gabhuwana Wisesa atau 'yang meninggal di Bubat' dalam /1272—1279 tarikh Saka, lamanya 77/ tahun. Ia berkuasa di seluruh wilayah Jawa Barat, kemudian digantikan oleh adiknya, yaitu Patih Mangkubhumi Suradipati atau sang Prabu Bhunisora sebagai wakil raja  atau 'yang meninggal di Gegeromas' dalam 71279—1293 tarikh Saka/, lamanya /14/ tahun. kemudian digantikan oleh anak Prabu Maharaja yang meninggal di Bubat, yaitu sang Prabu Niskala-wastukancana

/92/ atau sang Prabu Resi Bhuwana Tunggaldewata atau 'yang meninggal di Nusalarang' dalam /1293—1397 tarikh Saka/, lamanya /104/ tahun. Kemudian Jawa Barat dijadikan dua kerajaan lagi, yaitu Galuh Pakwan ada di sebelah timur, dan Sunda pajajaran ada di sebelah barat. Adapun kerajaan Sunda, yaitu Pakuan Pajajaran, dikuasai oleh anak sulung dari istri Nay Ratna Sarkati, putri Susuklampung namanya. Putra yang dinobatkan menjadi raja Sunda itu bemama sang Haliwungan atau  Prabu Susuktunggal

/93/ Sedangkan kerajaan Galuh Pakuan dikuasai oleh putri dari isteri yang kedua. Nay Ratna Mayangsari, beranak sang Ningratkancana atau Prabu Dewaniskala. Prabu Niskalawastukancana disebut juga dengan nama sang Ratu Dewata. Sang Prabu Susuktunggal menjadi raja Pakuan Pajajaran lamanya seratus tahun, dalam /1304—1404 tarikh Sa ka/, mendirikan istana bemama Sri Bhima Punta Narayana Madhura Suradipati dengan singgasana raja(bernama) Sriman Sriwa (ca) na. Sang Ningratkancana atau prabu Dewaniskala menjadi raja Galuh Pakuan dalam

/94/ /1387—1404 tarikh saka/, lamanya /7/ tahun karena ia terhitung bersalah, beristri dengan wanita dari Majapahit. Kemudian digantikan oleh anaknya, sang Ratu Dewata, beristri dengan putri sang Prabu Susuktunggal. Karena itu ia berkuasa di dua kerajaan Sunda dan Galuh sebagai maharaja di wilayah Jawa barat, sedangkan ayahnya yaitu sang Ningratkancana Prabu Dewaniskala atau 'yang meninggal di Gunatiga' namanya, tidak menjadi maharaja, hanya prabu yang berkuasa di Galuh. Sang
 
/95/ Ratu Dewata, yaitu Sri Baduga Maharaja, raja Pakuan Pajajaran, menguasai seluruh wilayah Jawa Barat atau 'yang meninggal di Rancamaya'dalam /1404—1443 larikh Saka/, la-manya /39/ tahun. kemudian salingberganti. menjadi raja di Pakuan Paja-jaran sampai lenyapnya, yaitu masing-masing. Sang Prabu Surawisesa Jaya-perkosa dalam /1443—1457 tarikh Saka/, lamanya /14/ tahun. Kemudian sang Prabu Ratu Dewatabhuwana dalam /1457—1465 tarikh Saka/,

/96/ lamanya 78/ tahun. Kemudian sang Ratu Sakti atau sang Mangabatan atau 'yang meninggal di Pengpelengan' dalam 71465-1473 tarikh Saka /, lamanya /8/ tahun. Selanjutnya sang Prabu Nilakendra atau 'yang meninggal di Majaya' dalam /1473-1489 tarikh Saka/, lamanya /16/ tahun. Kemudian sang Ratu Ragamulya atau Prabu Suryakancana namanya lagi, raja Pajajaran terakhir, dalam /1489—1501 tarikh Saka/, lamanya /12/ tahun. Selanjutnya kerajaan Pakuan pajajaran lenyap oleh

/97/ balatentara dari Banten dan Cirebon. Raja Banten waktu itu Maulana Yusuf, dan (raja) Cirebon ialah Penembahan Ratu. Selanjutnya bergantilah kisahnya sejenak, dan digantikanlah kisahnya lagi. Beginilah berkuasanya raja-raja di wilayah Jawa Tengah dmi Jawa Timur yang sebenarnya. Sang Prabu Kartikeyasingha dalam /570—596 tarikh Saka, lamanya /26/ tahun. Adapun ayah sang Prabu Kartikeyasingha memerintah kerajaan Keling dalam /554—570 tarikh

/98/ Saka, lamanya /16/ tahun. Kemudian sang Prabu Kartikeyasingha di wilayah Tengah digantikan oleh isterinya, yaitu sang Dewi Sima dengan nama nobat Sri Maharani Mahisasuramardini Satyaputikeswara dalam /596 - 617 tarikh Saka/, lamanya /21/ tahun. Kemudian sang Rakryan Narayana atau sang Prabu Iswara Kesawalingga Jagatnala Buwanatala, -yaitu raja Keling, dalam /617—664 tarikh Saka/, lamanya /47/ tahun. Kemudian Rakyan Dewasingha atau sang Prabu Iswaralingga Jagatnata dalam /664 -

/99/ 682 tarikh Saka/, lamanya /18/tahun. Dalam (tahun) 676 tarikh Saka, kerajaan Keling berpindah ke Jawa Timur, di Warugasik di  Kadatwan Linggapura namanya. Selanjutnya digantikan oleh anaknya, yaitu sang Rakryan Limwana atau sang Prabu Gajayana Linggajagatnata dalam /682—711 tarikh Saka/, lamanya /29/tahun. Sang Rakryan Limwa beristrikan Dewi Setrawati namanya, yaitu putri sang juru di daerah itu, yang disebut desa Kajuruhan. Olehnya sang Prabu Gajayana

/100/ desa itu dijadikan istana kerajaannya. Jadi kerajaan di wilayah Jawa Timur berpindah ke situ. Kelak kemudian hari, keturunannya banyak yang menjadi raja yang berkuasa, memerintah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sang rani Dewi Parwati dengan suaminya, sang Mandiminyak, berkuasa di Jawa Tengah dalam /617—624 tarikh Saka/. Sang Mandiminyak juga menjadi rajamuda di Galuh dalam /624—631 larikh Saka/, lamanya /7/tahun. Menjadi Prabu Galuh menggantikan ayahnya, sang Senna

/101/ atau sang Prabu Bratasennawa, menjadi raja Keling di wilayah Jawa Tengah dalam 638—654 tarikh Saka, lamanya /16/ tahun. Digantikan oleh anaknya, yaitu Rakai Sanjaya, menjadi raja Mataram (ada) di Medang diwilayah Jawa Tengah dalam /634—678 tarikh saka/, lamanya /22/ tahun. kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu rakai Panangkaran atau Sri Maharaja Tejahpurnapana Panangkarana atau Dyah Sangkara dalam /676-704 tarikh saka /, lamanya / 28 /tahun. Selanjutnya

/102/ Rakai Panunggalan atau Haji Rakai Panunggalan Lingganagarottama atau sang Prabu Dyah Panunggalan Bimaparakrama Linggapawiua Yawabhumandala, menjadi raja Mataram dalam /704—112 tarikh Saka/, lamanya /18/ tahun. Selanjutnya Sri Maharaja Wirawairimattama atau sang Dharanindra dalam /677—704 tarikhsaka/, lamanya /27/ tahun, menjadi raja daerah dan dalam /704—719 tarikh Saka/, lamanya /15/ tahun menjadi maharaja di wilayah Jawa Tengah menjadi

/103/ seluruhnya lamanya ia menjadi raja yang berkuasa adalah /42/ tahun. Ia digantikan oleh anaknya, yaitu SriMaharaja Samaratungga atau Samaragrawira, lamanya /45/ tahun, yaitu dalam /719—764 tarikh Saka. Kemudian digantikan oleh putrinya dari permaesurinya, yaitu Sri Maharani Pramodawardhani. Mulainya berkuasa dalam (tahun) 764 tarikh Saka. Selanjutnya dia berkuasa dengan suaminya, sang Rakai Pikatan Adapun sang Rakai

/104/ Warak atau Dyah Watukura atau sang Haji Warak Linggottama Satyajayabhumi, dalam /722—741 tarikh saka/, lamanya /19/ tahun. Digantikan oleh adiknya, yaitu sang Rakai Garung atau Dang karayan Patapan Pu Palar, menjadi raja daerah dalam /714—762 tarikh Saka lamanya /21/ tahun. Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu sang Pikatan atau Dyah Kamulyan atau sang Prabu Linggeswara Sakalabhumandala dalam /762—

/105/ 778 tarikh Saka/, lamanya /16/tahun. Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala atau Sri Maharaja Kayuwangi Tunggal Kawasa Sakalabhumi atau Sri Maharaja Rakai Kayuwangi Sri Sajjanotsawatungga, dalam /778—808 tarikh Saka/, lamanya /30/ tahun. Adapun Sri Maharaja Balaputradewa tidak menjadi raja daerah Jawa, karena ia menjadi raja Sriwijaya di wilayah Suwarnadwipa, mulai dalam 778 ta-

/106/ rikh Saka. Selanjutnya menjadi raja di wilayah Jawa Tengah, ialah sang Rani Guruwangi Dyah Saladu dengan suaminya Rakai Guruwangi Dyah Ranumanggala dalam /808—812 tarikh Saka/, lamanya /4/ tahun. Selanjutnya saling berganti-ganti raja-raja di wilayah Jawa, masing-masing di antaranya Rakai Watumalang dalam /808—818 tarikh Saka/, menjadi raja Jawa Timur lamanya /10/ tahun, dan dalam /818—820 tarikh Saka/, lamanya /2/ tahun menjadi maharaja. Jadi se

/107/ luruhnya ia menjadi raja lamanya /12/ tahun, dalam /808—820 tarikh Saka/. Selanjutnya menjadi raja ialah Rakai Watukura Dyah Balitung atau Sri Maharaja Iswarakesawawotsawatungga atau Sri Dharmodaya Mahasambhu, dalam /820—832 tarikh Saka/, lamanya /12/ tahun menjadi maharaja memerintah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tetapi sebelumnya ia sudah menjadi raja daerah di Jawa Timur, lamanya /22/ tahun, dalam /798—820 ta-

/108/ rikh saka, juga sebagai rakryanmahamantri utama di kerajaan ayahnya. Selanjutnya sang Rakai Daksa atau Sri Maharaja Daksottama bahubajra Pratipaksaksaya, dalam /832-841/ tarikh saka, lamanya /9/ tahun. Kemudian digantikan oleh yaitu Rakai Layang Dyah Tulodong Sri Sajjana sanmatanuragatunggadewa dalam /841—846/ tarikh saka, lamanya /5/ tahun. Kemudian digantikan oleh Rakai Pangkaja DyahWawa Sri Wijayalokanamo

/109/ ttungga dalam /846—851 tarikh saka, lamanya /5/ tahun. Kemudian Mpu Sindok atau Sri Isanawikramadharmottungga dalam /851—869 tarikh saka/, lamanya /18/ tahun. Selanjutnya Sri Isanatunggawijaya dengan suaminya, Prabu lokapala, dalam /869-889 tarikh saka /, lamanya /20/tahun. Adapun Sri  Makutawangsawardhana dalam /889—913 tarikh Saka/, lamanya /24/ tahun. Digantikan oleh menantunya, yaitu Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikra-

/110/ mottunggadewa atau yang meninggal di Kadatwan, menjadi raja daerah Jawa dalam /913—938 tarikh Saka/, lamanya /25/ tahun, karena ia beristrikan putri pertama Sri Makutawangsawardhana, yaitu Sri Mahendrayana dan adik Sri (Ma)hendrayana, yaitu Sri (Ma)hendradata atau sangraja agung Sri Gunapriyadharmapatni dengan suaminya, ialah Sri Dharmadayawarmadewa, menjadi raja di pulau Bali dalam /913—932 tarikh Saka/. Sedangkan

/111/ suaminya sampai /944 tarikh Saka/. Selanjutnya Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa dalam /941—964 tarikh saka /, lamanya /23/ tahun. Ia beristrikan putri Sri Dharmawangsa. Adapun raja di pulau Bali ialah adik Airlangga, yaitu Sri Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajashanottunggadewa atau sang Anak Wungsu dalam /944—1002 tarikh Saka/. Setelah sang Prabu Airlangga meninggal

/112/ dalam /971 tarikh Saka/, kera-jaannya dibuat dua kerajaan, yaitujenggala dan Kediri. Keturunan sangPrabu Airlangga, mulanya raja yangberkuasa yaitu dari Kerajaan Jenggaladalam /971—1026 tarikh Saka/, diantara rajanya ialah Sri SamarotsahaKarunakesana Dharmawangsa Kir-tisingha Jayantaka Tunggadewa danketurunannya. Selanjutnya kerajaanbekas Prabu Airlangga itu diperintaholeh raja raja Kediri dan keturunannya,di antaranya masing-masing, ialah/113/ Sri Jayawarsa Digjaya Sastra-prabhu dalam /1026—1037/ tarikhSkaa, lamanya /II/ tahun. KemudianSri Maharaja Rakai Sirikan atau SriKameswara SakalabhuwanatustikaranaSarwwaniwaryyawiryya ParakramaDigjayottunggadewa dalam /1037—1052/ tarikh Saka, lamanya 15/ tahun.Selanjutnya Sri Maharaja Jayabhayaatau Sri Dharmeswara Madhusudanawataranindra Sutasingha dalam 1052—1082/ tarikh Saka, lamanya /30/ tahun Kemudian Rakai Siri-

/114/ kan atau Sri Maharaja Sarmeswara Janadhanawatara Wijayaraja Samasingha Nadaninwaryyawiryya Parakramadigwijayottungadewa dalam /1082—1093/ tarikh Saka, lamanya /11/ tahun. Kemudian sang Rakai Hino atau Sri Maharaja Aryyeswara Madhusudanawatarariyaya Mukharyyawiryya Parakramotunggadewa dalam /1093—1103/ tarikh Saka, lamanya /10 tahun. Selanjutnya Sri Kroncaryyadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindi-

/115/ ta Digwijayottunggadewa Sri Gandra dalam /1103—1107/ tarikh Saka, lamanya /4/ tahun. Kemudian Sri  Maharaja Kameswara Triwikramawatara Aniwaryyawiryya Parakrama Digwijayottunggadewa dalam /1107—1116/ tarikh Saka, lamanya /9/tahun. Selanjutnya Sri Maharaja Sarweswara Triwikramawataranindita Srenggalancana Digwijayottunggadewa dalam /1116—1122/ tarikh Saka, lamanya /6/ tahun. Kemudian Prabu Dangdanggendis atau Prabu Kretajaya dalam /1122—1144/

/116/ tarikh Saka, lamanya /22/ tahun. Kemudian sang Prabhu Jayasabha dalam /1144—1180/ tarikh Saka, lamanya /36/ tahun. Ia menjadi raja dinobatkan oleh raja Tumapel, yaitu Ken Arok atau Rajasa Amurwabhumi, karena ketika itu kerajaan Kediri sudah menjadi kerajaan yang dikalahkan oleh Tumapel atau kemudian bergantinama Singhasari. Raja Sastrajaya dalam /1180—1193/ tarikh Saka, lamanya /13/ tahun. Raja Jayakatwang dalam /1193—1215/ tarikh

/117/ Saka, lamanya /22/ tahun. Ketika (tahun) /1214/ tarikh Saka kerajaan Singhasari kalah olehnya, dan kerajaan dilenyapkan oleh raja Jayakatwang. Sedangkan raja Singhasari, sang PrabuKertanagara gugur. Selanjutnya dalam kisahnya lagi, beginilah raja-raja Singhasari dan Majapahit masing-masing, yaitu. Ken Arok atau Sri Ranggah Rajasa Amurwabhumi dalam /1104/tarikh Saka menjadi akuwu di Tumapel, Dalam /1144/ tarikh Saka, raja Kediri dikalahkan oleh

/118/ Ken Arok dalam /1149/ tarikh Saka ia dibunuh oleh Anusapati. Kekuasaan Ken Arok lamanya /45/tahun, yaitu dalam /104—1149/ tarikh Saka, menjadi sebagai raja daerah lamanya /40/ tahun dalam /1104—1144/ tarikh Saka, sebagai raja penguasa negara lamanya /5/ tahun. Kemudian sang Anusapati atau sang Anusanatha dalam / 1149—1171 tarikh Saka, lamanya /22/ tahun. Ia dibunuh oleh Tohjaya. Selanjutnya sang Panji Tohjaya dalam /1172/

/119/ tarikh Saka, lamanya hanya beberapa bulan karena dibunuh oleh sang Ranggawuni. Sang Ranggawuni atau Sri Prabhu Jayawisnuwardhana dalam /1172—1190/ tarikh Saka, lamanya /18/ tahun. Kemudian Maharajadhiraja Sri Kretanagara WikramaDharmottunggadewa menjadi raja Singhasari dalam /1190—1214/ tarikh Saka, lamanya /24/ tahun. Tetapi sebelum itu ia sudah dinobatkan menjadi raja atau rajamuda dalam /1176/ tarikh Saka. Selanjutnya Raden

/120/ Wijaya atau Prabhu Krtarajasa sang Jayawardhana sebagai raja pertama di kerajaan Majapahit dalam /1215—1231/ tarikh Saka, lamanya /16/ tahun. Kemudian digantikan oleh anaknya, ialah Kalagemet atau Prabhu Jayanagara dalam /1231—1250/ tarikh Saka, lamanya /19/ tahun. Kemudian digantikan oleh putri Raden Wijayadari istrinya yang permaisurinya, yaituRaja rani Sri Gitarja atau Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwardhanidalam /1250—

/121/ 1272 tarikh Saka, lamanya /22/ tahun. Digantikan oleh anaknya, ialahsang Prabhu Hayamwuruk atau Bhatara Prabhu Rajasanagara atau Hyang Wekasing Sukha dalam /1272—1311/ tarikh Saka, lamanya /39/ tahun. Kemudian digantikan oleh menantunya, yaitu sang Prabhu Wikramawardhana dalam /1311—1351/ tarikh saka, lamanya /40/ tahun. Kemudian digantikan oleh yaitu Rani Suhita dalam /1351—1369/ tarikh Saka,

/122/ lamanya /18/ tahun. Kemudian digantikan oleh adiknya, ialah sang Prabhu Kertawijaya atau Bhre Tumapel disebut Prabhu Brawijaya dalam /1369—1373/ tarikh Saka, lamanya /4/ tahun. Kemudian saling berganti, yaitu Bhre Pamotan atau Prabhu Rajasawardhana atau Prabhu Sinagara dalam /1373-1375/ tarikh Saka, lamanya /2/ tahun. Selanjutnya lamanya /3/ tahun tidak ada raja, dalam /1375-1378/ tarikh Saka. Bhre Wengker atau Hyang Pu-

/123/ rwawisesa dalam /1378—1388/ tarikh Saka, lamanya /10/ tahun. Bhre Pandansalas atau Prabhu Suraprabhawa atau Prabhu Singhawikramawardhana dalam /1388-1390/ tarikh Saka, lamanya /2/ tahun. Kemudian Prabhu Kretabhumi dalam /1390—1400/ tarikh Saka, lamanya /10/ tahun. Selanjutnya ialah Batara Prabhu Girindrawardhana dalam /1400-1420/ tarikh Saka, lamanya /20/tahun. Kemudian sang prabhu Udara dalam /1420—1440/ tarikh Saka, lamanya /20/ tahun.

/124/ Setelah itu kerajaan Majapahit lenyap, lalu berdiri raja Demak raja (yang) pertama kerajaan Demak yaitu Raden Patah, anak Prabhu Kretabhumi, dalam /1400—1440/ tarikh Saka, lamanya /40/ tahun. Diganti oleh anaknya, ialah Pangeran Sabrang Lor dalam /1440—1443/ tarikh Saka, lamanya /3/ tahun. Kemudian digantikan oleh adiknya, ialah Pangeran Trenggono, dalam /1443—1468/ tarikh Saka, lamanya /25/ tahun. Selanjutnya raja Pajang, raden Hadiwijaya atau raden Jakatingkir

/125/ dalam /1468—1504/ tarikh Saka, lamanya /36/ tahun. Selanjutnya Hadiwijaya digantikan oleh Arya Pangiri dalam /1504—1508 tarikh Saka, lamanya /4/ tahun. Kemudian berdiri kerajaan Mataram. Sebagai raja pertama ialah Panembahan Senapati, anak Ki Ageng Pamanahan atau Sutawijaya dengan nama nobat Penembahan Senapati ing Alaga Sayiddin Panatagama dalam /1508—1523/tarikh Saka, lamanya /15/ tahun. Kemudian Mas Jolang atau Sultan Anyakrawati atau Pangeran Seda Krapyak dalam

/126/ /1523—1535/ tarikh Saka, lamanya /12/ tahun. Kemudian Mas Rangsang atau Sultan Agung Hanyakrakusuma atau Panembahan Agung Senapati ing Alaga Ngabdurakman dalam /1535—1567/ tarikh Saka, lamanya /32/ tahun. Selanjutnya Pangeran Arya Prabhu Adi Mataram atau Susuhunan Amangkurat Pertama atau Sunan Tegalwangi dalam /1567 - 1599/ tarikh Saka, lamanya /32/ tahun. Kemudian Pangeran Adipati Anom atau Susuhunan Amang-

/127/ kurat Kedua dalam /1599/ sampai sekarang. Pelengkap: Ada juga sang mahakawi dari Jawa Timur yang mengatakan bahwa Ken Arok itu lamanya menjadi akuwu Tumapel adalah /40/ lahun, dalam /1104—1144/tarikh Saka, kemudian /25/ tahun, dalam /1144—1169/ tarikh Saka sebagai raja berkuasa di wilayah Jawa Timur karena dalam /1144/ tarikh Saka kerajaan Kediri kalah dan ditundukkan oleh Tumapel. Sedangkan Anusapati, yaitu Anusanatha, berkuasa-

/128/ di kerajaan hanya setahun dalam /1169/ tarikh Saka. Berhentilah kisahnya sejenak. berganti kisahnya lagi. Seperti beginilah tersiarnya agama Islam di Jawadwipa dan pulau-pulau di wilayah Nusantara, dengan pemimpin agama Islam termasuk parawali di Jayadwipa, begini. Adapun semua yang datang dari negara-negara Arab sebelah selatan Parsi dengan menumpang perahu besar, Syam, Kibti, mereka memeluk agama Rasul. Diantara mereka, satu

/129/ dua orang ada yang kemudian berdiam di Suwarnabhumi sebelah utara dan kota Warugasik di Jawadwipa. Begitu juga ada yang mengajarkan agama Islam. Tetapi semuapenduduk pribumi Jawadwipa me-meluk dan memuja bhatara Sangkara,Budhayana, Bhatara Wisnu, danmemuja leluhur. Sedangkan pendudukSuwarnabhumi memeluk agamaBudhayana . Karena itu agama Rasulyang diajarkan kepada penduduk tidakberhasil tersiar di desa-desa; hanyasatu dua orang

/130/ penduduk. Sedangkan pemukaagama Islam selalu mengusahakannya. Sebabnya semua penduduk, tentara, petinggi kerajaan dan sang raja tidak ingin mengganti agamanya. Tetapi di Suwarnabhumi sebelah utara sudah banyak orang Arab, orang Parsi, Syam, Kibti dan lainnya lagi yang berdiam di sana. Maka ia, Seh Hibatallah dari Parsi datang ke Suwarnabhumi, kemudian di Jawadwipa, lalu menuju ke Suwarnabhumi lagi. Anak-cucunya ada

/131/ yang berdiam di Jawadwipa, Suwarnabhumi, Sanghyang Hujung, India, Cina, Campa, dan lainnya lagi. Cucunya yang perempuan, yang berdiam di Jawa Timur, meninggal dalam seribu lebih empat tarikh Saka. Suami cucunya adalah orang kaya dari Suwarnabhumi, beranak beberapa orang, berdiam di Jawadwipa, ada yang bodiam di Suwarnabhumi, dan banyak negara. Adapun Seh Sayid Hibatallah Ibnu Muhammad dengan dua orang kerabatnya kemudian menuju Suwarnabhumi, berdiam di Sana beberapa tahun.

/132/ Selanjutnya kembali ke negaranya. Dan Seh Sayid itu adalah keturunan Sayidina Ali ibnu Abi Thalib, menantu Rasul Muhammad. Selanjutnya menurut kisahnya lagi, Seh Sayid Hibatallah beranak beberapa orang. Dua orang di antaranya ialah Seh Sayid Maimun dan Seh Muhammad Saleh. Adapun Seh Sayid Maimun beranak beberapa orang. Salah seorang di antaranya, Fatimah, kemudian kawin dengan Sayid Abu Hasan, orang kaya dan berdiam diJawa Timur. Dari perkawinan mereka, lahir beberapa

/133/ orang. Di antaranya Seh SayidAbdurakman berdiam di kota Tarim, negara Arab sebelah selatan. Anakyang lainnya lagi, ada yang berdiam di Jawadwipa, Gujarat, dan Suwarnabhumi. Seh Sayid Abdurakman beranak beberapa orang, seorang di antaranya perempuan, yaitu Sarah, diperistri oleh Seh Sayid Abdulmalik dan beranak beberapa orang. Di sana ada juga yang berdiam di Jawadwipa. Sedangkan adik Seh Sayid Maimun, yaitu Seh Muhammad Saleh pergi

/134/ dari negara Parsi. Kemudian berdiam di Paseh, di wilayah Suwarnadwipa sebelah utara. Seh Muhammad Saleh beristrikan putri Sultan Paseh, Rokayah namanya, putri Seh Sayid Burhanuddin Ibrahim dengan nama nobat Sultan Malik Ibrahim Makdum. Adapun Seh Sayid Burhanuddin Ibrahim itu asal-mulanya dari Gujarat di wilaayah India, anak Seh Sayid Makdum Sidik yang lama sudah berdiam di negara Parsi dan beristrikan wanita

/135/ Parsi, lalu beranak beberapa orang. Salah seorang di antaranya Seh Sayid Hibatallah. Kemudian semua anak-cucu Seh Sayid Makdum Sadik menjadi guru agama Islam di beberapa negara. Demikian juga menjadi raja di beberapa negara karena mereka adalah keturunan Rasul Muhammad. Selanjutnya menurut cerita dari sang mahakawi dari Paseh, sang mahakawi Jawa Timur, sang mahakawi dari Cirebon, sang mahakawi dari negara Arab,

/136/ Kudus, Surabaya, dan ahli silsilah kerajaan Cirebon dan Banten, dan sang dharmadyaksa kerasulan, begini (kisah) keturunan Rasul Muhammad sampai ke semua guru agama Islam dan Sultan-sultan di pulau-pulau wilayah Nusantara. Inilah (yang) sampai (kepada) penyusun; Rasul Muhammad beranak Fatimah Aj-jahra, di peristri oleh Sayid Ali ibnu Abi Thalib. Dari perkawinan mereka lahir Sayid Husen As-sabti, beranak Imam Jainal Abidin. Imam Jainal

(bersambung.. atau langsung kunjungi link sumbernya)

Sumber:
"Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara parwa 2 sargah 4" fdokumen.com dan kemdikbud.go.id Diakses 18 Juni 2020.
Baca Juga

Sponsor