Cari

Getas Harupateun, Guru di Prancis Dipenggal karena Siswi Prancis Bohong tentang Kartun Nabi Muhammad


 

[Historiana] - Siapa sangka pemenggalan mengerikan yang dialami guru sejarah di Prancis , Samuel Paty, tahun lalu dipicu oleh cerita palsu atau hoaks dari siswinya yang berusia 13 tahun.

Siswi, yang oleh media setempat diidentifikasi dengan inisial Z, awalnya memberi tahu Ayahnya bahwa Paty, 47, telah meminta para pelajar Muslim untuk meninggalkan kelas sebelum guru itu menunjukkan kartun telanjang Nabi Muhammad, yang dianggap sangat tabu dan menyinggung umat Islam.

Siswi nakal ini diketahui sebagai pelajar pembolos. Dia ingin mencegah Ayahnya mengetahui kenakalannya di sekolah. Dia pun mengeklaim bahwa dia diskors setelah melawan Paty dan membela para pelajar Muslim di kelasnya.

Munculah kampanye kebencian online terhadap guru Prancis setelah guru itu menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada para siswa mengaku berbohong dan menyebarkan klaim palsu tentang korban. Kampanye kebencian online itulah yang mengarahkan seorang pengungsi Chechnya yang berusia 18 tahun melacak Paty di kota Conflans-Sainte-Honourine, barat laut Paris, dan kemudian memenggalnya.

"Dia berbohong karena merasa terjebak dalam spiral karena teman-teman sekelasnya memintanya menjadi juru bicara,” kata pengacara siswi itu, Mbeko Tabula, kepada AFP yang dilansir Selasa (9/3/2021). Pernyataan pengacara itu sekaligus membenarkan laporan serupa sebelumnya oleh surat kabar Parisien.

Reaksi dunia pun terjadi, mulai dari demonstrasi hingga pernyataan-pernyataan kutukan dari berbagai negara termasuk Indonesia. Presiden Jokowi pun memberikan pernyataan itu.

Tanpa bermaksud menilai periswa yang terkait dengan Agama, kita lihat dari persfektif budaya Nusantara. Mari kita lihat dalam persfektif budaya bangsa kita sendiri dalam rangka melihat sesuatu. Khususnya dalam budaya Sunda kita mengenal pepatah orang tua: "Ulah Getas Harupateun" (Jangan mudah patah seperti harupat). Harupat adalah batang lidi yang mudah patah. Secara maknawi pepatah itu bermakna bahwa getas harupateun artinya "mudah menuduh dan menyalahkan". Jangan mudah patah arang lalu mudah menyalahkan pihak lain. Apalagi dipicu oleh sesuatu yang belum jelas. Mengutip pitutur Sunan Ambu, "Ulah samar tingal, sangli tingali" (Janganlah samar dan salah dalam melihat). Menerima informasi tidak mesti ditelah mentah-mentah, apalagi berita bohong. Mesti dikroscek kebenarannya. Istilah zaman sekarang mah, "saring dahulu sebelum sharing".

Bagi Anda Urang Sunda atau yang menikahi wanita Sunda dan melangsungkan pernikahan dengan tata cara adat budaya Sunda, akan menemui prosesi memetahkan harupat dan melemparkannya. Prosesi itu memiliki makna yang dalam seperti diungkapkan di atas. Memang... selama ini di kalangan milenial yang mengalami prosesi itu, tanpa pemaknaan apapun.

Bahkan jikapun terjadi peristiwa yang menyudutkan kita, reaksi kita mesti "Leuleus Jeujeur Liat Tali". Memiliki pertimbangan, sabar dan tidak getas harupateun. Janganlah terlalu kaku. Jika pun kita benar-benar dipersekusi, maka dalam budaya kita di tanah Jawa ada istilah "3 Ng" yaitu Ngalah/Ngelehan, Ngalih, Ngamuk. Ngalah/Ngelehan artinya mengalah saja. Jika telah ngalah pun masih dipersekusi, kemudian pilihan kedua adalah Ngalih atau pindah. Pindah bisa berupa pindah lokasi pemukiman, pindah tema pembicaraan ata lainnya. Jika masih pula dipersekusi, barulah Ng ketiga yaitu Ngamuk alias marah. Dalam berbicara pun "kudu dibeuweung diutahkeun" yaitu mesti dipertimbangkan matang-matang sebelum diucapkan. Jika di zaman sekarang, pertimbangkan terlebih dahulu sebelum jemari menuliskan sesuatu di media sosial.



Meskipun peristiwa Prancis dipicu oleh faktor sentimen keagamaan, bangsa Nusantara memiliki kekhususan sikap. Semenjak awal kedatangan berbagai ajaran agama dari luar, di Nusantara telah ajeg keyakinan keagamaan asli Nusantara. Bila diibaratkan bahwa penduduk Nusantara adalah rumah yang telah jadi. Kedatangan bahan-bahan bangunan baru berupa ajaran baru akan menyesuaikan dengan yang telah ada di Nusantara. Oleh karena itu, sejarah membuktikan bahwa ajaran Hindu di negeri kita memiliki kekhususan sebagai 'Hindu Nusantara' pun demikian dengan Buddha Nusantara. Jadi tidak serta merta peristiwa yang terjadi di negeri lain direaksi tanpa pertimbangan ketenangan jiwa. Dengan eling dan ketenangan jiwa, kita bisa selamat.


Referensi

  1. "Samuel Paty: French schoolgirl admits lying about murdered teacher" bbc.com Diakses 13 Maret 2021.
  2. "Siswi Prancis Bohong tentang Guru yang Dipenggal karena Kartun Nabi Muhammad" Sindonews.com Selasa, 09 Maret 2021 - 13:35 WIB Diakses 13 Maret 2021.
  3. "Ketika Kebohongan Siswi 13 Tahun Berujung Pemenggalan Samuel Paty, Terungkap Suka Bolos" Kompas.com - 11/03/2021, 06:43 WIB


Baca Juga

Sponsor