Cari

Anjawong, Khodam Prabu Siliwangi yang Jarang Dibahas | Mitos dan Legenda Sunda


 

[Historiana] - oleh Alam Wangsa Ungkara || Sebagai sosok sejarah dan menjadi kebanggaan bangsa, Prabu Siliwangi juga tak luput dari kisah mitos dan legenda yang menyertainya. Mitos dan Legenda dikategorikan sebagai indeks atau tanda sebagai ciri historiografi tradisional, demikian menurut Hj Nina Lubis.

Disisi lain terdengar seperti mitos dan tidak diterima akal sehat, padahal ada pengertian lain dari penceritaan itu.  Bahwasanya ada anakronisme, memang demikianlah historiografi tradisional kita karena masa itu belum ada ilmu arkeologi dan setumpuk ilmu turunannya.

Harimau atau Maung dalam bahasa Sunda, punya posisi yang cukup mendalam bagi kesadaran orang Sunda. Kita bisa menemukan maung menjadi nama tempat di kawasan Jawa Barat, seperti Cimaung dan Cimacan yang bisa ditemukan di beberapa daerah (Garut, Subang, Banjaran, Cianjur, dan lain-lain), lambang Kodam Siliwangi, sampai Persib—klub sepakbola kebanggaan warga Jawa Barat dan Sunda yang dijuluki Maung Bandung.

Simbol maung yang melekat dalam alam pikiran masyarakat Sunda pada umumnya dikaitkan dengan legenda nga-hyang atau menghilangnya Prabu Siliwangi di hutan Sancang ketika dikejar bala tentara Islam dari Kerajaan Banten dan Cirebon. Peristiwa ini mengisyaratkan mulai masuknya pengaruh Islam di tatar Sunda.

Data historiografi prabu siliwangi, Selain prasasti dan sumber naskah ada pula bukti mentifek (mentifact) sebagai historiografi tradisional. Diantaranya adalah mitos atau legenda Prabu Siliwangi dan Maung atau Harimau Putih. Khadam adalah istilah bahasa Arab yang artinya pembantu. Khodam Harimau putih dalam pengertian ini adalah sosok ghaib yang menjaga atau mendampingi seseorang. 

Dalam pengertian lama di Pajajaran juga dalam mitologi Hindu, sosok ghaib seperti itu bisa berupa sura atau asura. Dalam tradisi Veda dikenal Sura dan Asura; Sura termasuk golongan mahkluk suci yang dominan sifat baiknya yaitu para dewa, seperti; aditya, astavasu, para rsi surga, prajapati, gandarwa (artis kahyangan), vidyadara-vidyadari dan para pitra (roh leluhur). Sedangkan Asura atau Paisaca-paisaci termasuk golongan mahkluk astral dominan jahat, seperti, Detya, Raksasa, dan lain sebagainya. Baik asura maupun sura sama-sama memuja Tuhan: Mahadewa, dewanya dewa. Akan tetapi ketika Asura mendapat karunia dari dewanya dewa, mereka cenderung menyalahgunakan karunia itu, ingin menguasai alam surga atau alam para dewa, bahkan membangkang pada Tuhan. Dalam teks-teks mitologi Hindu, terutama dalam kitab purana seringkali nama mahkluk gaib ini berakhiran sura, seperti Mahesasura, Durgasura, Tarakasura, Tripurasura, dan lain sebagainya. Di Bali golongan ini disebut wong samar atau Samar Agung.

Konon, Prabu Siliwangi didampingi khodam Harimau putih. Selain Prabu Siliwangi, mitos atau Legenda Khodam harimau putih ini juga disematkan kepada Sunan Kalijaga. Selain khodam Harimau Putih, Prabu Siliwangi dalam legendanya yang lebih awal didampingi sosok gaib bernama Anjawong. Kisahnya telah dibuatkan dalam video youtube di Insights & inspirative Channel dalam judul Kisah Romantis dan Siliwangi | Kisah Babad Cariosan Prabu Siliwangi

Kisah Anjawong ini terdapat dalam Naskah kulit kayu (daluwang) berjudul "Cariosan Prabu Siliwangi" yang ditulis tahun 1435 M dan salinannnya beberapa kali hingga yang terakhir ditulis abad ke-19 Masehi. Naskah  ini disimpan di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang.


"Naskah Asli Cariosan Prabu Siliwangi"
digitalisasi EFEO pada flip book maker.

Kisah tentang sabung ayam memperebutkan Mrajalarangtapa putri raja Kerajaan Singhapura (sekarang di Cirebon). Siliwangi juga memiliki Ayam jagoannya yang suatu ketika hilang. Pencarian dilakukan Siliwangi bersama punakawannya hingga ke gunung Meru. Di Gunung Meru, mereka bertemu dengan pendeta Susuk Amuk Bagawan Sang Jalajala atau Bagawat Sajalajala. Ia murid Mahawiku Panjang Rahang yang kelak menitis ke Prabu Siliwangi.

Sang begawan memberitahukan, bahwa Siliwangi  akan bertemu dengan raksasa kerdil yang bernama Anjawong. Raksasa itu di kutuk Sang Panjangrahang, Siliwangi harus menolong dan menyembuhkannya. Lalu Anjawong selanjutnya mengabdi kepada Siliwangi. Kelak berkat bantuan sosok gaib Anjawong (khodam) ini, Amuk Murugul dapat dikalahkan Siliwangi.

Detail visualisasi dari sosok "Anjawong" ini belum didapatkan sumbernya. Penulis menduga sosoknya seperti Butha atau Mahakala atau seperti Dwarapala.




Referensi

  1. "Naskah Asli Cariosan Prabu Siliwangi" digitalisasi EFEO pada flip book maker
  2. "Cariosan Prabu Siliwangi" balangantrang Diakses 2 Juni 2019
  3. Sunarto H. & Viviane Sukanda-Tessier (Ed). 1983. "Cariosan Prabu Siliwangi". Lakarta; Bandung: Lembaga Penelitian Perancis untuk Timur Jauh ; Ecole francaise d'Etreme-Orient. (EFEO).
Baca Juga

Sponsor