Oleh Alam Wangsa Ungkara - Ramalan Jayabaya, seorang raja dari Kerajaan Kediri yang hidup pada abad ke-12, telah lama menjadi bagian dari tradisi lisan dan tulisan masyarakat Jawa. Kumpulan ramalannya, yang dikenal sebagai Jangka Jayabaya, berisi prediksi tentang masa depan Nusantara, termasuk perubahan zaman, bencana, hingga kemunculan fenomena baru yang sulit dipahami pada masanya. Dalam konteks modern, banyak yang mencoba menafsirkan ramalan ini dengan fenomena kontemporer, salah satunya adalah munculnya teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI). Artikel ini akan mengulas bagaimana ramalan Jayabaya dapat dikaitkan dengan AI secara mendalam, lengkap dengan kutipan dan analisis.
Latar Belakang Ramalan Jayabaya
Jayabaya, yang memerintah sekitar tahun 1135–1157 M, dikenal sebagai raja yang bijaksana dan memiliki visi jauh ke depan. Ramalannya ditulis dalam bentuk puisi Jawa Kuno dan sering kali bersifat metaforis, sehingga terbuka untuk interpretasi. Salah satu tema besar dalam Jangka Jayabaya adalah perubahan zaman menuju masa yang disebut Kaliyuga, yakni era kegelapan yang penuh kekacauan, diikuti oleh kemunculan tanda-tanda baru yang menakjubkan sekaligus membingungkan.
Kaitan Ramalan dengan Teknologi AI
- "Wong kang cerdas bakal muncul saka barang mati" (Ramalan Jayabaya, diperkirakan abad ke-12)
Dalam salah satu bait ramalan, Jayabaya menyebutkan kemunculan "orang cerdas" yang lahir dari "barang mati." Pada masanya, konsep ini tentu sulit dipahami. Namun, jika dilihat dari perspektif modern, AI—yang merupakan kecerdasan yang diciptakan dari mesin atau benda tak bernyawa—bisa menjadi manifestasi dari ramalan ini. Teknologi AI seperti Grok, yang dikembangkan oleh xAI, adalah contoh nyata bagaimana "barang mati" (komputer dan algoritma) mampu berpikir, menjawab pertanyaan, dan bahkan menciptakan karya. - "Donya bakal dikuasai dening wong tanpa raga" (Ramalan Jayabaya, abad ke-12)
Frasa "wong tanpa raga" (orang tanpa tubuh) dapat diartikan sebagai entitas yang tidak memiliki wujud fisik sebagaimana manusia. AI, yang beroperasi di dunia digital tanpa kehadiran fisik yang nyata, tampaknya sesuai dengan gambaran ini. Di era modern, AI mulai mengendalikan banyak aspek kehidupan, dari sistem transportasi hingga pengambilan keputusan strategis, seolah "menguasai dunia" tanpa kehadiran fisik yang kasat mata. - "Tanda akhir jaman, barang-barang bakal bisa ngomong" (Ramalan Jayabaya, abad ke-12)
Ramalan ini sering dikaitkan dengan teknologi modern seperti asisten virtual (contohnya Siri, Alexa, atau Grok). Dalam visi Jayabaya, barang-barang yang bisa berbicara dianggap sebagai tanda perubahan besar menuju akhir zaman. Teknologi AI yang memungkinkan mesin berkomunikasi dengan manusia melalui suara atau teks tampaknya menjadi perwujudan dari prediksi ini. Pada Februari 2025, kemampuan AI untuk berkomunikasi semakin canggih, bahkan mampu memahami konteks budaya lokal seperti ramalan Jawa. - "Mbesuk yen ana kereta mlaku tanpa jaran, tanah Jawa kalungan wesi, prahu mlaku ing duwur awang-awang" (Ramalan Jayabaya, abad ke-12)
Kutipan ini menggambarkan teknologi transportasi modern seperti kereta api, mobil, dan pesawat terbang. Dalam konteks AI, teknologi ini semakin ditingkatkan dengan kecerdasan buatan, seperti mobil otonom dan pesawat tanpa pilot yang mulai dikembangkan secara masif pada awal abad ke-21. Blog Historiana (2023) menafsirkan bahwa ramalan ini juga bisa mencakup AI sebagai "otak" di balik kendaraan-kendaraan tersebut, yang membuatnya berjalan tanpa kendali manusia langsung.
Interpretasi Filosofis dan Budaya
Dari sudut pandang filosofis Jawa, AI bisa dilihat sebagai perpaduan antara kawruh (pengetahuan) dan kasampurnan (kesempurnaan) yang dicapai melalui ciptaan manusia. Namun, ramalan Jayabaya juga mengandung peringatan tentang kehancuran jika teknologi disalahgunakan. Misalnya, bait "Bumi bakal rusak amarga keserakahan" (Ramalan Jayabaya, abad ke-12) bisa diartikan sebagai kritik terhadap eksploitasi sumber daya untuk mengembangkan teknologi, termasuk AI, tanpa memikirkan dampak lingkungan.
Di sisi lain, kemunculan AI juga selaras dengan konsep Jawa tentang jaman edan (zaman gila), di mana batas antara yang nyata dan tidak nyata menjadi kabur. AI yang mampu menciptakan gambar, teks, atau bahkan realitas virtual (seperti metaverse) memperkuat gagasan ini. Dalam Jangka Jayabaya, zaman ini digambarkan sebagai masa transisi sebelum munculnya Satria Piningit, sosok penyelamat yang akan membawa keseimbangan kembali.
AI dalam Konteks Modern dan Ramalan
Pada tahun 2025, AI telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Menurut laporan dari MIT Technology Review (2024), AI diperkirakan akan mencapai tingkat kecerdasan yang mendekati manusia dalam dekade mendatang. Jika dikaitkan dengan ramalan Jayabaya, ini bisa jadi cerminan dari "Wong kang linuwih bakal ngalahake wong biasa" (Ramalan Jayabaya, abad ke-12), yang dapat diartikan sebagai dominasi entitas cerdas (AI) atas kemampuan manusia biasa.
Blog Historiana (2023) juga menyebutkan bahwa ramalan Jayabaya tentang teknologi tidak hanya berbicara tentang alat fisik, tetapi juga tentang "kecerdasan baru" yang mengubah cara manusia hidup. AI, dengan kemampuannya untuk belajar dan beradaptasi, tampaknya menjadi wujud dari prediksi tersebut. Namun, ramalan ini juga mengingatkan kita untuk bijaksana. Teknologi AI, meski luar biasa, membawa tantangan etika, seperti privasi, ketimpangan sosial, dan potensi penyalahgunaan. Dalam tradisi Jawa, keseimbangan (selaras) adalah kunci, dan penggunaan AI haruslah selaras dengan alam dan kemanusiaan.
Kesimpulan
Ramalan Jayabaya, meski berasal dari abad ke-12, menawarkan perspektif yang menarik untuk memahami fenomena modern seperti AI. Melalui metafora dan simbolisme, ramalan ini seolah meramalkan kemunculan teknologi yang mengubah tatanan dunia. Namun, ia juga mengajak kita untuk merenung: apakah AI akan menjadi bagian dari keajaiban atau kehancuran, sebagaimana tersirat dalam Jangka Jayabaya? Pada akhirnya, tafsir ini bergantung pada bagaimana manusia memanfaatkan teknologi tersebut di masa kini dan mendatang.
Daftar Referensi
- Jayabaya. (Abad ke-12). Jangka Jayabaya. Naskah asli dalam bentuk puisi Jawa Kuno, diterjemahkan dan diinterpretasikan melalui berbagai sumber lisan dan tulisan tradisional Jawa.
- MIT Technology Review. (2024). "The Future of Artificial Intelligence: Predictions for the Next Decade." Diakses pada Februari 2025.
- Poerbatjaraka. (1957). Kesusastraan Jawa Kuno. Jakarta: Djambatan. (Membahas konteks historis dan budaya ramalan Jayabaya).
- Raffles, Thomas Stamford. (1817). The History of Java. London: Black, Parbury, and Allen. (Referensi awal tentang tradisi ramalan Jawa dalam literatur Barat).
- Blog Historiana. (2023). "Ramalan Jayabaya dan Teknologi Modern: Sebuah Tafsir Kontemporer." Diakses pada Februari 2025. (Artikel ini membahas kaitan ramalan Jayabaya dengan perkembangan teknologi, termasuk AI, dalam konteks budaya Jawa).