Cari

Bagaimana Kondisi Etnis Sunda Sebelum Masehi di Benua Rhodinia?

[Historiana] Oleh Alam Wangsa Ungkara - Catatan langsung tentang sejarah masyarakat Sunda di Indonesia selama era Sebelum Masehi sangat terbatas dalam literatur yang telah dikaji selama ini. Sebagian besar studi geologi, geografi, dan arkeologi berfokus terutama pada struktur geologi, paleoklimat, dan peristiwa geologi yang terkait dengan terpecahnya superbenua Rodinia di kepulauan Indonesia (termasuk Kepulauan Sunda), alih-alih sejarah etnis tertentu. 

Indonesia terletak di persimpangan lempeng tektonik yang kompleks, termasuk Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Lempeng Sunda merupakan lempeng tektonik utama di kawasan ini, dengan batas-batasnya membentuk zona subduksi utama yang mengakibatkan seringnya gempa bumi dan aktivitas vulkanik. Misalnya, Palung Sunda, yang terbentuk oleh subduksi Lempeng Indo-Australia di bawah Lempeng Sunda, sangat memengaruhi evolusi geologi Sumatra dan Jawa. Jawa, salah satu penghuni utama masyarakat Sunda, dicirikan oleh topografi yang beragam dan aktivitas vulkanisme yang aktif. Proses-proses geologis ini membentuk geografi wilayah tersebut, yang menyediakan fondasi bagi kelangsungan hidup dan migrasi manusia purba.

Dari perspektif paleoklimat dan permukaan laut, wilayah Indonesia telah mengalami perubahan oseanografi yang signifikan sejak Zaman Es Terakhir. Misalnya, Paparan Sunda adalah paparan benua yang luas dan dangkal yang menghubungkan Semenanjung Malaya, Sumatra, dan Kalimantan. Selama Zaman Es Terakhir, dengan permukaan laut global yang lebih rendah, sebagian besar Paparan Sunda tersingkap sebagai daratan, yang berpotensi menghubungkan daratan Asia Tenggara dengan Kepulauan Sunda Raya, menyediakan jembatan darat bagi migrasi manusia purba. Naik turunnya permukaan laut, serta variasi monsun Asia Timur, telah memengaruhi catatan pelapukan kimiawi dan pola geografis wilayah tersebut.

Meskipun studi geologi memberikan konteks makro-lingkungan, bukti arkeologis atau catatan tekstual yang berkaitan langsung dengan sejarah masyarakat Sunda sebelum Masehi tidak dirinci dalam materi yang ada. Masyarakat Sunda, sebagai kelompok etnis penting di Indonesia, memiliki tradisi yang berdampak signifikan terhadap umur dan keberlanjutan industri kecil mereka, menunjukkan betapa mengakar dan lestarinya budaya mereka. Namun, pengaruh budaya ini terutama dieksplorasi melalui studi sosio-ekonomi modern, alih-alih menelusurinya secara langsung ke era pra-Kristen. Naskah lontar kuno menyediakan banyak data tekstual, termasuk naskah berbahasa Sunda, yang sangat berharga bagi penelitian linguistik dan sejarah.


 

Gambar di atas menunjukkan manuskrip lontar Sunda, sumber berharga untuk memahami budaya dan bahasa Sunda kuno, tetapi penanggalannya umumnya berasal dari periode Masehi, tanpa catatan tekstual Sebelum Masehi yang definitif.

Lebih lanjut, penelitian tentang adaptasi masyarakat Jawa terhadap peristiwa hidrologi ekstrem melalui pengetahuan lokal menunjukkan fondasi historis yang mendalam bagi adaptasi jangka panjang terhadap lingkungan alam dan akumulasi pengetahuan. Misalnya, sistem pengetahuan lokal Jawa seperti "Pranata Mangsa" telah memengaruhi kalender tanam dan pola tanam, yang mencerminkan pengalaman jangka panjang dalam berinteraksi dengan alam; namun, asal-usul sistem pengetahuan ini tidak dapat ditelusuri secara jelas hingga masa Sebelum Masehi.

Suku Mapuche sangat terorganisir sebelum penjajahan, dan kemampuan konflik serta mobilisasi mereka berkaitan dengan tingkat organisasi pra-kolonial mereka. Hal ini menunjukkan bahwa memahami organisasi sosial pra-kolonial suatu kelompok sangat penting untuk memahami sejarah awalnya. Meskipun makalah ini berfokus pada masyarakat Mapuche di Chili, metodologinya menyediakan kerangka teoretis untuk memahami organisasi sosial masyarakat Sunda selama periode Sebelum Masehi.

Singkatnya, literatur yang ada memberikan informasi lebih lanjut tentang latar belakang geologis, geografis, dan paleoklimat kepulauan Indonesia selama periode sebelum masehi, seperti fitur tektonik dan perubahan permukaan laut Kepulauan Sunda. Namun, data yang ada tidak secara langsung memberikan sejarah rinci masyarakat Sunda sebagai kelompok etnis tertentu selama periode pra-Kristen, termasuk struktur sosial, adat istiadat budaya, dan gaya hidup mereka. Bagian sejarah ini memerlukan penelitian arkeologis, antropologis, dan linguistik yang lebih mendalam, dikombinasikan dengan pemahaman tentang migrasi manusia awal dan perkembangan budaya di kawasan Asia Tenggara yang lebih luas. Misalnya, studi etnis di Asia Tenggara menunjukkan bahwa pola infeksi Helicobacter pylori pada beberapa kelompok Melayu mungkin berasal dari pengaruh migrasi kelompok etnis lain, yang menyiratkan kompleksitas pergerakan populasi awal di wilayah tersebut, tetapi situasi spesifik masyarakat Sunda sebelum periode pra-Kristen memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

Mengingat fokus literatur yang ada, rekonstruksi komprehensif sejarah masyarakat Sunda selama periode pra-Kristen membutuhkan integrasi bukti yang lebih interdisipliner. Misalnya, penggalian arkeologi situs-situs kuno di wilayah tersebut dapat mengungkap aktivitas manusia pra-Kristen, penggunaan alat, pola permukiman, dan kemungkinan bentuk organisasi sosial. Analisis sisa-sisa tumbuhan purba, tulang hewan, dan sisa-sisa manusia dapat merekonstruksi praktik subsisten dan strategi adaptasi lingkungan pada masa itu. Lebih lanjut, studi linguistik dan genetik dapat memberikan petunjuk penting untuk melacak asal-usul dan rute migrasi populasi Sunda. 

Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam literatur terkini, adalah negara dengan beragam kelompok etnis, dan geologi, iklim, serta keanekaragaman hayatinya menyediakan konteks yang luas untuk penelitian. Kepulauan Sunda, termasuk Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil, merupakan bagian dari kepulauan Indonesia.


 

Peta di atas menunjukkan Asia Tenggara, dengan luas wilayah Indonesia dan wilayah Kepulauan Sunda Besar dan Sunda Kecil. Informasi geografis ini membantu dalam memahami rentang geografis historis dari kemungkinan aktivitas masyarakat Sunda.

Kesimpulannya, meskipun literatur telaah sejawat yang ada memberikan informasi latar belakang yang kaya tentang struktur geologi, paleoklimat, dan beberapa fenomena budaya di wilayah Indonesia (termasuk Kepulauan Sunda), narasi sejarah spesifik dan bukti rinci yang secara langsung berkaitan dengan masyarakat Sunda selama periode Sebelum Masehi masih sangat terbatas, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut yang mendalam untuk mengisi kesenjangan ini. 

 

Referensi

  1. Fatricia, Raja Sharah & Daryanto, Ahmad. Developing and validating a scale for anxiety over land and forest fire. Journal: International Journal of Disaster Risk Reduction.
  2. Kadir, Evizal Abdul & Hsiang Tsung Kung. Wildfire Hotspots Forecasting and Mapping for Environmental Monitoring Based on the Long Short-Term Memory Networks Deep Learning Algorithm. Journal Environments (IS 3.7)
  3. Arai, Takaomi & Hussein Taha. Mitochondrial cytochrome c oxidase subunit I gene analysis of the yellowfin snapper, Lutjanus xanthopinnis in the Indo-Pacific region and a note on Lutjanus lutjanus population structure. Journal Heliyon (IS 3.6)
  4. Syam, Ari Fahrial & Langgeng Agung Waskito. Helicobacter pylori in the Indonesian Malay’s descendants might be imported from other ethnicities. Journal Gut Pathogens ( IS 4.0 ). 
  5. Soemantri, Ypsi Soeria & Susi Machdalena. The lexicon of priangan batik as an effort of the sundanese language maintenance. Journal PROSIDING PRASASTI. 
  6. Titaley, Christiana R & Cynthia L Hunter. Why do some women still prefer traditional birth attendants and home delivery?: a qualitative study on delivery care services in West Java Province, Indonesia. Journal BMC Pregnancy and Childbirth ( IS 2.7 )
  7. Shiyuan Li. Modeling of stringer deformation and displacement in Ara salt after the end of salt tectonics. Journal Open Geosciences ( IS 1.3 )
  8. Darmayanti, Tessa Eka.The Ancestral Heritage: Sundanese Traditional Houses Of Kampung Naga, West Java, Indonesia. Journal MATEC Web of Conferences.
  9. Soemantri, Ypsi Soeria & Susi Machdalena. The lexicon of priangan batik as an effort of the sundanese language maintenance. Journal PROSIDING PRASASTI
Baca Juga

Sponsor