Cari

Bagaimana Nasib Piramida Nusantara? Arkeologi Kurang Dapat Perhatian Pemerintah

Situs Gunung Padang
Inronis... Diakui dunia, tetapi Arkeologi Kurang Dapat Perhatian Pemerintah Kita. Ini adalah fakta. Setelah piramida Gunung Padang Cianjur ramai dipublikasikan, bermunculan situs-situs serupa di berbagai lokasi di Indonesia. Apa selanjutnya? Situs gunung padang saja telah sepi diberitakan 2 tahun terakhir ini. Terutama sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi). Penelitian mangkrak?

Seperti diberitakan Kompas tahun 2011, Indonesia mengalami krisis tenaga peneliti di bidang arkeologi. Padahal, bentang alam Indonesia yang begitu luas menyimpan banyak sekali situs bersejarah yang masih perlu diteliti.

Krisis tenaga peneliti ini dirasakan ketika satu per satu tenaga peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional mulai pensiun. Dari 70 tenaga peneliti yang ada, sekarang lembaga itu hanya tinggal memiliki 35 peneliti.

”Sejak tahun 1985 kami tidak mendapatkan tenaga peneliti baru untuk menggantikan yang pensiun. Baru dua tahun lalu kami mendapatkan dua tenaga peneliti baru,” kata Titi Surti Nastiti, peneliti senior di lembaga penelitian tersebut.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional merupakan satu-satunya lembaga di Indonesia yang berwenang menggali dan meneliti situs-situs di Tanah Air. Kalaupun ada lembaga lain yang menggali dan meneliti situs, lembaga ini harus bekerja di bawah pengawasan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.

Untuk mencari situs, Arkeologi Nasional dibantu oleh Balai Arkeologi yang berada di sejumlah daerah. Di Indonesia hanya ada 10 Balai Arkeologi yang masing-masing memiliki tenaga peneliti sebanyak 5-6 orang.

Selain kurang dari sisi jumlah, Arkeologi Nasional juga mengalami krisis tenaga ahli yang menekuni bidang epigrafi dan ikonografi. Epigrafi adalah ilmu cabang arkeologi yang mempelajari benda bertulis dari masa lampau semacam prasasti, sedangkan ikonografi mempelajari identifikasi, deskripsi, dan interpretasi benda bergambar seperti arca.

Peneliti epigrafi ada di sejumlah perguruan tinggi, sedangkan Arkeologi Nasional hanya memiliki satu peneliti epigrafi dan tak mempunyai ahli ikonografi. Karena kekurangan tenaga ahli, banyak situs belum diteliti.

Di Indonesia hanya ada empat perguruan tinggi yang membuka jurusan arkeologi, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana (Bali), dan Universitas Hasanuddin (Makassar).

Penelitian Manusia Purba
Selain Homo floresiensis, banyak temuan luar biasa yang berhasil diungkap para arkeolog dalam negeri. 

Hingga sekarang, penemuan manusia Liang Bua atau Homo floresiensis di Flores, Nusa Tenggara Timur, 11 tahun lalu, menjadi sorotan para peneliti dunia. Karena temuan ini, empat ilmuwan Indonesia dari Pusat Arkeologi Nasional, yaitu Rokus Awe Due, E Wahyu Saptomo, Jatmiko, dan Thomas Sutikna, masuk dalam jajaran ilmuwan dengan pemikiran ilmiah paling berpengaruh sedunia tahun 2014 menurut versi Thomson Reuters, di London, Inggris. 

Namun, diskursus dan perhatian dalam negeri terhadap temuan spektakuler ini justru tidak menggema.

Arkeolog senior Universitas Indonesia (UI) Prof Mundardjito mengungkapkan, sama sekali tak ada perhatian pemerintah terhadap peneliti yang benar-benar bekerja serius dan menghasilkan temuan luar biasa. "Para peneliti kita ini dikenal sangat jago dalam penelitian di lapangan. Pak Rokus, misalnya, adalah ahli tulang yang paham betul detail seluk-beluk tulang belulang. Mereka sungguh-sungguh bekerja, tetapi tidak pernah mendapat perhatian dari negara," katanya, di Jakarta, Desenber 2014.

Menurut Mundardjito, selain Homo floresiensis, banyak temuan luar biasa yang berhasil diungkap para arkeolog dalam negeri. Namun, tak banyak yang diperhatikan, apalagi didukung optimal oleh pemerintah.

"Selain temuan Liang Bua, di Sumatera Prof Truman Simanjuntak juga menemukan hunian Homo sapiens massal di Goa Harimau. Begitu juga Sugeng Riyanto dan para arkeolog Balai Arkeologi Yogyakarta yang menemukan hunian Mataram Kuno yang lengkap di Situs Liyangan, Temanggung," ungkap Mundardjito.

Hanya Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) yang peduli?
Kurang perhatian pemerintah terhadap bidang arkeologi nasional hampir merata untuk setiap presiden Republik Indonesia dari waktu ke waktu. Hanya SBY yang bisa kita sematkan status sebagai presiden yang peduli dengan situs kepurbakalaan. meskipun masih dipertanyakan berbagai pihak mengenai motif sebenarnya dibalik itu.

Mengingat Gunung Padang merupakan situs arkeologi prasejarah, dibentuklah tim tersendiri yang disebut Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM). TTRM melibatkan arkeolog dan menerapkan pendekatan terpadu, yakni gabungan metode dan teknik dari berbagai disiplin ilmu serta bekerja sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, khususnya pelestarian situs sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 

Para peneliti mau terlibat di TTRM karena menghormati permintaan resmi secara tertulis yang dikirimkan oleh instansi resmi pemerintah untuk melakukan penelitian ilmiah. Beberapa sukarelawan direkrut secara terbuka, namun tentu harus memiliki latar belakang keilmuan, yakni ilmu-ilmu yang diterapkan dalam penelitian Gunung Padang oleh TTRM.

Para peneliti juga menghargai adanya keinginan untuk melakukan riset secara seksama sebagai dasar pengambilan suatu keputusan. Pihak-pihak yang ingin mengembangkan budaya riset tentu harus didukung. Permasalahan penelitian yang diusung oleh TTRM seperti apa bentuk situs ini sesungguhnya, apa aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat masa lalu di situs ini, dan kapan situs ini dibuat kemudian ditinggalkan.

TTRM yang melakukan penelitian di situs Gunung Padang akhirnya dianggap mencari harta karun. Padahal, penelitian di situs ini sudah dilakukan sejak tahun 1979. 

Mengapa tim-tim sebelumnya atau para peneliti terdahulu tidak disebut-sebut mencari harta karun? Beberapa pihak menanggapi rumor harta karun, emas, dan sebagainya padahal bukan itu yang dicari oleh para peneliti TTRM. 

TTRM bekerja atas dasar hasil riset Tim Katastropik Purba. Inisiator Tim Katastropik Purba adalah Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Andi Arief mencoba bekerja berdasarkan riset bencana masa silam untuk mengetahui lokasi-lokasi terjadinya bencana, waktunya, dan kemungkinan pengulangannya untuk mitigasi atau kesiapsiagaan jika terjadi lagi pada masa kini. 

Tim yang terdiri atas para ahli geologi atau ilmu kebumian ini telah meneliti di berbagai wilayah di Indonesia, seperti di Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, dan sebagainya termasuk di Jawa Barat. Riset di Jawa Barat, antara lain di Gunung Padang di Cianjur memperlihatkan kemungkinan keterkaitan antara punahnya peradaban masa silam di Gunung Padang akibat bencana alam berupa gempa bumi.

SBY di gunung Padang Cianjur
Foto: jabarprov.go.id
Situs bersejarah di Zaman Megawati Sukarno Putri
Ketika pemerintahan di bawah Presiden Megawati Sukarno Putri yang terjadi malah kasus penggalian situs batu tulis bogor. Penggalian tidak dimaksudkan sebagai pelestarian budaya, tetapi pencarian harta karun. 

Mata Maemunah (75) atau akrab disapa Ibu Ema berkaca-kaca saat kembali mengingat peristiwa penggalian yang dilakukan oleh Menteri Agama era Megawati , Said Agil Husin Al Munawar , di komplek prasasti batu tulis yang dijaganya. Dengan suara lirih namun penuh kegeraman, juru kunci dari 15 prasasti peninggalan Kerajaan Sunda Padjajaran tersebut mulai mengenang kembali cerita penggalian yang terjadi di halaman komplek prasasti pada medio 2002 lalu (merdeka.com).

Barangkali terdengar geli bercampur geram, saat cerita mengenai Said Agil Husein Al Munawar mendapat bisikan dari seorang paranormal yang mengatakan bahwa di area yang diyakini tempat terakhir Prabu Siliwangi berada sebelum menghilang entah ke mana, terdapat harta karun. Harta karun itu diyakini mampu menutupi utang negara saat itu.

Saat itu, ditemani paranormal dan empat penggali, Said Agil membongkar salah satu prasasti yang terletak di halaman kompleks Prasasti Batu Tulis yang terletak di Jalan Batu Tulis, Bogor. Penggalian itu pun langsung mengundang protes banyak warga setempat. 
Situs Btu tulis di Bogor
Foto: disparbud.jabarprov.go.id
Warga Bogor lainnya yang ikut berang mulai berdatangan di wilayah Batu Tulis. Kecaman protes terhadap tindakan gila Said Agil mulai banyak di spanduk-spanduk yang bertebaran di lokasi tersebut. Tidak hanya warga Bogor yang marah, tetapi langit Bogor juga marah saat itu.

Penggalian yang dilakukan Menteri Agama Kabinet Gotong Royong itu dihentikan menjelang malam saat harta karun yang dicari tak juga ditemukan. Penggalian hanya meninggalkan bekas berbentuk parit sepanjang enam meter, lebar satu meter dan kedalaman dua meter.

"Katanya sih karena salah satu penggali hatinya kotor jadi harta karun nggak bisa ditemukan," ujar penjual es podeng yang selalu mangkal dekat prasasti, Ujang dengan senyum gelinya ikut mengenang kejadian penggalian tersebut.

Presiden Megawati Soekarnoputri tidak pernah memberikan izin Menteri Agama Said Agil Al-Munawar untuk menggali situs purbakala Batutulis di Bogor. Seperti diketahui, penggalian itu didasari keyakinan ada harta karun peninggalan Prabu Siliwangi. Bantahan itu disampaikan Megawati pada rapat rutin DPP PDI Perjuangan, di Jalan Lenteng Agung, Jakarta, tahun 2012 silam. 

“Batutulis itu tiap hari di depan mata, kalau saya harus memberikan izin kenapa harus ke orang lain,” ujar presiden seperti dikutip Wakil Sekjen DPP PDIP Pramono Anung usai rapat tersebut. 

Pramono menyatakan dirinya bertanya pada Megawati karena masalah penggalian itu sudah jadi perhatian publik. Sebelumnya, Menteri Agama Said Agil menyatakan tindakan dirinya itu atas sepengetahuan presiden. Malah, Menteri Said menyatakan harta karun di lokasi itu dapat dipakai untuk melunasi utang negara. 

Kasus Harta karun tetap Incaran Pemerintah?
Situs gunung padang Cianjur mendapat perhatian pemerintah, konon karena harta karun yang "mungkin" ada di dalamnya.

Cerita soal Gunung Padang tak hanya sebatas situs megalitikum. Ada mitos-mitos, serta legenda yang menyertai Gunung Padang. Mulai dari harta karun emas, piramida, atlantis, sampai kekuatan gaib raja-raja terdahulu. Legenda dan mitos itu menyebar dan menjadi bahan pergunjingan di masyarakat. 

Menurut arkeolog yang lama meneliti Gunung Padang ini, hal berbau legenda dan mistis memang tak bisa dipisahkan dari keberadaan situs megalitikum itu. Mulai dari cerita Prabu Siliwangi, harta emas, sampai cerita lainnya.

Perlu Peneliti dalam Negeri
Penelitian di Gunung Padang harus dilakakukan oleh ilmuwan dalam negeri. Karena ini adalah bukti bahwa bangsa kita memiliki masa lalu yang gemilang, jauh lebih gemilang daripada yang diceritakan dan dikisahkan selama ini.

Adamya Masyarakat Arkeologi (MARI) yang mewadahai peneliti, dan semua pihak yang tertarik dengan arkeologi tidak mampu menyediakan sarana pada pengembangan arkeologi nasional.

MAU KITA BAWA KEMANA INSTANSI PENELITIAN ARKEOLOGI INDONESIA ?

Sumber:
  1. Natgeo Indonesia
  2. Kompas
  3. Merdeka
  4. Tempo

Baca juga;

  1. Situs Mirip Piramida Ditemukan di Purworejo
  2. Situs Mirip Piramida di Purworejo Bukan Situs Arkeologi
  3. Situs Ä€rahurahu Marae mirip Piramida Gunung Padang
  4. Piramida Gunung Padang berusia 25000 tahun?
  5. Piramida Gunung Padang Bukan Peninggalan Orang Sunda
  6. Dugaan Situs Piramida di Lampung Seperti Gunung Padang Cianjur


Mugia Sagung Dumadi
Rahayu....

.

Baca Juga

Sponsor