Cari

Inilah Atlantis Nusantara: Mengulas Atlantis Sundaland dan Kesejarahan Nusantara

Kota di Maroko dengan bangunan terbuat dari Tanah Liat
Banyak sudah klaim bahwa Atlantis berada di Nusantara. Kehebatan dan kecanggihan teknologi yang ada di Atlantis pun sangat berlebihan. Setidaknya menurut saya. Meskipun sampai hari ini tidak ada bukti kuat yang meyakinkan bahwa Atlantis di Nusantara.

Awalnya dari kisah yang dituturkan Filsuf Yunani, Plato. Ia menyebutkan sebuah negeri Atlantis lengkap dengan ciri-cirinya. Epik atlantis muncul dalam kurun waktu setelahnya. Hingga akhirnya penggambaran "kecanggihan" atlantis yang diceritakan Plato pun semakin bergeser.

Perlu kiranya meninjau bahwa Plato menceritakan "canggihnya" Atlantis dalam point of view, sudut pandang masa sebelum Masehi. Tentu canggihnya Atlantis tidak seperti diceritakan sekarang bahwa mereka memiliki teknologi "ajaib" melebihi kecanggihan sekarang.

Nah bila kita mencoba memposisikan diri kita di zaman Plato, kiranya menjadi lebih fair, objektif dalam menilai "kecanggihan" Atalntis. Efeknya, kita bisa memulai darimana menelusuri Atlantis.

Pengalaman Supra Natural
Menurut para praktisi supranatural non mantra (bukan dengan ajian-ajian dan komat-kamit apalagi kemenyan ya), bahwa di setiap tempat ada rekam jejak berupa energi yang bisa diekstrak menjadi visual. lebih hebat lagi kalau mampu mengekstrak menjadi audio-visual. Kita mampu melihat dan mendengarkannya.

Prosesnya seperti rekam jejak non teks dalam arkeologi. Dalam arkeologi bencana katastropik berupa banjir atau letusan gunung berapi, menjadi petunjuk rekam jejak kejadian masa lampau pada suatu tempat. Data jejak masa lalu dalam arkeologi dilihat dari lapisan tanah yang terbentuk selama bencana terjadi. Hingga bisa menetapkan dan memperkirakan apa yang terjadi saat itu.

Rekam jejak kejadian penampakan "hantu", menurut ahli metafisika elektropsikologis, bahwa sebenarnya rekaman di tempat wingit (tempat menyeramkan/angker), diakibatkan adanya bakteri di udara. Nah, bakteri inilah yang kemudian memasuki hidung, paru-paru hingga mentrasfer ke otak sebagai gambar "hantu". Hampir dipastikan setiap tempat angker memilki suhu, kelembaban dan udara yang khas. kadang terasa menyesakkan.

Ini pengalaman saya pribadi, percaya atau tidak. Saya melihat sepintas kota zaman dulu di negeri kita, Nusantara. Meskipun saya tak dapat memastikan lokasinya. Saya melihat sebuah kota kuno.
Saya berpikir asosiatif, Inilah Atlantis di Nusantara! Aha... 
Tetapi dalam visual itu, saya melihatnya sebagai sebuah kota unik daripada disebut "canggih". Kota yang bangunannya terbuat dari tanah liat yang dibakar. mirip dengan pembuatan bata merah. 
Demikian pula jalan raya yang berada ditepi tebing (mirip cadas pangeran Sumedang Jawa barat atau Lembah Anai Sumatera Barat), yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Sungguh unik dan menurut saya, sangat canggih di zamannya. 
Saya melihat-lihat sekeliling dengan penuh takjub. Tiba-tiba seseorang berbicara kepada saya dengan kalimat yang panjang. Sayang sekali bahasanya tidak saya mengerti. Hanya ada 2 kata yang saya ingat. Dia mengatakan "Arudra pada....dan seterusnya saya tidak mengerti).
Selanjutnya saya Browsing dengan mbah google, apa itu Arudra pada?
Ternyata, "Arudra Pada" adalah zodiak kuno dalam agama Vedisme di India. "Arudra" hampir sama dengan bintang "Gemini" dalam zodiak umum.  Baca tentang Agama Kuno yang Terlupakan: Vedisme sedang "pada" adalah dunia maksudnya bumi.

Apapun maksud perkataan orang itu, saya tidak paham sama sekali. Dan, saya tak lagi bisa melihat kota tersebut. Saya tertegun. Apa itu Atlantis?

Saya belum sempat menggambar apa yang saya lihat tersebut. Akhirnya saya dapat gambar pembanding tentang bangunan rumah berbahan baku tanah liat, yaitu rumah-rumah di Afrika. Berikut gambarnya
Rumah tanah liat Afrika
Rumah yang lebih kurang mirip yang saya lihat di Kota Purba Nusantara
Mirip rumah tanah liat seperti diatas, namun rumah puba di Nusantara menggunakan atap rumbia/ilalang seperti di bawah ini.

Rumah tanah liat Afrika,
mirip seperti yang saya lihat
Rumah-rumah di atas dibuat dengan material tanah liat yang dibakar. Hal ini saya pikir sangat logis ada di nusantara. Batu bata merah dan genteng adalah bukti penguasaan teknologi canggih nenek moyang kita di Nusantara.

Bukti budaya pemanfaatan tanah liat di nusantara
Di Sunda dikenal Hawu atau tungku untuk wilayah lain. Terbuat dari tanah liat.

Foto tungku tanah liat di tatar pasundan (budaya sunda) yang disebut Hawu. Hawu menjadi sangat keras karena di bakar. Kita telah lama menganal hawu tanah liat, tetapi dinding rumah menggunakan bilik dari anyaman bambu. Sebenarnya, lelhur kita menggunakan dinding bata merah yang dilapisi tanah liat, kemudian "rumah dibakar" menjadikannya sangat kokoh.

Bata merah telah lama mampu dibuat oleh leluhur kita. Ada dibeberapa wilayah di pulau Jawa dan Sumatera yang telah membuat bata merah sebagai bahan utama pembuatan candi kuno.
Pembakaran bata merah
Situs Candi Mahligai Muara Taku
Terbuat dari batu merah
Candi Muara Takus adalah situs candi tertua di Sumatera, merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat Buddhis ini merupakan bukti bahwa agama Buddha pernah berkembang di kawasan ini.

Candi ini dibuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Berbeda dengan candi yang ada di Jawa, yang dibuat dari batu andesit yang diambil dari pegunungan. Bahan pembuat Candi Muara Takus, khususnya tanah liat, diambil dari sebuah desa yang bernama Pongkai, terletak kurang lebih 6 km di sebelah hilir situs Candi Muara Takus. Nama Pongkai kemungkinan berasal dari Bahasa Tionghoa, Pong berati lubang dan Kai berarti tanah, sehingga dapat bermaksud lubang tanah, yang diakibatkan oleh penggalian dalam pembuatan Candi Muara Takus tersebut. Bekas lubang galian itu sekarang sudah tenggelam oleh genangan waduk PLTA Koto Panjang. Namun dalam Bahasa Siam, kata Pongkai ini mirip dengan Pangkali yang dapat berarti sungai, dan situs candi ini memang terletak pada tepian sungai.

Aspek teknologi: Bahan yang digunakan adalah batu bata. Ukuran bata yang dipakai membangun candi ini bervariasi, panjang antara 23 sampai 26 cm, lebar 14 sampai dengan 15,5 cm dan tebalnya 3,5 cm sampai 4,5 cm.

Bata pada masa lampau memiliki kualitas yang lebih baik dari bata pada masa sekarang. Ini dikarenakan tanah liat yang digunakan disaring sampai benar-benar tidak ada komponen lain selain tanah liat, misalnya pasir. Selain itu, terdapat ”isian” di dalam bata, biasanya berupa sekam. Maksud dari isian ini, supaya bata kuat. Perekatan antar batu bata menggunakan sistem kosod.

Sistem kosod merupakan sistem perekatan bata dengan cara menggosokkan bata dengan bata lain dimana pada bidang gosokannya tersebut diberi air. Sistem ini juga dapat ditemukan pada situs-situs di Jawa Timur dan masih dapat ditemukan di daerah Bali. Perekatan bata yang menggunakan sistem kosod menyebabkan perekatan antar bata akan bertambah erat dari tahun ke tahun.

Candi Bahal di Sumut. Terbuat dari bata merah
Foto: Detktravel
Candi Jabung
Foto: Friskarimurti
Detil ukiran kepala kala di atas gawang relungterbuat dari tanah liat
Foto: wikipedia
Candi Blandongan di kompleks percandian Batujaya, Karawang, Jawa Barat, berbahan bata merah.
Candi Jabung merupakan candi kuno dan bersejarah, peninggalan Majapahit. Candi Jabung terbuat dari bata merah dan berdiri di sebidang tanah berukuran 35 X 40 meter. Diatas batu terdapat selasar keliling yang sempit dan relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari pada masa lampau.

Candi-candi yang terbuat dari Bata merah adalah bangunan kuno yang lebih tua daripada bangunan candi dari Batu. Darimana sal-usul pembuatan candi menggunakan bata merah? Apa asalasannya mengganti dengan batu?

Mengutip kembali tulisan saya sebelumnya: Sejarah Agama. Bangkitnya atau Kembali ke Agama Nusantara? disebutkan bahwa agama Hindu dan Budha di nusantara mengalami sinkretisme dengan ajaran lama nusantara. Begiputa teknologi yang digunakan dalam membangun situs keagamaan menggunakan teknologi yang dikenal leluhur kita sebelumnya yaitu: bata merah.

Alasan penggunaan batu pada periode berikutnya, dipastikan alasan ketahanan terhadap bencana katastropik seperti banjir dan gunung meletus.

Sundaland diperkirakan dihuni leluhur kita dengan segala pengetahuan dan teknologinya yang berbudaya. Ini pula sepertinya alasasan yang dilakukan leluhur kita saat menggunakan bata merah membangun strutuktur suci bangunan candi. Namun para penghuni dataran Sundaland tidak mampu menciptakan teknologi bangununan yang menenggelamkan seluruh kebudayaannya.

Kembali ke cerita tentang "penglihatan saya", bahwa sebenarnya leluhur kita waktu menghuni sundaland lebih intens lagi dalam menggunakan tanah liat dalam membangun negeri. tetapi mengapa pada masa berikutnya hanya dibuat khusus untuk membangun tempat suci? sementar rumah-rumah mereka tidak lagi menggunakan tanah liat?

Juga tentang penjelasan sepotong "Arudra pada" apa maksudnya. jika kita menganggap arudra adalah persis sama dengan gemini, berikut penjelasannya

Gemini dilambangkan dengan sepasang dua anak kembar. Mereka adalah putra dari dewa Zeus. Kedua anak kembar ini bernama Castor dan Polux. Ini zodiak dari mitologi Yunani.

Gemini merupakan zodiak ke-3. Zodiak ini digambarkan dengan sepasang anak kembar. Lambang Zodiak tersebut memiliki banyak arti. Menurut Astrologi Mesir, Gemini dilambangkan dengan sepasang ayam jago kembar. Kekembaran ini, menurut metologi Yunani, dihubungkan dengan si kembar Romulus dan Remus, pendiri kota Roma.

Menurut cerita, mereka yang berbintang Gemini berada di bawah naungan dua dewa, yaitu castor dan Pollux. Atau bisa pula disebut Alpha dan beta Geminorum. nah, dari kata Geminorum inilah muncul zodiak gemini.

Agak berbeda dengan Arudra pada dalam zodiak Vedisme.

ARUDRA atau Ardra adalah tentang petir dalam hujan. Petir dalam badai menciptakan sebuah revolusi atau perubahan besar, karena setelah setiap badai ada perubahan besar dalam lanskap, kehancuran, kematian dan revolusi untuk membangun sesuatu lagi.

Bercucuran air mata menjadi emosional, tetetsan air mata adalah tetesan air mata dari dewa badai, di mana miliaran air mata membuat badai. Membuat orang orang memerlukan kain kafan untuk diri mereka sendiri dan ini diakibatkan oleh sapuan badai menyapu.

Dijelaskan pula bahw Zodiak Arudra ini mewakili mencari keuntungan, mencari kekayaan materi dan menghajar orang di bawah untuk tujuan sendiri. Ini sangat destruktif yang menyebabkan orang melakukan kejahatan kekerasan dan membunuh massa atau pembunuhan massal yang berakhir dalam peti jenazah. Di bawah zodiak Arudra ini adalah tipe kepribadian Godfather yang akan menghapus siapapun yang mengahalangi jalan dia.

Hmmmm... penjelasan tentang Arudra mengerikan!
Seperti sosok yang datang kepada saya itu menjelaskan apa yang terjadi dengan kota unik, indah dan canggih di zamannya itu. Satu kata: KEHANCURAN!

Apakah yang saya lihat itu Atalantis? Tunggu Dulu
Saya lebih memilih menggunakan istilah dalam budaya kita sendiri. Alasannya, bisa jadi sebenarnya ada kemiripan tipikal negeri atlantis dengan apa yang saya lihat, bisa juga adalah sebuah negeri yang tak ada sangkut pautnya dengan kisan Atlantis. kira-kira apa nama kota yang hilang itu? Saya mengusulkan BUANA ARUDRA PADA. Arti bebasnya Negeri yang hancur akibat badai.

Sekian dulu sepintas tentang pengalaman pribadi
Wallahu alam

Salam
Baca Juga

Sponsor