1. Kendaraan
Mungkin kita pernah mendengar ada orang yang bilang, "biar pun jelek, motorku ini bawa rezeki lho..".
Ternyata hal itu tidak salah!!
Ternyata bukan hanya tahayul belaka, karena nabi pun membenarkannya.
Entah bagaimana menurut perhitungan fengshui atau primbon jawa, yang jelas hal ini memang nyata dan dibenarkan oleh nabi sendiri.
Jika kita punya kendaraan terus-terusan bikin sial, (mungkin suka nabrak, jatuh, menyerempet, dll), lebih baik segera dijual saja kendaraan itu. Karena bisa jadi kendaraan itu adalah sumber kesialan bagi kita.
Sebaliknya, jika kendaraan yang selalu kita gunakan oke-oke saja dan selalu lancar dipakai, bisa jadi kendaraan kita itu memang cocok buat kita dan membawa rezeki yang barokah. Lebih baik jangan dijual kalau tidak terpaksa. Lebih baik diwariskan kepada anak kita atau diberikan kepada orang yang membutuhkan.
2. Istri yang tidak patuh dan suka melawan
Seorang istri hendaknya patuh dan menurut pada suaminya. Jika seorang istri suka melawan dan membantah kata-kata suaminya, maka bisa dipastikan rumah tangganya tidak akan berkah. Yang ada hanya keributan pada setiap harinya.
Hal inilah salah satu sumber kesialan yang bisa membuat rezeki menjadi seret.
Satu-satunya cara mengatasi hal ini adalah dengan saling memahami, toleransi, dan saling menerima kekurangan masing-masing.
Seorang istri sudah seharusnya tunduk dan taat kepada suaminya. Jika seorang istri sudah berani membentak dan memperbudak suaminya, sudah bisa dipastikan rumah tangganya tidak akan barokah dan penuh kesialan. Rezeki pun menjadi seret.
Cara paling akhir yang bisa dilakukan adalah dengan mejatuhkan talak. Ini adalah satu-satunya cara yang tidak disukai Allah.
3. Rumah
Rumah yang kita tinggali bisa jadi biang kerok seretnya rezeki kita.
Secara kasat mata, tentunya sebuah rumah haruslah nyaman untuk ditinggali. Udara bisa mengalir melalui ventilasi dan bersirkulasi (keluar/masuk) dengan baik. Pencahayaan juga harus bagus, terutama dalam menerima cahaya matahari. Kerapian, keindahan, dan kebersihannya tentu harus dijaga.
Dan tentu saja, rumah pun harus dijaga dari hal-hal buruk yang tak kasat mata. Biasanya berbentuk jin-jin yang suka usil dan bikin tidak nyaman.
Untuk mengetahui rumah yang bikin jadi sumber kesialan caranya sangat gampang.
Bawa saja bayi tetangga atau saudara untuk datang ke rumah kita. Kalau si bayi bisa bermain dengan tenang, atau tidur lelap dan pulas, bisa dipastikan rumah kita itu rumah yang berkah dan jauh dari kesialan.
Sebaliknya, kalau si bayi rewel, terus-terusan menangis dan gelisah, bisa dipastikan rumah kita itu memang rumah yang bikin sial dan seret rezeki.
Cara mengatasinya sangat mudah.
Kata nabi, rumah kita wajib kita terangi dengan sholat dan bacaan Al Qur'an. Sering-sering sholat dan membaca Al Qur'an dapat membuat rumah kita menjadi nyaman dan jauh dari kesialan.
Bagi sebagian masyarakat kita (termasuk saya), hal ini memang sudah tidak asing dan sudah tercampur dalam budaya kita. Kita sering mengadakan syukuran dengan kenduri dan membaca surah Yasin ketika baru pindah rumah atau setelah selesai membangun rumah.
Sebagian orang menyebutnya sebagai ruwatan. Meruwat (mendoakan) pada waktu-waktu tertentu dan dengan perlengkapan yang tertentu sesuai dengan budaya dan adat kita masing-masing.
Hal ini dapat menjadikan rumah kita jadi berkah dan jauh dari kesialan. Demikian tadi tiga sumber kesialan (dan bisa juga sumber rezeki yang berkah) bagi seorang laki-laki. Tullisan ini dikutip dari yamarani.blogspot.co.id
Bagaimana kebenarannya?
Kata orang, kita sekarang sudah berada di zaman modern dan era globalisasi. Namun, entah kenapa, khurofat-khurofat jahiliah masih saja diadopsi oleh sebagian kaum muslimin sekarang, walaupun mereka sudah menyandang pendidikan tinggi. Di antara khurofat tersebut adalah perbuatan tathoyyur yaitu merasa sial dengan burung atau lainnya. Dalam Islam, khurofat seperti itu diberantas dan sebaliknya kita diperintahkan untuk hanya bertawakkal kepada Alloh dalam segala urusan.
Ada suatu masalah penting di sini yang permasalahannya perlu kami dudukkan dengan benar, yaitu adanya beberapa hadits yang sekilas saling bertentangan. Dalam banyak hadits, khurofat tersebut ditiadakan bahkan dimasukkan kategori kesyirikan. Namun, di sisi lain ada beberapa hadits yang sekilas mengisyaratkan adanya beberapa makhluk yang membawa sial. Bagaimana permasalahannya?! Dan bagaimana komentar ulama mengenainya?! Marilah kita kaji bersama masalah ini secara ilmiah.
Teks Hadits
Dari Abdulloh bin Umar berkata: “Saya mendengar Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Kesialan itu dalam tiga perkara: kuda, wanita, dan rumah.’”
Dari Sahl bin Sa’ad bahwasanya Rosululloh shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya kesialan itu ada, maka pada wanita, kuda, dan tempat tinggal.”
Bila kita cermati dua hadits di atas, akan kita dapati dua lafazh yang berbeda, pada hadits pertama dengan lafazh tegas dan pada hadits kedua dengan lafazh syarat (seandainya ada).
Sekilas Bertentangan
Sekilas pandang, seakan-akan terjadi kontradiksi antara hadits di atas dengan dalil-dalil dan hadits-hadits yang banyak sekali tentang larangan merasa sial, di antaranya yang paling tegas adalah hadits Abdulloh bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
“Thiyaroh (merasa sial) adalah termasuk kesyirikan.”
Hadits ini dengan tegas menyatakan bahwa thiyaroh (tathoyyur) adalah termasuk kesyirikan.
Bagaimana Cara Memadukannya?
Para ulama telah berusaha untuk memadukan antara kedua hadits di atas dan mereka menegaskan bahwa di sana ada perbedaan antara kesialan dengan tiga hal (yaitu: wanita, rumah, dan kendaraan) di atas dengan thiyaroh yang syirik. Namun, metode mereka dalam memadukannya beragam, di antaranya:
Pertama: Sebagian mereka mengatakan bahwa pada asalnya merasa sial itu tidak boleh, tetapi khusus dengan tiga hal di atas maka boleh.
Kedua: Sebagian ulama mengatakan bahwa bolehnya merasa sial dengan tiga hal di atas adalah mansukh (terhapus) dengan hadits-hadits larangan.
Ketiga: Melemahkan dan mengingkari hadits-hadits yang menyatakan kesialan pada tiga hal di atas atau mengingkari ketegasan lafazh tersebut, yang benar menurut mereka adalah dengan lafazh: “Kalau memang ada kesialan pada sesuatu, maka tiga perkara.”
Pendapat yang kuat adalah yang merinci bahwa kesialan itu ada dua macam:
- Kesialan yang haram, seperti keyakinan orang-orang jahiliah yaitu pada hal-hal tertentu yang dianggap membawa sial bahwa hal itu berpengaruh pada keadaan dan merupakan faktor kebaikan dan keburukan, sehingga menghalangi mereka dari keinginan dan tekad mereka. Imam Nawawi v\ berkata tatkala menjelaskan segi kesyirikan thiyaroh: “Sebab mereka berkeyakinan benda tersebut berpengaruh untuk maju mundurnya suatu keinginan.”
- Kesialan yang ditetapkan dalam hadits, yaitu apa yang dijumpai pada hati seorang kebencian pada hal-hal tertentu ketika terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan padanya. Di antara ciri-cirinya:
- Kesialan ini tidak muncul kecuali setelah terjadinya kemadhorotan yang berulang-ulang. Seandainya seorang merasa terkena madhorot dari sesuatu, maka boleh baginya untuk meninggalkannya.
- Kesialan ini muncul karena adanya sifat yang tercela, berbeda dengan kesialan terlarang yang biasanya muncul karena sebab yang tidak jelas, seperti membatalkan rencana bepergian gara-gara melihat seekor burung.
- Dampak dari kesialan ini adalah meninggalkan, dengan tetap berkeyakinan bahwa hanya Alloh saja yang menciptakan dan mengatur kebaikan dan keburukan. Kesialannya bukan karena zat benda tersebut memiliki pengaruh, melainkan karena apa yang Alloh takdirkan pada benda tersebut berupa kebaikan dan kejelekan. Hal ini diperkuat oleh hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang berkata kepada Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rosululloh, dahulu kami berada di rumah dan jumlah kami serta harta kami banyak, tatkala kami pindah rumah lain, jumlah kami dan harta kami menjadi sedikit.” Lalu Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tinggalkan rumah tersebut.”
Dalam hadits ini, Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada orang tersebut pindah rumah tatkala beliau mendapati kebencian mereka, adanya madhorot yang menimpa mereka serta berulangnya hal itu pada mereka. Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk pindah agar hilang perasaan benci dalam hati mereka, bukan karena zat rumah itu memiliki pengaruh.
Demikianlah perincian para ulama dalam masalah ini, sehingga dengan demikian hilanglah anggapan tentang adanya kontradiksi pada hadits-hadits Rosululloh shallalllahu ‘alaihi wa sallam.
Beberapa Masalah Tentang Hadits
Untuk melengkapi pembahasan hadits ini, kami akan sedikit menambahkan beberapa pembahasan seputar hadits ini secara ringkas.
1. Definisi tathoyyur
Tathoyyur (thiyaroh) adalah merasa sial karena melihat atau mendengar sesuatu seperti keyakinan orang jahiliah dahulu apabila melihat burung terbang ke arah kanan maka pertanda baik dan bila terbang ke kiri maka pertanda keburukan.
Perlu diketahui bahwa khurofat ini sampai sekarang masih bercokol di sebagian masyarakat. Sebagai contoh, sebagian masyarakat masih meyakini bila ada burung gagak melintas di atas maka itu pertanda akan ada orang mati, bila burung hantu berbunyi pertanda ada pencuri, bila mau beergian lalu di jalan dia menemui ular menyeberang maka pertanda kesialan sehingga perjalanan harus diurungkan.
Demikian pula ada yang merasa sial dengan bulan Muharrom (Suro: Jawa), hari Jum’at Kliwon, ada juga yang merasa sial dengan angka seperti angka 13 dan sebagainya.
2. Hukum thiyaroh
Thiyaroh hukumnya adalah haram dan termasuk kesyirikan yang menodai tauhid seseorang, karena dua hal:
Pertama: Seorang yang merasa sial berarti telah menghilangkan tawakkalnya kepada Alloh dan dia malah berpedoman pada selain Alloh.
Kedua: Seorang yang merasa sial berarti bergantung pada perkara yang tidak ada hakikatnya padahal hanya khayalan belaka, sehingga semua ini dapat menodai tauhid seorang hamba.
Orang yang merasa sial tidak lepas dari dua keadaan:
Pertama: Dia meninggalkan keinginannya karena mengikuti keyakinan sialnya. Ini adalah bentuk kesialan yang paling berbahaya bagi aqidah seorang.
Kedua: Dia melanjutkan keinginannya, namun dengan perasaan takut dan gundah dalam hatinya. Ini juga berbahaya bagi tauhid seorang sekalipun lebih ringan dari yang sebelumnya.
Maka hendaknya bagi seseorang untuk melanjutkan keinginannya dengan lapang dada dan tawakkal yang kuat kepada Alloh tanpa melirik pada kesialan karena hal itu berarti buruk sangka kepada Alloh. Bahkan merasa sial juga bisa sampai kepada derajat syirik besar yang mengelurkan seorang dari Islam yaitu apabila dia menyakini bahwa benda yang dia anggap pembawa sial tadi memiliki pengaruh secara dzatnya, karena dengan demikian berarti dia menjadikan tandingan bagi Alloh dalam masalah penciptaan dan pengaturan.
3. Hukum meninggalkan tiga hal (rumah, istri, kendaraan)
Maksudnya kalau seandainya seorang terkena cobaan pada tiga hal tersebut terus-menerus sehingga dia merasa keberatan dan merasakan kebencian terhadapnya, bolehkah untuk meninggalkannya?! Jawabannya adalah boleh dan ini tidak termasuk kesialan yang dilarang. Imam al-Baghowi rahimahullah mengomentari hadits pembahasan: “Ini adalah petunjuk Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam bagi yang memiliki rumah, istri, atau kuda yang tidak menyenangkannya agar dia berpisah darinya. Kalau rumah maka dengan pindah darinya, kalau istri maka dengan menceraikannya, kalau kuda (kendaraan) maka dengan menjualnya. Dan semua ini tidaklah termasuk thiyaroh yang terlarang.”
4. Tanda-tanda kesialan pada tiga hal dan faktor pengkhususannya
Para ulama menyebutkan bahwa tanda kesialan pada rumah yaitu sempitnya, tetangga yang jelek, sering kena musibah (pencurian, misalnya), jauhnya dari masjid sehingga tak mendengar adzan, dan sebagainya. Tanda kesialan istri yaitu dengan kemandulannya, jelek akhlaknya, selingkuh, dan sebagainya. Adapun tanda kesialan pada kuda adalah sulit ditumpangi, lambat jalannya, dan sebagainya.
Adapun kenapa dikhususkan tiga hal tersebut saja? Jawabannya adalah karena tiga hal itu kebutuhan primer seorang yang selalu berkaitan dengan manusia yaitu rumah, istri, dan kendaraan.
Demikianlah pembahasan yang dikutip dari abiubaidah.com. Semoga bermanfaat.