Cari

Gunung sebagai Pasak Bumi dalam Berbagai Agama dan Sains

Gunung Ciremai Jawa Barat
[Historiana] - Kita sering mendengar ayat-ayat dalam kitab suci yang menceritakan bahwa Gunung sebagai Pasak Bumi. Menurut sains khususnya ilmu geologi dan penelitian para ahli, diketahui bahwa Bumi memiliki ketebalan sekira 3.750 mil dari inti Bumi hingga ke permukaan Bumi. Dari ketebalan tersebut, bagian kerak Bumi hanya memiliki ketebalan sekira 1-30 mil.

Bagaimana gunung yang ada dibumi ini berfungsi sebagai pasak? Mari kita telaah berbagai informasi dan padangan religi atau agama serta pandangan Sains atau ilmu pengetahuan.

Menurut Agama Islam

Kita sering mendengar bahwa Pujian dan tasbih gunung-gunung juga sesuai dengan ungkapan lugas al-Qur’an laksana tasbih makhluk-makhluk lainnya yang tidak dapat dicerap dan dipahami oleh kebanyakan manusia.

Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Isra [17]:44)
Ramadhani dkk,dalam bukunya 'Alquran vs Sains Modern menurut Dr Zakir Naik' menyebutkan bahwa kerak Bumi merupakan bagian lapisan terluar Bumi yang menyerupai kulit yang padat. Sedangkan bagian dalamnya berupa cairan yang panas.

Jika manusia melihat permukaan gunung yang menjulang ke permukaan tanah, itu hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan gunung. Bagian gunung yang lain, yaitu akarnya tertanam di dalam Bumi.

Temuan ini telah dijelaskan dalam Alquran sekira 14 abad lalu. Dalam beberapa ayat, dijelaskan bahwa gunung diciptakan agar Bumi tidak goncang. Dalam Al-Qur’an kita temukan kata gunung sebanyak 49 kali. Di antaranya, 22 ayat menyebutkan fungsi gunung sebagai pasak atau tiang pancang. Pasak atau paku besar adalah benda yang menancap ke dalam. Artinya, kepala pasak yang tampak di luar selalu jauh lebih pendek dibanding panjangnya batang yang terhujam. Ketika agama-agama primitive selama selama ribuan tahun hanya takjub pada ketinggian gunung, Al-Qur’an mementahkan kekaguman sesat mereka itu. Ternyata bukan tingginya, tetapi kedalaman akar gunung yang menghujam sampai 15 kali lipat dari tinggi di atas permukaan bumi, itulah yang lebih dahsyat. Al-Qur’an menegaskan bahwa fungsi gunung adalah pasak bumi yang memancang ke bawah tanah dengan kokoh. Itu adalah sebuah konsep tentang gunung yang sangat mutakhir dan baru dikenal.
"Dan telah Kami jadikan di Bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di Bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk," Surah Al-Anbiya Ayat 31.
Demikian juga dalam ayat lainnya, Allah berfirman,
"Bukankah Kami telah menjadikan Bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak?," Surah An-Naba’ Ayat 6-7.
"Dan Dia menancapkan gunung-gunung di Bumi supaya Bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk," Surah An-Nahl Ayat 15.

Menurut Tradisi Syamanisme

Apa itu Syamanisme?  Syamanisme menurut KBBI. syamanisme [sya·ma·nis·me]. Kata Nomina (kata benda). Arti: ajaran yang berdasarkan keyakinan bahwa roh yang ada di sekeliling manusia dapat menyusup dalam tubuh seorang dukun dalam suatu upacara.

Menurut cerita rakyat syaman cerita rakyat saat ini di seluruh wilayah, "...gunung-gunung adalah pasak raksasa yang membuat Bumi tetap di tempatnya dan mencegahnya bergeser." (Kerrigan, et al., 1998: p27) gunung-Gunung seperti Amnye Machen, menurut cerita rakyat bahwa gunung-gunung itu dibawa dari negeri-negeri lain

Menurut Sains (Ilmu Pengetahuan)

Dengan struktur seperti di awal artikel ini, maka kerak Bumi memiliki kemungkinan besar untuk bergerak yang dapat menimbulkan getaran atau bergoncang. Secara ilmiah, untuk mengurangi atau menghambat adanya pergerakan tersebut, maka terjadilah fenomena pelipatan kerak Bumi.

Ilmu pengetahuan modern kemudian menemukan bahwa jalur pegunungan yang terbentuk dari fenomena lipatan tersebut berperan penting untuk menjaga stabilitas kerak Bumi dari goncangan.

Penjelasan ini sesuai dengan gambaran yang disampaikan Profesor Emeritus Frank Press dari Washington, Amerika Serikat (AS), salah seorang Geolog yang mengkaji tentang gunung sebagai sebagai pasak bumi. Ia sebagai salah satu penulis buku "The mountains, like pegs, have deep roots embedded in the ground."dan menggambarkan dalam tulisannya bahwa gunung berbentuk seperti pasak. Press mengungkapkan apabila gunung dibelah berbentuk irisan maka akan terlihat akar atau alur bersama lava yang mengikat kuat di dasar tanah.

Mengapa gunung diistilahkan sebagai pasak? Menurut Prof Press, sebenarnya, kerak bumi mengapung di atas cairan. Lapisan terluar bumi membentang 5 km dari permukaan. Kedalaman lapisan gunung menghujam sejauh yang 35 km. Dengan demikian, pegunungan adalah semacam pasak yang didorong ke dalam bumi.

"Jadi gunung inilah yang berfungsi sebagai pasak untuk menstabilkan kerak bumi," ungkap  Prof Press.

Hal senada juga diungkapkan Profesor Siaveda,  ahli geologi dari Jepang. Menurut Siaveda, ketika lempengan bumi saling bertumbukkan, makalempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya. Sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Inilah yang mengikat kuat di dasar permukaan bumi.

Memang, sejak tahun 1620-an, para ilmuan seperti Francis Bacon dan RPF Placet dari Perancis mengamati kemungkinan bahwa dahulu benua Amerika, Eropa, dan Afrika pernah menyatu. Pada 1858, Antonio Snider mengemukakan tentang konsep Continental Drift, mengambangnya benua-benua. Kemudian menurut ahli geologi Austria, Eduard Sues, semua benua dulunya memang menjadi satu, diberi nama Godwanaland. Sedangkan ilmuan Jerman Alfred Wegener menamakannya Pangea. Namun teori-teori itu belum mendapatkan pengesahan, sampai tahun 1960-an saat ditemukannya bukti-bukti meyakinkan bahwa benua-benua memang bergerak. Kecepatan pergerakan itu 1 cm per tahun di khatulistiwa, sampai 9 cm per tahun di jalur pegunungan. Dan itu adalah 1400 setelah Al-Qur’an memberitahukan tentang konsep gunung kepada manusia! Allaahu Akbar!

Teori lempeng tektonik menyebutkan bahwa kulit bumi berupa 12 lempeng lithosfer setebal 5 sampai 100 km mengepung di atas substratum plastis (astenosfer), yang tebalnya sampai 3000 km. lempengan itu bergerak secara horizontal dan saling bertabrakan dari waktu ke waktu dan terlipat ke atas dan ke bawah, melahirkan gunung-gunung. Misalnya, tabrakan lempeng India dan lempeng Eurasia menghasilkan formasi rantai pegunungan Himalaya dengan puncak tertingginya gunung Everest setinggi 8,848 km, terbentuk mulai 45 juta tahun yang lalu. Fase akhir terbentuknya gunung ditandai dengan akar yang jauh menancap ke dalam bumi. Hal ini menyebabkan melambatnya pergerakan lempeng lithosfer. Itulah fungsi gunung. Tanpa gunung, gerakan lithosfer akan lebih cepat dan tabrakan antar lempang akan lebih drastis dan mungkin membahayakan kehidupan.

Kebudayaan

Sepanjang sejarahnya, manusia selalu terpana oleh tinggi dan besarnya gunung. Manusia menganggap gunung adalah tempat suci, tempat memberikan petunjuk dari Tuhannya. Orang Jepang Mensakralkan gunung Fuji. Orang Yunani menganggap dewa-dewi bersemayam di gunung Olympus. Pegunungan Himalaya merupakan tempat sakral bagi orang India dan Tibet. Gunung Merapi bernilai sakral bagi orang Jawa. Gunung Sala dianggap sakral bagi orang Sunda dan  Gunung Agung tempat sakral bagi orang Bali. Semua mengaitkan gunung pada fungsi mistik supranatural. Ternyata, masalah gunung tak lepas dari keyakinan-keyakinan dan adanya kekuatan supranatural.

Gunung di Indonesia

Gunung sebagai pasakm lalu bagaimana Jika Pasak Meletus? Dalam catatan sejarah duniam letusan gunung Toba, Tambora, Krakatau dan lainnya mampu mengubah iklim dunia. Jadi jiksa pasaknya terganggung, seluruh bumi kena imbasnya.

Referensi


  1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Syamanisme. kbbi.web.id Diakses 10/04/2018
  2. Kerrigan, Michael, Bishop, Clifford & Chambers, James (1998) The Diamond Path: Tibetan and Mongolian Myth Amsterdam: Time-Life Books ISBN 0-7054-3563-6
  3. Ramadhani Dkk,  2016."Al Quran Vs Sains Modern Menurut Dr. Zakir Naik" Sketsa (bukit) ISBN: 9789797020385
Baca Juga

Sponsor