Cari

Mengupas Ciri-ciri Satrio Piningit Ramalan Jayabaya

[Historiana] - Setelah mengupas ciri-ciri Ratu Adil di tatar Pasundan, yaitu Budak Angon, kini kita membahas Ciri-ciri Satrio Piningit Ramalan Jayabaya. Romantisme kerinduan kita akan datangnya sang ratu adil, pemimpin yang membawa kemakmuran dan keadilan.

Sebagian besar para penulis di dunia maya sering menyamakan Satrio Piningit, Imam Mahdi dan Budak Angon sebagai Ratu Adil Nusantara. benarkah demikian? Menurut hemat penulis, ketiganya adalah sosok yang berbeda. Keberanian kita menyamakan tiga tokoh tersebut karena kita berada dalam kebingungan akibat globalisasi informasi. Berita tentang adanya sosok raja atau Ratu atau Kaisar yang berwibawa dan akan membawa umatnya ke masa keemasan atau kejayaan terdapat di beberapa budaya. Di negeri Tibet, terdapat sosok legenda yang ditungu-tunggu sebagai raja yang akan membawa kemakmuran dan keadilan yaitu Rudra Cakrin. Akankah kita juga menyamakan sosok Rudra cakrin sama dengan Satrio Piningit, sama dengan Imam Mahdi, sama dengan Budak Angon? Lalu ada lagi Sang penyelamat Isa Almasih. Nah lebih bingung kah.......

Sebenarnya, bisa saja sosok mereka itu tidaklah satu melainkan sosok yang berbeda-beda meskipun kehadiran mungkin dalam masa bersamaan atau masa yang berbeda pula. Kita bisa analogikan dengan kisah epik kepahlawanan bangsa. Sang pahlawan hadir bagi suatu bangsa yang bisa saja menjadi penjahat bagi bangsa lainnya. Pun demikian di Nusantara. Kita mengenal Pangeran Diponegoro sebagai Pahlawan Jawa yang dinasionalisasi menjadi Pahlawan Nasional. Bagaimana dengan Arung Palakka, gelar kepahlawanannya menjadi kontroversi. Arung Palakka (Kadang disebut Aru Palaka) adalah Pahlawan Bone yang harus kita akui sebagai Pahlawan Nasional. Mengapa kontroversi? Sepak terjang Arung Palakka yang meluluhlantakan Goa Talo dan menyerang Minangkabau, Jawa dan daerah lain dianggap sebagai agresor bukan seorang hero. Namun, sebenarnya Arung Palaka berjuang demi bangsanya yaitu Orang Bone. Kita harus memandangnya dalam masa atau jangka waktu yang sama yaitu masa di saat Indonesia belum lahir. Jadi kita kebingungan saat memandang kisah ini dalam masa sekarang di zaman negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kembali ke kisah Satrio Piningit. Kisah ini muncul zaman Jayabaya, dalam masa Nusantara dulu dimana Indonesia belum lahir. Jadi sosok Satrio Piningit bisa jadi Pahlawan bagi Orang Jawa.

Banyak yang meramalkan datangnya Satrio Piningit. Jadi meramalkan sebuah ramalan. Bingung kan? Tanda-tanda kemunculan Satrio Piningit tidak ada yang mengetahuinya secara pasti. Menurut ramalan Jayabaya, yang tertulis di buku Jangka Jayabaya, Satrio Piningit memiliki ciri-ciri tertentu.

Ciri-ciri Satrio Piningit menurut Jayabaya

Ciri itu disebutkan ada dewa tampil berbadan manusia, berparas seperti Batara Kresna, berwatak seperti Baladewa, dan bersenjata trisula wedha (bait 159).  Satrio Piningit berwujud seperti manusia biasa, tetapi sejatinya ia adalah dewa. Untuk mengetahui sejatinya seseorang tidaklah mudah, kecuali sesamanya, atau lebih tinggi derajatnya.

"Berparas seperti Bathara Kresna, berwatak seperti Baladewa. Paras Satrio seperti Bathara Kresna (tampan berwibawa) dan berwatak tegas seperti Baladewa," ujar budayawan Jawa, Aziz Hidayatullah, Jumat 12 Juni 2015.

Bersenjata trisula wedha. Untuk kalimat yang satu ini dimaknai secara tersirat, karena Satrio yang dipingit tidak membawa trisula ke mana-mana. Dalam pemaknaan trisula wedha, secara garis besar bisa dimaknai tiga menjadi satu, seperti ilmu, amal dan iman, bumi, langit, dan isinya: kiri, kanan, tengah: bener, jejeg, dan jujur, atau apa pun yang secara filsafat mengandung makna tiga menjadi satu. Hal ini, sesuai dengan derajat dewa, sehingga berkelakuan mulia.

Sakti mandraguna tanpa aji-aji (bait 162). Analisis Satrio Piningit sakti mandraguna tanpa azimat apapun, apalagi batu atau  keris, sesuai dengan derajatnya sebagai dewa.

Pandai meramal seperti dewa, dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut, dan canggah seseorang, seolah-olah ia lahir di waktu yang sama. Tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati, bijak, cermat, sakti, mengerti sebelum sesuatu terjadi, mengetahui leluhur seseorang, memahami putaran roda zaman Jawa. Mengerti garis hidup setiap umat, dan tidak khawatir tertelan zaman (bait 167).

Seperti disebutkan sebelumnya, ia adalah dewa, sehingga sudah pasti bisa meramal, atau membaca. Karena mampu membaca isi hati, atau pikiran seseorang, Satrio Piningit tidak akan tertipu. Tetapi, mungkin dalam hal menjaga piningitnya, ia pura-pura tertipu.

Bijak, cermat, dan sakti. Sesuai dengan derajatnya yang dewa tersebut, kalimat ini juga bisa sebagai acuan untuk mengetahui wujud lahiriahnya Satrio Piningit dari sisi perbintangan. Sang Satrio memahami filsafat sebab akibat. Secara sederhana, hukum sebab akibat itu digambarkan sebagai, "jika kita berbuat baik, akan mendapatkan kebaikan, begitu pula sebaliknya".

"Sesuai dengan namanya "piningit", ia tidak akan sibuk memperkenalkan diri sebagai Satrio Piningit," kata Aziz.

Sebab itu, carilah satria itu yatim piatu, tak bersanak saudara, sudah lulus weda Jawa, hanya berpedoman trisula, ujung trisulanya sangat tajam membawa maut, atau utang nyawa, yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain, yang kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan (bait 168).

Secara lahiriah, pastilah Satrio memiliki sebab, sehingga ada akibat (memiliki saudara dan orangtua). Berarti, kalimat ini diartikan secara tersirat sesuai dengan derajatnya para dewa, dan mengarahkan pada kelakuannya yang tidak membeda-bedakan mana kakak, adik, atau bukan. Dengan kata lain, Satrio Piningit tidak akan KKN dan selalu berbuat adil.

Ujung trisulanya tajam membawa maut, atau utang nyawa, yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain, yang kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan. Trisula ini merupakan kelakuan, atau perbuatan dari Satrio itu sendiri.

Senang menggoda dan minta secara nista (bait 169). Senang menggoda bisa diartikan genit, atau suka bercanda. Sedangkan kalimat minta secara nista adalah bagian dari candaan ataupun godaannya. Diterangkan jelas bayang-bayang menjadi terang benderang (bait 170). Dengan kemampuannya, segala sesuatu yang bayang-bayang, atau tidak jelas, atau tersamar, atau tersembunyi akan menjadi terang.

Sesuai dengan zaman sekarang ini, banyak sejarah dihapus, atau diselewengkan, atau dibelokkan, sehingga kita kehilangan jati diri. Sepertinya, hanya Satrio Piningit yang mampu meluruskan sejarah kita.

Hanya satu ini yang dapat memberi petunjuk tentang arti dan makna ramalan saya (bait 171). Berarti, dengan mudah Satrio Piningit dapat memberi petunjuk arti dan makna dari ramalan Jayabaya tersebut.


Impilkasi Satrio Piningit, Budak Angon dan Imam Mahdi sebagai Sosok yang Berbeda


Kembali ke pembuka tulisan di atas, bisa saja sosok mereka itu tidaklah satu melainkan sosok yang berbeda-beda meskipun kehadiran mungkin dalam masa bersamaan atau masa yang berbeda pula.

Bagi kita ambil cara berpikir sederhana saja. Jika Budak Angon ada di tatar Sunda, berarti Urang Sunda akan bahagia karena ia memimpin dengan penuh keadilan. Jika Imam Mahdi hadir sebagai sosok berbeda, berarti Urang Sunda akan diselamatkan 2 kali karena Urang Sunda juga menganut agama Islam yang dijanjikan akan diselamatkan oleh Imam Mahdi. Jika Isa Al-Masih hadir sebagai penyelamat Manusia, maka Urang Sunda pun akan diselamatkan 3 kali karena sebagai bagian umat manusia. Pun demikian bagi Orang Jawa (Etnis Jawa), akan diselamatkan juga oleh Al Mahdi dan Isa Al Masih.

Bagaimana dengan Legenda atau mitos yang berkembang di daerah lain di Indonesia? Jika tidak ada mitos penyelamat dari budayanya sendiri, berarti akan diselamatkan Al Mahdi jika ia Islam dan diselamatkan Isa Almasih sebagai bagian umat manusia.

Meskipun suku-suku pedalaman di Nusantara bahkan di Dunia yang belum mengenal agama, kita yakin Tuhan maha adil. Sang Ratu adil bisa ditunjuk oleh Tuhan kepada siapa saja.

Cag

Sumber:


  1. Viva.co
  2. Berbagai Sumber
Baca Juga

Sponsor