Dengan alat ini.. hmmmm entah apa namanya nanti. Sebuah alat dokumentasi alami atas masa lalu yang tampil seperti layaknya video. Sebuah teknologi masa depan yang dapat mengungkap kejadian masa lalu. Kita bisa mengingat sebuah alat "Anubis Bracelet" dalam film the Mummy. Fungsinya memproyeksikan kejadikan masa lalu.
Kita bisa mengamati teknologi rekam jejak DNA dari makhluk hidup yang mencatat alur "nasab" seseorang dengan orang lainnya. Jejak Carbon dengan pengukuran peluruhan Carbon-14 (C-14) telah lama digunakan para ilmuwan dalam mengungkap sejarah masa lalu. Namun demikian, hasil rekam jejak masa lalu itu berupa data abstrak yang memerlukan interpretasi dari ilmuwan untuk merangkai puzle masa lalu. Selanjutnya ilmuwan mempublikasikannya kepada masyarakat. Oleh karena informasi yang disampaikan itu berdasarkan interpretasi data yang ada, maka cenderung "terbuka dari serangan" interpreasi pihak lain.
Coba Anda bayangkan, ada sebuah alat yang dapat menampilkan data rekaman bagaikan sebuah film dengan layar lebar. Kejadian masa lalu hadir di depan mata siapapun yang menyaksikannya tanpa harus interpretasi ilmuwan. Wow banget kan?
Sederhananya begini... Dahulu manusia mendokumentasikan kejadian dengan menorehkannya pada sebuah batu yang dipahat menjadi prasasti. Bisa juga di atas Teracota (Tanah liat yang dibakar), Lontar, Nipah, Gebang dan lainnya. Kejadian yang dianggap luar biasa di masa lalu itu kita dapati dari tulisan atau goresan gambar sederhana dengan sebuah intrepretasi. Perkembangan selanjutnya, tulisan ditulis dalam papirus atau paper atau kertas. Adanya kertas membuat seni lukis semakin berkembang. Saksi sejarah dapat menampilkan suasana sejarah dalam lukisan.
Zaman berubah, ketika kejadian sejarah didokumentasikan dalam film Celluloid, dicuci lalu di-afdruk, itulah Fotografi. Catatan kejadian dari saksi mata dapat kita lihat sekarang ini melalui foto-foto.
Zaman berganti lagi. Saksi sejarah dapat "menangkap" momen penting dalam gambar bergerak berupa film video. Dimulai dari "film bisu" hingga film canggih dengan kualitas gambar High Definition dan suara Dolby Stereo.
Media penyimpanan video berupa pita celulloid atau klise. Lalu berkembang menjadi pita magnetik seperti kaset tape recorder masa lalu yaitu Video Casette Beta, BetaMax, VHS dan lain-lain. Pengoperasiannya memerlukan ruang yang cukup luas. Media pemutar (player) video tersebut terbilang berukuran besar.
Media penyimpanan berkembang lagi dalam bentuk sebuah cakram berputar, yakni CD dan DVD, pun demikian Hard Disk.
Sekarang ini, kita dapat menyimpan berbagai film dalam media sangat kecil yaitu Flash Disk. Ukurannya super-mini namun daya tampung maksi. Cukup Plug n Play, kita dapat menyaksikan sebuah gambar bergerak berupa film dengan kualitas tinggi.
Content yang ada tentu dapat direkayasa. Namun demikian keahlian para ilmuwan pun mengikuti untuk mengetahui content yang berupa hasil rekayasa dan mana yang asli. Siaran Langsung (live streaming) cenderung asli dan sulit direkayasa, kecuali setting atau blocking.
Berbagai media terus ditemukan manusia dan berfungsi dalam kehidupan ini. Globalisasi informasi telah dapat diadikan referensi dalam membandingkan sebuah informasi. Dari media internet ini, kita sekarang mengetahui bahwa berbagai catatat kuno dalam prasasti dan naskah lontar dapat dikonfrontir dengan sumber lain. Akhirnya kita mengetahui beberapa diantaranya adalah rekayasa atau hoax sejarah.
Kembali ke pembuka artikel ini. Bahwa media yang selama ini tak terbayangkan oleh kita, dapat dijadikan sumber informasi yang dapat "diputar ulang" ibarat sebuat kaset video. Partikel udara, tanah, air bahkan batu dapat dijadikan media penyimpanan sejarah manusia masa lalu. Penayangannya dapat disaksikan langsung oleh semua orang tanpa rekayasa. Alat itu bernama "Chronovisor".
Chronovisor merupakan nama untuk sebuah mesin yang diduga dapat yang memperlihatkan kejadian masa lalu untuk menganalisa momen-momen penting dalam sejarah. Potensi yang ada adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada masa sekarang dengan bukti-bukti yang akan sangat mengejutkan.
Pada bulan Mei 1972, mingguan berbahasa Italia bernama La Domenica del Corriere mempublikasikan sebuah berita spektakuler berjudul Father Pellegrino Ernetti yang merupakan seorang imam Benediktin, ahli fisika kuantum, dan spesialis elektronik osilator yang telah membuat sebuah alat bernama Chronovisor yang mampu menangkap gambar dan suara dari peristiwa masa lalu.
Ernetti mengatakan bahwa teknologi tersebut diciptakan dengan bantuan dari 12 ilmuwan terkenal dunia lainnya (termasuk Enrico, Fermi, dan Wemher von Braun), dan klaimnya dengan cepat menyebarkan suatu kontroversi di seluruh dunia. Lebih jauh dalam perdebatan ini, Imam Ernetti memberikan bukti yang tidak terbantahkan mengenai eksistensi dari alatnya yakni sebuah foto yang diambil pada saat Yesus Kristus sedang menanggung derita di atas salib. Sosok Kristus akhirnya ditemukan menyerupai sebuah pahatan di Shrine of Merciful Love di Collevalenza
Menurut sebuah penjelasan oleh Ernetti, energi yang berpendar dan suara dari objek yang terpancar direkam pada lingkungan mereka, di mana hal ini adalah fungsi dari Chronovisor yang mampu merekonstruksi ulang energi dari gambar dan bunyi dari sebuah peristiwa spesifik dari masa lalu.
Sebagai tambahan dari foto yang ia sajikan, Ernetti mengumumkan telah merekam beberapa peristiwa dalam Alkitab, seperti hancurnya Sodom dan Gomora dan batu Sepuluh Perintah Allah yang asli.
Terlepas dari kritik terhadap Chronovisor yang dianggap sebagai sebuah penipuan, Ernetti tetap mempertahankan kamera spesialnya serta membantah bahwa Vatikan menghalanginya untuk berbicara lebih lanjut tentang penemuannya.
Rasa ketertarikan terhadap alat ini berlanjut sampai hari ini. Dua tim peneliti saat ini sedang menginvestigasi kemungkinan untuk mencipta ulang sebuah Chronovisor dengan berdasar pada prinsip yang dijelaskan oleh Ernetti. Bila Ernetti mencoba untuk menangkap gambar dari masa lalu, sebuah group ilmuwan Soviet dikatakan telah dengan berani melakukan hal-hal yang lebih membahayakan secara fisik melangkah masuk ke dunia lain yang sejajar (paralel).
Anda bisa bayangkan, jika kejadian pembunuhan di suatu tempat terekam oleh dinding, partikel udara atau air. Lalu diputar kembali dalam tampilan video. Wow....!
Dengan alat itu, Kita bisa menyaksikan apa yang terjadi terhadap Prabu Brawijaya V di Majapahit, Prabu SIliwangi saat diserang pasukan Banten.
Coba kita datangi Yerusalem awal tahun Masehi ketika Isa Al-Masih menyampaikan khotbahnya. Mendatangi Mekkah dan putar kembali ketika Raja Abrahah menyerang Ka'bah. Pergi ke negeri Ur di Irak, menyaksikan Nabi Ibrahim saat dibakar Raja Namruz.
Saat itu, sejarah tak dapat lagi direkayasa....