Cari

Makam Raja-raja Tarumanagara | Jejak Kerajaan Tarumanagara


[Historiana] - Kerajaan awal sebagai titik sejarah di Nusantara, yakni Tarumanagara masih samar. Bukti-bukti arkeologi masih sedikit, sehingga uraian yang lebih runut masih terus memerlukan perbaikan.

Raja-raja Tarumanagara, menganut agama Hindu Waisnawa atau penyembah Dewa Wisnu. Istilah makam yang digunakan penulis adalah lokasi diprabukan atau didharmakan. Biasanya para raja didharmakan di sebuah candi. Hingga hari ini, masih sedikit Candi yang dijumpai di wilayah Jawa Barat dan Banten. Sementara, keberadaan candi-candi disebutkan dalam Naskah Lontar Sanghyang Siksa Kandang Karesian.

Mengutip dari naskah Wangsakerta: Negara Krethabhumi Sargah I yang ditulis Pangeran Wangsakerta Cirebon, kita telusuri lokasi makam-makam para raja Tarumanagara. IStilah yang digunakan dalam Kitab Negara Krethabhumi adalah "Lumah ing" artinya "dikebumikan di". Istilah yang sama juga muncul dalam naskah Lontar Sunda Kuno lainnya. Namun demikian, ada sebagian sejarawan menyimpulkan bahwa para Raja Tarumanagara diprabukan dan abu jenazahnya dilarung ke sungai yang dianggap suci. Penjelasan dana Kitab Negara Kretabhumi Sargah I itu hanya menyebutkan Candi di tepi sungat Candrabaga ketika menjelaskan wafatnya Raja Pertama Tarumanagara, yakni Jayasinghawarman yang disebut "Sang Lumahing Candi Candrabaga".

Berikut ini nama-nama Raja Tarumanagara berikut Lokasi persemayaman jenazahnya:

Jayasinghawarman 358-382 M

Raja Jayasinghawarman atau Sang Jayasinghawarman Ghurudharmapurusa disebut juga Sang Rajaresi. Jayasinghawarman menjadi rajadhirajaghuru, di Kerajaan Tarumanagara, lamanya menjadi raja yaitu 60 tahun.. Ia disebut oleh anak cucunya Sang Lumah ing Gomati (yang dikebumikan di [sungai] Gomati). Lokasi sungai Gomati disebut-sebut di Bekasi Jawa Barat sekarang.

Naskah wangsakerta menuliskan bahwa "ayahnya Dharmayawarman", yaitu Jayasinghawarman dicandikan di tepi sungai Gomati


Dharmayawarman 382-395 M

Dhar,ayawarman adalah anak dari Jayasinghawarman atau Rājarsi Dharmayawarmanghuru. Ia raja ke-2 Tarumanagara. Selain memegang kekuasaan keprabuan Tarumanagara, ia juga menjadi kepala seluruh dang ācarymulaāgama di sana. Namun demikian penduduk yang ada di desa-desa bumi Kerajaan Taruma banyak yang menganut pemujaan nenek moyang, yaitu pemujaan untuk memanggil (arwah) nenek moyang.

Dharmayawarman memiliki putra diantaranya yaitu:
  1. Purnawarman (10 – 23 Caka).
  2. Harinawarmandewi, bersuami pedagang kaya dari daerah Bharata
  3. Candrawarman. Men­jadi duta kerajaan Taruma di Kerajaan Cina
  4. Sang Aswawarman beristerikan puteri penghulu Bakulapura, Sang Kundungga
Sang Prabu wafat tahun 319 Caka (431 Masehi), di Candrabhaga dalam usia 55 tahun Saka. disebut Sang Lumah ri Candrabhaga, candinya di tepi sungai Candrabhaga. Dharmayawarman disebut Sang Lumah ing Candrabhaga (yang bersemayam di Candi?) di tepi sungai Candrabhaga. Persemayaman terakhir Dharmayawarman disebutkan di tepi kali, bukan disebutkan " di kali Candrabaga"-nya. Kemungkinan di-candi-kan?

Naskah Wangsakerta menuliskan bahwa Daharmayawarman menjadi Raja Tarumanagara hanya tiga belas tahun, yaitu mulai dari tahun 304 tarikh Saka (= 382 Masehi), sampai dengan tahun 317 tarikh Saka (= 395 Masehi).  Beliau disebut juga Sang Lumah ri Candrabhāgā, oleh karena candinya ada di tepi Sungai Candrabhaga.

Pewaris tahta Tarumanagara adalah putranya, yaitu Purnawarman.


Purnawarman 395-434 M

Purnawarman  lahir  Ahad Manis/Wage, 8k-5-294 C, (23-6-407 M). Raja ke-3 ini menjadi raja di Tarumanagara. Naik tahta pada tiga belas, Sukla Paksa, Cetra masa, tiga ratus tujuh belas di tahun Saka (317 S/24 Maret (?) 395 M). Gelar Purnawarman adalah Sri Maharaja Purnawarman Iswaradigwijaya Bhimaparakrama Surya Maha Purusa Jagatpati Purandara Sakti Pura Wiryaajaya Lingga Triwikrama Bhuwanatala.Sri Purnawarman Bhimanarakrama Narendradhipa. Semasa berkuasa Ia dijuluki “wyaghra ning Tarumanagaraa” atau Harimau Tarumanagara.

Permasurinya adalah Sri Prameswari Indukirana, putri Raja Agrabinta, keturunan Raja Salakanagaraputri dari raja bawahannya. Memiliki 2 orang anak yaitu: Wisnuwarman dan Dewi Tarumawati. Istri Purnawarman yang ke-2adalah Dewi Jwalita, putri dari Bakulapura. Dari istri ke-2 berputra Sang Karabhawarman, beristri putri pembesar kerajaan Pulau Sumatra

Sang Purnawarman sesudah dilantik menjadi raja menggantikan ayahandanya lantas ibukota Tarumanagara dialihkan ke sebelah utara (Sundapura).

Ia juga membuat dan menyusun Nitipustaka Rājya Tarumanagara, Nitipustaka ning Aksohini, Nitipustaka Yuddhawarnana, Nitipustaka Desāntara i Bhumi Jawa Kulwan, Pustaka Warmanwamsatilakā kemudian Pustaka Ghosanājñārājya dan banyak lagi lainnya.

Sang Purnawarman wafat Senin Kaliwon/Pon, 15s, Posyamasa 356 Caka, (12-6-467 M), dalam usia 62 tahun.dan didharmakan di tepi sungan Chandrabaga. Ia disebut Sang Lumah di Candrabhaga.

Pada masa Purnawarman ini dibuatkan prasasti atau tugu-tugu peringatan bagi persemayaman para pendahulunya. Mengutip Naskah Wangsakerta: Nagara Kertabhumi Sarga I bahwa Sang Purnawarman kemudian membuat peringatan pada tugu batu, dan dibangunlah persemayaman Rāja-rsi atau Yang Bersemayam di Candrabhagā menurut wujudnya (untuk Dharmayawarman, pen). Demikian pula di tepi Sungai Ghomati, sebagai tugu peringatan bagi Sang Mahāpurusa Rājādhirājaghuru, atau yang bersemayam di tepi sungai tersebut (untuk Jayasinghawarman, pen).

Wisnuwarman 434-455 M

Wisnuwarman naik Tahta pada tanggal 14 paruh terang, bulan Posya, tiga ratus lima puluh enam di tahun Saka (356 S/434 M). Ia bergelar Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati Sang Purandarasutah. Permaisuri bernama Suklawarmandewi, adik raja Bakulapura, wafat dalam usia muda tanpa anak. Kemudian yang menjadi Permaisuri selanjutnya adalah Suklawatidewi, putri Wiryabanyu, (Indraprahasta 3 - Cirebon). Darinya berputrakan: Indrawarman dan Widalawarman.

Raja Diraja Ghuru disebut Sang Lumah di Candi di tepi sungai Ghomati.


Indrawarman 455-515 M

Indrawarman, lahir 360 Caka.. Sang Indrawarman adalah salah seorang putra Wisnuwarman dari permaisurinya seorang putri kerajaan Indraprahasta (cirebon sekarang). Indrawarman menjadi Maharaja Tarumanagara lamanya 60 tahun. Ia bergelar  Sri Maharaja Indrawarman Sang Paramarta Saktimaha Prabawa Lingga Triwikrama Buwanatala.


Sang Indrawarman beranak pinak beberapa orang, tiga orang diantaranya yakni:
  1. Sang Candrawarman, yang kelak menggantikan ayahandanya menjadi Maharaja Tarumanagara. 
  2. Dewi Komalasari, bersuami mentri kerajaan Kandari.
  3. Sang Santawarman, menjadi Brahmana Resi.
Indrawaman wafat tahun 515 Masehi dalam usia 77 tahun. Lokasi persemayamannya tidak disebutkan dalam Naskah Wangsa Kerta.

Candrawarman 515-535 M

Sang Candrawarman mangkat, pada tanggal 9 paruh gelap, bulan Phalguna, empat ratus lima puluh tujuh, di tahun Saka (457 S/535 M). Ia bergelar Sri Maharaja Candrawarman Hariwangsapurusasakti Mahasuralaghawa Paramartha.Maharaja Candrawarman Sang Hariwangsa Purusa Sakti Suralaga Wagengparamarta.dan memerintah selama 20 tahun.

Candrawarman memiliki anak:
  1. Suryawarman, putra mahkota.
  2. Mahisawarman, – petinggi Tarumanagara.
  3. Matsyawarman, – Panglima Angkatan Laut.
  4. Dewi Bayusaribhumi, diperistri oleh putra mahkota kerajaan Pali di Sumatra.
  5. Dewi Bayurasa, diperistri oleh Prabhu Samahawan dari Medang Jawa Tengah.
Candrawarman mengirim utusan ke Cina pada tahun 528 M. Saat itu negeri Cina di bawah kekuasaan Dinasti Sui. Demikian dicatat Fa Hsien dalam Fa-Kao-Chi.

Candrawarman wafat tahun 535 Masehi. Lokasi persemayamannya tidak disebutkan.


Suryawarman 535-561 M

Sang Suryawarman menjadi Maharaja Tarumanagara yakni, pada tempat ratus lima puluh tujuh di tahun Saka (457 S/535 M). Ia menggantikan ayahnya, Candrawarman. Ia bergelar Sri Maharaja Suryawarman Sang Mahapurusa Bhimaparakrama Hariwangsadigwijaya Buwantala. Beberapa hari kemudian (masih tahun 535 M), Sang Suryawarman mengutus duta-duta Tarumanagara ke beberapa negara sahabat diantaranya ke negeri Cina, Campa, Syangka, Jawana, Bhakulapura, Bhanggala, Bharata, dan beberapa negara lainnya.  Saat itu Kekaisaran Cina dibawah kekuasaan Dinasti Sui.

Suryawarman memiliki anak:
  1. Kretawarman, putra mahkota.
  2. Sudawarman, beristri putri raja Palawa
  3. Thirtakancana, diperistri oleh Maharesi Manikmaya, raja Kendan.
Suryawarman memerintah selama 26 tahun antara tahun-tahun 535 - 561 M.  Pata tahun 561, Suryawarman wafat. Lokasi persemayaman raja ini tidak disebutkan dalam Naskah Wangsakerta.

Kertawarman 561-628 M

Pada tahun 561 Masehi, Kertawarman (Kretawarman) naik tahta di Kerajaan Tarumanagara. Ia bergelar Sri Maharaja  Kretawarman Mahapurusa Hariwangsa Digwijaya Salaka Bumandala.

Di kala Sang Kertawarman mengutus duta ke negeri Cina, pada empat ratus delapan puluh tujuh di tahun Saka (487 S/565 M) sempat diserang Bajak laut di negeri China, hingga terjadi pertempuran laut. Datang juga Kapal Perang Kekaisaran China membantu memerangi bajak laut.

Selain mengirim utusan ke negeri China, ia juga mengirim utusan ke negeri lainnya yaitu negara Bharata, Syangka, Yawana, Campa, Kamboja, negara Ghandi, Mahasi, Hujung Mendini, Sophala, Singha dan negara-negara yang ada di seluruh Dhwipantara.

Dari Permaisuri, Kertawarman tidak memiliki anak. Namun dari seorang wanita kelas Sudra, ia memiliki anak. Kejadiannya ialah ketika Prabu sedang berburu, ia bertemu dengan gadis cantik anak pencari kayu bakar di tepi sungai Candrabhaga. Ayah si gadis bernama Ki Parangdami dan  ibunya bernama pwahaci Sembada, tergolong dalam kasta Sudra. Gadis desa itu pwahaci Satyawati namanya. Dia mengangkat anak yang diberi nama Bajragiri. Bajragiri selalu dihina oleh saudara Raja dan tak dianggap ada tali persaudaraan serta dijauhi.

Adik Kertawarman (juga adik Sudhawarman), bernama Dewi Tirthakancana, bersuami Maharesiguru Manikmaya, dari Kendan. Ia dan Sudhawarman dan anaknya, Dewimurti sangat benci kepada Brajagiri. Ini disebabkan karena posisi politik mereka mungkin akan digugat oleh Brajagiri.

Kertawarman memerintah selama 67 tahun antara tahun-tahun 561 - 628. Tidak terdapat banyak maklumat tentang Kertawarman. Namanya hanya tercantum dalam Naskhah Wangsakerta. Ia wafat/mangkat pada tahun 628. Ia tidak memiliki putra, oleh karena itu tahta kerajaan diwarisi oleh  Sudhawarman.

Lokasi persemayaman atau diprabukannya Sang Kertawarman tidak disebutkan dalam Naskah Wangsa Kerta.

Sudhawarman 628-639 M

Sudhawarman menggantikan Kertawarman, kakaknya. Sementara Dewi Tirthakancana, bersuami Maharsiguru Manikmaya, raja Kendan ke 1. Permaisuri Sudhawarman adalah Déwi Sri Maya, putri Mahendrawarman, raja wangsa Palawa di negri Barata, India. Darinya ia memiliki anak bernama Dewimurti, lahir dan dibesarkan di India, bersuami raja Cupunagara ialah Sang Nagajaya.

Di kala usia muda sang Suddhawarman telah menetap di Khanchi, negeri Phalawa di bumi Bharata (India). Ia bergelar Brahmanaraja Sudhawarman Mahapurusa Sang Paramartha Rsi Hariwangsa Sri Maharaja Sudawarman Mahapurusa sang Paramarta resi Hariwangsa.

Istri ke-2 Sudhawarman yaitu Dewi Srimaya, dari pedukuhan Kendan. Darinya memiliki anak brernama Dewi Mayangwangi, bersuami Resi Mandra, dari Jawa Timur, tinggal di Kendan

Sudhawarman menjadi penguasa Tarumanagara ke-9, yang berkuasa dari tahun 628-639 M. Pada masanya di wilayah timur mulai berkembang kerajaan Galuh, yang didirikan oleh cicit Suryawarman, Wretikandayun.

Pada masa pemerintahan Sudhawarman sudah nampak kemunduran dari Tarumanagara, hal ini diperparah oleh penggantinya, Hariwangsawarman atau Dewamurti yang terkenal sebagai penguasa yang kejam, dan tanpa belas kasih. Sudawarman menggantikan kakaknya, karena putra Kertawarman yang bernama Bajragiri dianggap tidak berhak jadi raja, karena ibunya seorang dari golongan sudra dari warna keempat menurut Sanghyang Agama.

Anak Sudhawarman, yaitu Dewimurti (Dewi Mahasari), lahir dan dibesarkan di India, bersuami raja Cupunagara ialah Sang Nagajaya.

Tidak banyak maklmat Suddhawarman dan kisahnya dalam berbagai sumber. Lokasi persemayaman atau diprabukannya Sang Kertawarman tidak disebutkan dalam Naskah Wangsa Kerta.

Hariwangsawarman 639-640 M

Hariwangsawarman atau dewamurti naik tahta Tarumanagara ke-10, menggantikan Sudhawarman.  Ia diberi gelar Sri Maharaja Dewamurtyatma Hariwangsawarman Digwijaya Bimaparakarma.

Hariwangsawarman (Dewamurti) memiliki dua orang anak, antara lain :
1. Mayasari, Puterinya ini kemudian menikah dengan raja Cupunagara yang bernama Nagajaya.
2. Astuwarman, kelak menjadi Purohita (pendeta tertinggi istana).

Raja ini dianggap sebagai penguasa yang kasar dan tanpa belas kasih (kejam), Dewamurti sangat membenci Brajagiri (anak angkat uwaknya) yang dianggap dapat mengganggu kekuasaannya, dan ketidaksenangannya ini diperlihatkan secara terang-terangan. Dewamurti menunjukan sikap bukan seperti ksatria umumnya, beliau seringkali mencela dan memperolok Brajagiri di depan khalayak. Brajagiri selama ini menjabat sebagai senapati, diturunkan jabatannya menjadi penjaga gerbang keraton.

Seperti tradisi di India yang begitu ekstrem terhadap penggolongan kasta, maka Dewamurti memberikan jabatan perwira rendahan (hulu ning wira kanista) kepada Brajagiri dengan dalih bahwa seorang berkasta sudra tidak pantas memegang jabatan tinggi.


Sikap pelecehan Dewamurti terhadap Brajagiri, membuat mantan senapati itu sakit hati. Meskipun berusaha untuk sabar, tetapi Brajagiri akhirnya tidak dapat menahan diri lagi. Setelah menunggu waktu yang tepat, Brajagiri berhasil membunuh Dewamurti. Dewamurti (Hariwangsawarman) dibunuh oleh Brajagiri, anak angkat Kertawarman, raja tarmanagara ke-8, yang ia permalukan.

Pembunuhan ini murni atas balasan sakit hatinya, bukan usaha untuk mengkudeta kekuasaan. Karena itulah, perbuatannya dilakukan seorang diri tanpa melibatkan orang lain atau membentuk suatu komplotan. Setelah berhasil membunuh sang raja, Brajagiri melarikan diri di hutan.

Persembunyian Brajagiri diketahui menantu Dewamurti yang bernama Nagajaya (raja Kerajaan Cupunagara). Atas dasar membalas kematian dari mertuanya, akhinrnya Nagajaya betarung dengan Brajagiri. Pertarungan sengit, Brajagiri sendiri tewas dibunuh oleh Sang Nagajaya menantu Hariwangsawarman (Dewamurti).

Lokasi persemayaman atau diprabukannya Sang Hariwangsawarman tidak disebutkan dalam Naskah Wangsa Kerta.

Nagajayawarman 640-666 M

Sang Nagajaya adalah menantu Sang Sudhawarman karena menikahi putrinya yaitu Dhewi Mahasari, kemudian ia diangkat menjadi Maharaja Tarumanagara dengan gelar Sang Nagajayawarman.  Nagajayawarman adalah Raja Cupunagara (Subang sekarang).

Di kala lima ratus enam puluh dua di tahun Saka (562 S/640 M) mengutus dutanya ke negeri Cina dan beberapa buah negara yang telah bersahabat dengan Tarumanagara.

Linggawarman 666-669 M

Sang Linggawarman dinobatkan menjadi Maharaja Tarumanagara, pada tanggal 5 paruh gelap, bulan Caitra, lima ratus delapan puluh delapan, di tahun Saka (588 S/666 M). Ia diberi gelar Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirtabumi.

Pada tahun 666 Masehi, Disnasti Tang mencatat adanya utusan Duta Tarumanagara (Ta-lo-mo = Taruma). Rupanya utusan Tarumanagara itu di masa pemerintahan Linggawarman. Menurut Kitab Negara Kretabhumi Sarga I, bahwa Linggawarman mengirim utusan ke Cina sebelum ia wafat di tahun 588 Saka atau 666 Masehi (tidak seperti raja sebelumnya yang mengirim utusan ke Cina di awal pemerintahan saat mulai naik tahta).

Linggawarman memiliki permaisuri yang bernama Ganggasari (puteri Prabu Wisnumurti / raja Indraprahasta ke-11).

Dari pernikahannya ini, mereka dikaruniai dua orang puteri, mereka itu antara lain :
  1. Dewi Manasih, menikah dengan Tarusbawa (berasal dari Sunda Sembawa).
  2. Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Jayanasa (pendiri Kerajaan Sriwijaya).
Setelah Linggawarman wafat di tahun 669, tampuk pimpinan Tarumanagara diserahkan pa

Ia memerintah hanya 3 tahun dan wafat pada tahun 669 Masehi. Lokasi persemayamannya tidak diketahui.

Tarusbawa 669

Sang Tarusbawa berasal dari Kerajaan Sundasambawa, bawahan (vasal) kerajaan Tarumanagara. Ia adalah menantu Maharaja Linggawarman raja Kerajaan Tarumanagara. Ia menikahi putrinya Linggawarman, yaitu Dewi Minawati. Ia juga menjadi Raja Terakhir Tarumanagara, Ia naik tahta pada tahun 669 Masehi. Sang Tarusbawa, dengan nama gelar Sri Maharaja Tarusbawa Darmawaskita Manumanggalajaya Sundasembawa. Pelantikannya berlangsung tanggal 9 bagian terang bulan Jesta taun 591 Saka (18 Mei 669 Masehi).

Utusan (Duta) Tarumanagara sempat dikirim Tarusbawa ke Negeri China pada masa Dinasti Tang pada tahun 669 Masehi. Dinasti Tang mencatat utusan Talomo (Taruma) terakhir pada tahun 669 Masehi).

Sejak maklumat Tarusbawa. yang mengubah Tarumanagara menjadi Sunda pada tahun 594 S atau 672 M. Ia bersahabat dengan kerajaan Sriwijaya di bumi Swarnadwipa. Adiknya Manasih (istri Sang Tarusbawa), yaitu Sobakancana, menjadi istri Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang mendirikan Kerajaan Sriwijaya, yang sama-sama naik tahta tahun 669 Masehi.

Tarusbawa disebut sebagai Raja Pertama Kerajaan Sunda.

Kerajaan Tarumanagara Berakhir

Beberapa artikel pernah menyebutkan bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanagara akibat serangan Kerajaan Sriwijaya tahun 669 Masehi. Namun mengingat informasi di atas bahwa adik Maharaja Tarumanagara terakhir, Sang Tarusbawa adalah Kakak ipar Raja Sriwijaya di tahun 669 M. Rasanya tidak meungkin terjadi penyerangan pada tahun itu.

Bisa jadi, runtuhnya Tarumanagara akibat kesalahan politik Sang Tarusbawa yang memaklumatkan Kerajaan tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda. Akibat peristiwa ini, Kerajaan Galuh yang dipimpin Wretikandayun menyatakan "Mahadika" atau merdeka terlepas dari Sunda sebagai penerus Tarumanagara. Ikatan historis wilayah Galuh menjadi hilang akibat berubahnya nama Tarumanagara.

Sebab-sebab pasti keruntuhan kerajaan Tarumanagara tidak diketahui secara pasti.

Baca Juga

Sponsor