Ilustrasi |
[Historiana] - Raden Tegal adalah Sebuah carjta pantun. Sinopsis cerita mi pernah diumumkan oleh J .J. Meijer (1981) bersama sembilan buah cerita lainnya, yang semuanya merupakan cerita *pantun Baduy. Teks cerita mi ditemukan pula berupa naskah, bersama-sama dengan tiga buah carita pantun lainnya, yaitu Kidang Panandri, Kuda Wangi, dan Langga Sari. Naskah tersebut merupakan koleksi J.J. Meijer, yang sekarang menjadi koleksi Bagian Naskah Museum Nasional, Jakarta, dengan nomor katalogus SD 3.
Kartini dkk. (1980) memilih cerita ini sebagai salah satu sampel dalam penelitiannya mengenai struktur cerita pantun.
Cerita dimulai di negara Pasir Batang Karang Tengah yang diperintah Prabu Rangga Kancana keturunan raja Pajajaran. Permaisuri raja bernama Nyi Tanjung Pakuan.
Tersebutlah Permaisuri Nyi Tanjung Pakuan yang sedang duduk-duduk pada dahan waru doyong 'pohon waru yang condong'. Peritiwa itu mengagetkan sang raja, tetapi manakala diamati bukanlah permaisuri yang tampak, melainkan seorang perempuan yang amat buruk rupanya. Perempuan itu lalu dibunuh oleh Mama Lurah, kemudian dihanyutkan ke lubuk Sipatahunan. Mayat itu tersangkut pada sapan 'bubu' yang dipasang Ki Mananggong. Ki Mananggong segera datang melihat bubunya itu karena impian istrinya konon telah mengisyaratkan bahwa ia akan beroleh rezeki besar.
Permaisuri Nyi Tanjung Pakuan lalu menetap di rumah kakek dan nenek Mananggong, sedangkan namanya diganti menjadi Nyai Boma Sari atau Nyai Ciliboma Sari. Di situlab permaisuri melahirkan. Bayinya tidak henti-hentinya menangis sebelum diberi nama. Mama yang diberikan adalah Radèn Tegal, atau Radèn Tegal Sukma Jaya Tunggul Menur Tumpang Sari Radèn Jaksa Katalayah Nu Sèda Dina Waru Doyong.
Tersebutlah Raja Rangga Patala di negara Kuta Majangkar yang mempunyai adik seorang putri bernama Lenggang Wayang. Raja itu dikisahkan berangkat mencari seorang putri cantik karena Putri Lènggang Singguruh yang hendak dinikahinya meminta kepala seorang putri cantik untuk dijadikan babancik 'ambang'. Maka, dicurinyalah Nyai Boma Sari yang cantik jelita, yang pada waktu itu sedang memetik bunga di Tegal Alas Malati Tumpang, Bojong Mananggong.
Atas petunjuk Aki Mananggong, Radèn Tegal yang masih menyusu pergi mencari ibunya. Sesudah mendengar peristiwa yang telah dan akan terjadi atas diri ibunya, mengamuklah Radèn Tegal di negara Gunung Singguruh. Semua pembesar negeri ditaklukkan, dan Radèn Tegal kemudian dijadikan raja di negeri itu. Lama-kelamaan mereka pindah, mendirikan kerajaan baru di Bojong Mananggong. Dari sana mereka menghadap Prabu Rangga Kancana di negara Pasir Batang Karang Tengah. Tetapi kemudian Radèn Tegal ditetapkan ayahandanya sebagai raja di negara Pasir Batang Umbul Tengah, dengan dua orang patihnya yang bernama Pangeran Kuda Kancana dan Radèn Singguruh.
Sumber: Ensiklopedi Sastra Sunda. Kemendikbud RI - pdf. Diakses 26 Desember 2019.