Cari

Sasakala Rancamaya Garut | Kesusastraan Sunda

Ilustrasi: lektur.id

[Historiana] - Dongeng  sasakala mi terdapat dalarn sebuah bunga rampai cerita rakyat yang dikumpulkan oleh Muchtar (1981) dengan kawan-kawannya. Dongeng ini menceritakan asal mula nama Rancamaya, yaitu sebuah rawa (ranca) angker yang terdapat di daerah Tarogong Kabupaten Garut. Rancamaya ini beda dengan Situs Pajajaran di Bogor "situs Badigul Sanghyang Ranca(h)maya".

Peristiwa ini terjadi jauh di zaman lampau, ketika Cisurupan, Bayongbong, dan Tarogong (semuanya sekitar Garut sekarang) termasuk Kerajaan Timbanganten.

Tersebut di daerah Kersamènak dan Sukalila merajalela kaum perampok yang dikepalai oleh Ki Durganda. Seluruh penduduk tidak merasa aman karena mereka selalu terancam, baik hartanya maupun jiwanya. Salah seorang penduduk, bernama Ki Sumèrèn, mempunyai prakarsa untuk menumpas gerombolan perampok itu. Ia segera menghimpun penduduk dan mengajarinya ilmu bela din penca 'pencak silat'. Pada suatu malam, ia beroleh wangsit 'amanat gaib', agar dalam setahun sekali diadakan kurban dengan memasukkan kepala seorang penjahat ke dalam rawa.

Pada suatu pesta selamatan perkawinan, Ki Durganda tertangkap oleh Ki Pasrana murid andalan Ku Sumèrèn. Dalam perkelahian seorang lawan seorang, antara Ku Durganda dengan Ki Pasrana, kepala perampok itu terbunuh oleh goloknya sendiri. Mayatnya lalu dilemparkan ke dalam rawa itu. Setelah ratusan mayat penjahat dilemparkan ke dalam rawa itu, barulah seluruh daerah itu menjadi aman. Dan sejak itu, rawa itu disebut Rancamaya.

Makam Ki Sumèrèn atau Embah Sumèrèn terdapat di desa Sempur sekarang, daerah Tarogong, Garut.

Mengutip dari indonesiaheritage.org, Bapak Adang Permana, informan, memperoleh eerita "Sasakala Rancamaya" dari kakeknya ketika ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Adang Permana, informan, berpendapat bahwa cerita "Sasakala Rancamaya" benar - benar terjadi. Sebagai bukti adanya nama tempat yang disebut Rancamaya. Ke ranca (rawa) itulah dahulu penjahat-penjahat yang terbunuh dilemparkan sebagai seba. Selain itu, terdapat pula makam Embah Sumeren di Desa Sempur. Ki Sumeren itulah orang mula-mula mengajar silat  dan bela diri kepada para pemuda di daerah itu untuk membasmi penjahat-penjahat yang merampok dan menganiaya penduduk di kedua desa, yaitu Desa Kersamenak dan Desa Sukalilah.

Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita Cerita "Sasakala Rancamaya" dapat dikatakan mengandung nilai Sila Kemanusiaan yaitu saling mencintai sesama manusia dan tidak wewenang-wenang terhadap orang lain. Ki Sumeren bekerja keras untuk membersihkan daerahnya dari perbuatan sewenang - wenang penjahat - penjahat karena merasa kasihan kepada rakyat yang dianiaya dan dirampok oleh penjahat - penjahat itu. 

Sumber: 

  1. Ensiklopedi Sastra Sunda. Kemendikbud RI -pdf. Diakses 26 Desember 2019.
  2. "Cerita Rakyat Daerah Jawa Barat". indonesiaheritage.org Diakses 26 Desember 2019.
Baca Juga

Sponsor