Candi Bototumpang Kendal terlihat pada salah satu kotak penggalian |
[Historiana] - Sebuah situs candi yang berwujud susunan bata merah ditemukan di dusun Bototumpang Desa Karangsari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Beberapa tenaga gali sedang mengangkat tanah dari kotak galian itu.
Struktur bangunan bata merah terlihat masih rapi di kedalaman antara satu hingga dua meter.
Arkeolog Puslit Arkenas, Agustijanto Indradjaya saat sosialisasi yang digelar oleh Dinas Pendudikan dan Kabudayaan Kabupaten Kendal mengatakan penelitian di Bototumpang itu awal dari proyek penelitian lebih mendalam nantinya.
Dilihat dari teknik bangunan, terutama struktur penyusunan bata merah, tidak ada keraguan lagi bangunan di Kendal ini mirip dengan Candi Batujaya di Karawang, Jawa Barat. Situs di pesisir utara Jawa bagian barat ini ada jauh sebelum masa keemasan Mataram Kuna.
Namun, Agustianto belum bersedia menyimpulkan corak kebudayaan dari jejak-jejak yang ditemukan di Bototumpang ini. Apakah bangunan candi itu berciri Siwais (Hindhu) atau Budhist (Budha).
Jika melihat profilnya mirip Candi Batujaya, yang dibangun abad 7 Masehi,” lanjutnya. Jika memperkirakan luasnya bisa mencapai satu kampung.
Menariknya, menurut Agustianto, kompleks bangunan di lokasi ini diperkirakan cukup luas dan kompleks. Letaknya sebagian di permukiman, sebagian masih di persawahan.
JIka benar semasa dengan kompleks kuna di Karawang, temuan ini sangat menarik. Situs Bototumpang bisa mengisi “kekosongan” sejarah di pesisir utara Jateng sebelum muncul masa keemasan kebudayaan Hindhu/Budha di poros Dieng, Kedu hingga Prambanan.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal Wahyu Yusuf Ahmadi akan berupaya mendalami adanya penemuan situs tersebut dab akan dibesarkan menjadi obyek wisata jika penelitian sudah dilakukan. "Kami menunggu hasil penelitian dari ahli sejarah dan arkeolog dan jika sudah selesai dan memang berupa candi maka akan dijadikan obyekbl wisata, namun untuk menuju kesana masih cukup jauh," ujar Wahyu.
Uji Sampel ke New Zealand
Diakui Agusti, timnya belum bisa memastikan usia candi Dusun Bototumpang, apakah peninggalan abad 9 atau 10. Sebab bangunan candi itu berbeda dengan candi dan fragmen kepala bermahkota gambar tengkorak yang ditemukan di di Desa Jungsemi, Kecamatan Kangkung, yang diketahui warisan abad 9. Dulu, para arkeolog juga menemukan arca Hindu di lokasi tersebut.“Kita belum bisa katakan candi di Bototumpang ini dari abad ke berapa. Karena dari observasi ini belum ada tanda yang bisa diambil sebagai patokan. Tetapi kita akan ambil batu batanya untuk sampel. Lalu akan kita bawa ke New Zealand untuk diteliti. Kita baru dapat hasilnya 3 hingga 4 bulanan. Dengan hasil itu, kita nantinya juga bisa tahu kapan candi itu dibangun,” timpalnya.
Candi Balekambang Kabupaten Batang
Jejak peradaban tua di Kabupaten Batang seperti tak ada habisnya untuk dieksplorasi dan didiskusikan. Belakangan, kawasan Prasasti Balekembang di Desa Sidorejo, Kecamatan Gringsing, kembali menjadi perhatian, menyusul kegiatan ekskavasi yang dilakukan seorang arkeolog asal Prancis, Véronique Degroot , terhadap reruntuhan candi yang sebelumnya terkubur.Keberadaan candi tersebut diyakini kian memperkuat dugaan soal peran penting Kabupaten Batang masa silam dalam proses Indianisasi Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. Secara khusus terkait penyebaran ajaran Hindu-Budha.
Jauh sebelum reruntuhan yang diduga candi itu ditemukan, jejak peradaban Hindu itu telah terekam dalam Petirthaan Balekambang yang diperkirakan peninggalan peradaban Hindu abad 5-7 M. Lokasi Prasasti Balekambang sendiri berada di utara jalur pantura, sehingga lebih dekat ke pantai, akses masuknya pengaruh Hindu-Budha, baik sebagai agama, budaya, maupun institusi sosial-politik, seperti mulai dituliskan sebagian ahli.
Penemuan Arca Sri Wasudharra, yang sesuai periodisasi Indianisasi diperkirakan berkembang pada abad 5 sampai 7 M. Jejak itu juga dikaitkan dengan Wangsa Syailendra. Sebelah barat petirthaan juga terdapat kawasan yang diyakini menjadi pemukiman para raja dan pembesar.
Menurut Kepala Dispapora Batang, Wahyu Budi Santoso, “Balekambang ini kan lokasinya agak tinggi, tetapi ada air untuk pemandian. Dulu, petirthaan ini dikelilingi beberapa arca, sebagian sudah dievakuasi di Museum Ronggowarsito, sebagian diduga diambil orang. Tetapi para ahli meyakininya sebagai pemandian para raja.”
Wahyu menilai Prasasti Balekambang akan menjadi petunjuk penting tentang awal proses persebaran Hindu di Kabupaten Batang dan Jawa Tengah. Di tengah masih misterinya penentuan pintu masuk proses Indianisasi itu, sebagian ahli sudah mulai menyebut Kabupaten Batang sebagai kemungkinan paling mendekati teori-teori awal. Pendapat itu terutama karena kondisi geografisnya yang strategis plus kombinasi komplit antara pesisir, daratan, dan dataran tinggi.
Percandian Serupa di Karawang , Indramayu dan Cirebon
Susunan bata merah yang berbentuk Candi, yang ditemukan di Dukuh Bototumpang Desa Karangsari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Jawa Tengah, mirip Candi Batujaya pada abad ke 7 Masehi.Penggalian baru sampai kedalaman 2.2 meter. Dan itupun belum sampai kedasarnya. Peneliti akan terus melakukan penelitian tersebut. Diyakini bahwa situs candi itu merupakan candi peninggalan perdapan nenek moyang kita, yang mirip dengan candi Batujaya yang berada di Karawang Jawa Barat.
Candi Batujaya Karawang |
Baca juga: Candi Batujaya Salakanagara-Tarumanagara diantara Kerajaan kalingga, Sunda dan Sriwijaya
Penemuan Candi serupa juga pernah diberitakan di wilayah Cirebon. Penemuan struktur bangunan dengan bata merah juga ditemukan di Cirebon. Adanya temuan batu bata kuno yang diduga merupakan bagian dari struktur bangunan candi.
Di Indramayu juga ditemukan struktur bangunan berbahan bata merah. Batu bata kuno yang ditemukan seorang anggota Polsek Lelea, Brigadir Rusmanto diketahui memiliki sebuah penanda di permukaannya.
Pada permukaan batu bata kuno dengan ukuran panjang 35 centimeter, lebar 20 centimeter dan tebal 8-10 centimeter itu terdapat tanda seperti tapak kaki anjing.
Batu bata kuno itu ditemukan Brigadir Rusmanto di Blok Dingkel, Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu pada Jumat (25/10/2019) lalu.
Potret Batu Bata kuno yang menunjukkan goresan tapak anjing. Foto: tribunnews.com |
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu, Dedy S Musashi mengatakan, tanda tapak kaki hewan sebagai petunjuk batas dari suatu daerah.
Adapun yang ditemukan di Kabupaten Indramayu, yakni sebuah tanda menyerupai tapak kaki anjing.
Tanda ini sama persis dengan tanda yang terdapat pada batu bata kuno di Candi Bojongmenje Bandung.
"Ini menandakan sebagai tanda per tanda atau patok, kalau di sini mungkin tapak anjing ini," ujar dia.
Penemuan Situs Bata Merah Indramayu |
Zaman Kerajaan Sunda-Galuh dan Kalingga
Berdasarkan analisis radiometri karbon 14 di atas bahwa candi-candi Batujaya dibuat pada abad ke-2 Masehi hingga yang paling muda berasal dari abad ke-12. Seperti kita ketahui, setelah berakhirnya Tarumanagara, dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda yang didirikan Tarusbawa pada tahun 670 Masehi dan memindahkan Ibukota ke Pakuan Pajajaran (Bogor sekarrang). Sebelumnya, pada tahun 612 Masehi Kerajaan Tarumanagara bagian timur memisahkan diri dan memproklamasikan kerajaan Galuh oleh Sang Wretikandayun.Di dalam perkembangan selanjutnya, Rakyan Sanjaya yang kemudian mendirikan Kerajaan Medang (Mataram kuno di Jawa Tengah) adalah cucu dari Ratu Simo/Sima dari Kalingga (Jepara, Jateng sekarang).
Dapunta syailendra/Kertikeya Singha adalah Raja Kalingga (648 - 674 M) dan Dapunta Hyang/Sri Jayanasa adalah Raja Sriwijaya (669 - 692 M). Jadi, Dapunta Syailendra lebih dulu menjadi Raja, mungkin lebih tepatnya jika Dapunta Syailendra adalah saudara dari Dapunta Hyang. Dapunta Syailendra mewarisi tahta Kerajaan Kalingga dari ayahnya yaitu Raja Santanu/Kiratha Singha. yang pada saat itu pusat kerajaannya masih berada di daerah Tamwlan (Kediri - Jawa). dan Dapunta Hyang mendirikan Kerajaan baru di sumatera/swarnadwipa bernama Sriwijaya. oleh sebab itu didalam prasasti kedukan bukit pun tertulis bahwa Dapunta Hyang pendiri Sriwijaya berasal dari minanga Tamwlan.
Setelah Dapunta syailendra wafat, Istrinya( Ratu Shima) meneruskan tahta Kalingga dan memindah pusat pemerintahan ke daerah sekitar Jepara (674 - 695 M).
Candi Batu yang Terpendam di Situs Patapan, Serang Banten
Pada 20 Februari 2019 ditemukan fragmen relief figur di Situs Patapan di Kampung Patapan Pasir, Desa Nagara, Kecamatan Kibin, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Temuan itu menggambarkan simbol dewa.Situs Patapan merupakan tinggalan berupa bangunan yang sebagian besar masih terpendam dalam tanah. Situs ini diperkirakan ditemukan setelah kemerdekaan. Karena dalam buku inventaris kepurbakalaan yang disusun N.J. Krom tahun 1914, tidak ada situs bernama Patapan di wilayah Kabupaten Serang.
Hasil penelitian Balai Arkeologi Bandung (1996 dan 1997-1998) dan studi teknis Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang (2003), secara arsitektural dan teknologi, Situs Patapan diperkirakan sebuah bangunan candi. Bangunan Situs Patapan membentuk sebuah batur bujur sangkar yang berukuran 10×10 meter (Balai Arkeologi Bandung menyebut ukuran 15 x 15 meter). Batur ini terbuat dari susunan satu lapis batu pasir berwama putih di bagian luar, sedangkan di bagian dalamnya terdiri dari pengerasan tanah bercampur tatal-tatal batu pasir. Di tengah batur terdapat altar pemujaan.
Bangunan di Situs Patapan dapat dibandingkan dengan peninggalan masa Hindu abad ke-8 seperti Candi Sambisari di Kabupaten Sleman dan Candi Tengaran di Kabupaten Ungaran, Jawa Tengah. Dari perbandingan tersebut diperoleh gambaran bentuk bangunan Patapan.
Berdasarkan analogi bentuk bangunan maupun profil yoni pada altar, untuk sementara dapat dikatakan bahwa bangunan di Situs Patapan merupakan sebuah candi Hindu. Guru besar arkeologi Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar, memperkirakan candi batur di Situs Patapan dibangun pada abad ke-8–10 M.
Situs Patapan sebagai tinggalan masa Hindu diperkuat oleh catatan Tom Pires ketika mengunjungai Banten pada 1513. Dia menyebut daerah Cheguide (Cikande), yang tak jauh dari Situs Patapan, merupakan kota dagang pada masa Hindu di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran dan dikatakan juga bahwa barang dagangannya sama dengan Banten dan Pondang (Pontang). Secara geografis dan administratif, dulu Situs Patapan masuk wilayah Kecamatan Cikande. Namun, pemekaran wilayah tahun 2001 membuat lokasi situs berada di wilayah ujung selatan Kecamatan Kibin.
Referensi
- "Situs Bototumpang Ditemukan dan Bakal Dibesarkan". Editor : Danar Widiyanto, krjogja.com 05 November 2019. Diakses 12 Januari 2020.
- "Temuan Batu Bata di Bototumpang Diduga Bekas Tempat Pemujaan". Radar Pekalongan 11 April 2019. Diakses 12 Januari 2020.
- "Bata Merah Ditemukan di Bototumpang Mirip Candi Batujaya ". analisapublik.com November 2019. Diakses 12 Januari 2020.
- "UPDATE Temuan Batu Bata Kuno di Indramayu, Pakar Arkeolog Ungkap Fakta Candi di Indramayu". cirebon.tribunnews.com Penulis: Handhika Rahman Editor: Muhamad Nandri Prilatama. Diakses 12 Januari 2020.
- "ADA Bukti Sejarah Candi di Indramayu Berupa Batu Bata Kuno Tapak Kaki Anjing, Ternyata Ini Artinya". cirebon.tribunnews.com Penulis: Handhika Rahman Editor: Muhamad Nandri Prilatama. Diakses 12 Januari 2020.
- "Kabupaten Batang Diyakini jadi Pintu Masuk Indianisasi di Jawa Tengah - Jejak Peradaban Tua di Prasasti Balekambang, Kabupaten Batang". radar Batang. August 31, 2019 Diakses 12 Januari 2020.
- "Candi yang Terpendam di Situs Patapan". Paseban.id 15 Maret 2019 Diakses 12 Januari 2020.