Cari

Silsilah Raja-raja di Jawa Menurut Serat Kanda


[Historiana] - Serat kandha dibuat pada zaman Kartasura awal, diperkirakan sezaman dengan penulisan Serat Manikmaya dan Serat Ambiya. Serat Kandha menggabungkan unsur Hindu, Islam, dan Jawa. Terdapat kisah para nabi yang dikemas ala Jawa. Serat Kandha saat itu populer dikalangan masyarakat Jawa, bahkan pernah diajarkan sebagai bagian dari materi ajar di sekolah dasar dimasa lalu. Secara garis besar, cerita dalam naskah itu menunjukkan kemenangan Islam dalam perkembangan dari zaman Hindu-Budha.

Naskah berbentuk Prosa Kertas Eropa dengan cap Garden of Holland. Naskah ini terdiri dari beberapa jilid yang ditransliterasikan ke dalam bahasa Belanda dari naskah Serat Kandha yang berisi tentang silsilah raja-raja di Jawa. Naskah ini telah termikrofilm dengan kode MF 60/4 yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI. Untuk itu tidak dimikrofilm. Untuk Teks awal dan akhir lihat pada KBG-0540A.

Secara umum, Serat Kanda dapat diartikan sebagai kitab cerita. Sebuah karya sastra bahasa Jawa Baru yang ditulis secara anonim pada abad ke-18. Berdasarkan isinya, serat ini bersumber pada kitab babad tradisi pesisiran pada abad ke-16 dan 17. Serat Kanda berisikan sejarah dinasti Mataram yang bercampur mitos dan legenda; tidak disebutkan tahun kejadiannya. Serat ini juga mengisahkan penyebaran agama Islam oleh para wali di Jawa pada abad ke-16.

Sekitar tahun 1800, seorang pejabat tinggi peme­rintahan di Semarang meminta diterjemahkannya bu­ku ini ke dalam bahasa Belanda.


Serat Kanda edisi Brandes

Menurut kisah ini, setelah kerajaan Majapahit berdiri dan Raden Susuruh dinobatkan menjadi raja dari kerajaan yang baru itu dengan nama Brawijaya yang terjadi tahun 1221 Saka (tahun 1299 Masehi) dengan candra sangkala Sela-Mungal-Katon-Tunggal.

Baca juga: Maharaja Majapahit, Raden Wijaya Keturunan dari Kerajaan Sunda Pajajaran? 

Sri Baginda Raja Brawijaya mengangkat Wirun menjadi pepatih dengan nama julukan Adipati Wirun, Nambi menjadi Tumenggung, sedang Reksapura menjadi Wedana jero.

Raja Brawijaya mengambil isterinya yang masih tertinggal di Galuh dan membantu saudaranya, Arya Bangah, dalam peperangannya melawan Ciyung Wanara. Namun dalam peperangan itu Arya Bangah terkalahkan, hinga melarikan diri ke Lebaksiu. Negeri Galuh terbakar, Arya Bangah diusir sampai Tugu, dimana pasukan-pasukan Majapahit telah datang untuk memberikan bantuan kepadanya.

Arya Bangah mengirimkan pasukan Timur dengan penuh keberanian mereka. Namun mereka terdesak kembali dari sebelah barat menuju arah lebih ke timur. Didekat sungai yang oleh karena peristiwa itu diserbu Pemali, mereka berperang lagi. Tempat medan peperangan itu mendapat nama Brebes.

Ciyung Wanara mengundurkan diri ke negerinya. Arya Bangah pergi ke Majapahit, meninggalkan pasukan-pasukan yang berada dibawah pimpinan Reksapura. Raja Brawijaya mengangkatnya menjadi wedana (bupati) dengan tempat kedudukan di Tuban.

Kumara kawin dengan anak perempuan Arya Bangah Citrawati. Atas nasihat Arya Bangah sendiri, Dandang Wiring dan anak Wirun, Wahas atas nasihat anjuran Dandang Wiring, Kumara merebut tiga buah negeri jajahan Pajajaran. Setelah itu bergabung Reksapura, pergi sampai Sumedang. Dari tempat itu mereka pergi ke Galuh.

Dandang Wiring menundukkan Dermayu (Indramayu). Wahas menundukkan Banyumas, Magelang, Prabalingga (Purbalingga) dan Caracap (Cilacap). Negeri Sokapura berhasil pula dikalahkan.

Kumara berhasil merebut Bandung dan Sumedang. Ciyung Wanara menyerah. Ia memerdekakan Dipati Jayasudarga, mertua raja Brawijaya, dan mengirimkan utusan kepada Kumara. Sesuai dengan permintaannya, Ciyung Wanara diantarkan ke Majapahit.

Demikian kerajaan Pajajaran akhirnya telah jatuh pada tahun 1223 Saka (1301 Masehi) dengan candra sengkala Guna-Kalih-Tinggal-Kaji.

Ciyung Wanara selanjutnya diangkat menjadi Bupati Agung diseluruh kawasan Jawa Barat sampai ke sungai Pemali. Dalam karya keagungannya The History of  Java jilid II, Rafles juga menyajikan sebuah kisah dengan inti pokok yang sama namun dengan sejumlah perbedaan.

Dari segi telaah sejarah, inti pokok kisah itu sendiri memang tidak benar. Seperti telah dikemukakan Prof. Hosein Djajadiningrat dalam Sastrakantanya, kerajaan Majapahit berdiri mulai dari kwartal ketiga abad ke XIII sampai lebih kurang tahun 1518. Sedangkan kerajaan Pajajaran mulai dari tahun 1433/1434 sampai berakhir tahun 1579.

Dengan demikian, sungguh tidak mungkin jika dikatakan bahwa kerajaan Majapahit merupakan hasil pemisahan kerajaan Pajajaran.


Referensi

  1. kemdikbud.go.id 
  2. "Babad Kanda, Babad Kraton, and variation in modern Javanese literature" oleh Tony Day. academia.edu Diakses 12 April 2020.
Baca Juga

Sponsor