Cari

Babad Pakuan atau Babad Pajajaran - Terjemahan



[Historiana] - Sebelumnya telah dipaparkan gambaran singkat mengenai "Babad Pakuan atau Babad Pajajaran". Berikut adalah terjemahan yang dinukilkan darbi buku Karya  Saleh Danasasmita, Atja dan Nana Darmana. Sumber berupa buku versi online yang dipublikasikan di laman kemdikbud.go.id Anda dapat mengaksesnya sebagai sumber penulisan dan referensi karya ilmiah Anda.

Naskah ditulis mulai pada hari Minggu tanggal 21 Jumadil Awal, tahun Je Hijrah 1278, dan selesai pada hari Sabtu tanggal 22 Syaban tahun itu juga; bertepatan dengan tanggal 22 Februari tahun 1862 Masehi. Jadi naskah ini berasal dari abad ke-19 Masehi.

Pupuh XXXVIII
Kentring Manik mengadu kepada Surabima. Ia meminta agar kakaknya membalaskan sakit hati Guru Gantangan. Sang Murugul menjadi murka, hampir saja ia pergi sendirian hendak mengamuk di Pakuan. Akan tetapi Kentring Manik mengingatkannya, bahwa perbuatan itu ceroboh.

Dipanggilnya keempat putera Murugul yang bernama Sura-sobat, Surakandaka, Kanduruan dan Sedihjaya. Mereka diperintahkan menjaga pintu kuta, kalau-kalau ada suruhan dari Pakuan.

Pupuh XXXIX
Rajamantri bermaksud menghibur Kentring Manik. Lalu dimintanya para selir menyumbangkan seorang dayangnya untuk dikirimkan ke Sindang Barang. Ia sendiri mengirimkan dayangnya bernama Jamang Kararas dan Sepet Madu. Akan tetapi kiriman ini ditolak oleh Kentring Manik, bahkan kedua dayang itu dikerat hidung dan bibirnya, lalu disuruh kembali ke Pakuan.

Karena siang-malam Kentring Manik hanya bersedih, lupa makan-minum dan tidur, sehingga badannya menjadi rusak. Sang Murugul menghibur adiknya agar jangan terlalu bersedih. Lalu di-adakanlah keramaian di Sindang Barang siang dan malam.

Pupuh XL -XLI
Tersebutlah Guruputra Yang Bayu yang melihat keadaan Guru  Gantangan. Diciptakannya angin topan yang diperintahkan mematahkan dahan beringin tempat Perwakalih dengan kedua adiknya digantung. Dahan patah dan Perwakalih jatuh melayang perlahan ke bumi. Tali pengikatnya terlepas.

Karena rasa terima kasihnya kepada Guru Gantangan yang te lah menyelamatkan kerisnya, Perwakalih bersedia membawa Guru Gantangan dalam pelariannya. Guru Gantangan digotong oleh Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung. Pernah di perjalanan dikurbankan kepada badak putih dan harimau putih. Akan tetapi kedua binatang itu lari ketakutan.

Guruputra menjelmakan dirinya menjadi kera putih yang sangat besar. Ia menghadang perjalanan Perwakalih. Keempat orang itu  dibawanya ke kahiangan. Mereka ditempatkan di pinggir taman telaga. Lalu sang Guruputra menciptakan matahari kembar tujuh, sehingga sangat terasa panasnya oleh para bidadari.

Pupuh XLII
Para bidadari minta izin kepada Guruputra hendak mandi. Mereka diizinkan dan diperintah membawa  bunga lokatmala sebagai sumping. Mereka lalu mandi, dan tanpa sengaja kain dan baju  mereka ditumpukkan dekat Guru Gantangan. Bunga lo kat-mala ditaruh di atasnya. Guru Gantangan yang ingin tahu dan tertarik akan bunga yang sangat indah itu mencoba menggosok-gosoknya dengan t a-ngannya  yang buntung. Mendadak saja  telapak tangannya pulih kembali. Kemudian diusapkan kepada kakinya. Juga telapak kakinya pulih kembali.

Para bidadari yang kemudian mengetahui ada suara laki-laki mengintai, segera berlarian kepada Guruputra. Mereka diberi tahu, bahwa yang datang itu adalah Guru Gantangan, bakal suami mereka.

Pupuh XLIII
Guru Gantangan bertamu di tempat bidadari. Mereka memberi nama kepada Guru Gantangan setiap orang satu nama. Ketujuh bidadari itu memberikan nama Raden Jaka Puspalaya Nu Bagus Sena Pakuan Prabu Guru Gantangan.

Guruputra memberikan bulu badannya untuk kemudian dibungkus dengan saputangan dan menjadi bekal Guru Gantangan.

Pupuh XLIV
Guru Gantangan diantar pulang oleh para bidadari menuju taman telaga. Di sana Kentengmanik, kepala bidadari, memanggil jampana emas yang diperintahkan mengantar bakal suaminya pulang.

Mereka turun di muara Cikrenceng. Saputangan dibuka lalu dikibas-kibaskan tiga kali. Perwakalih bertepuk tangan. Mendadak saja daerah itu dipenuhi kera banyak sekali. Lalu diajaknya menyerbu ke Pakuan. Laskar sebrang tentara Bramanasakti habis ditumpas pasukan kera di luar kota.

Pupuh XLV -XLVI
Laskar kera disuruh pulang. Guru Gantangan masuk, lalu menuju alun-alun. Ia menantang Bramanasakti dan Lembujaya. Prabu Siliwangi menyuruh Baliklayaran, ibu Lembujaya dan adik Bramanasakti menonton perang di atas anju ngan. Bramanasakti dicegah oleh Baliklayaran, karena ia tak akan kuat menghadapi Guru Gantangan. Tetapi ia marah. Akibatnya badan Bramanasakti dan Lembujaya terkena  usapan bunga lokat-mala,  sehingga hancur menjadi air dan meresap ke dalam bumi. Baliklayaran pingsan, lalu meninggal. Mayatnya dibuang ke pinggir kota. Akan tetapi mayat itu hilang dan di tempat kehilangan mayat itu tumhuh oyong gadung.

Pupuh XLVII
Guru Gantangan meninggalkan Pakuan menuju ke Sindang Barang hendak menemui ibunya. Ia berhenti di alun-alun di bawah beringin. Mendengar keramaian yang demikian riuhnya ia salah duga. Disangkanya ibu dan uanya hanya bersenang-senang, dan sama sekali tidak ingat kepada anak yang hilang.

Ia tidak jadi masuk. Lalu menulis surat kepada ibunya  di atas daun beringin kering. Dengan kesaktiannya, daun itu melayang menuju ke pangkuan Kentring Manik. Guru Gantangan lalu meninggalkan Sindang Barang hendak mengembara.

Pupuh XLVIII
Kentring Manik dan Murugul ribut membicarakan surat. lsinya merupakan perpisahan dan pesan kepada Murugul, agar kedua telapak tangan dan kaki Guru Gantangan yang dikubur di lawang saketeng Pakuan diambil.

Murugul memerintahkan puteranya membongkar dahulu candi putih di sebelah udik Pakuan. Mereka tak berhasil. Murugul pergi sendirian. Dicabutnya sendiri candi putih yang berupa tonggak batu itu. Lalu dibuatnya menjadi bajak. Dan dibajaknyalah alun-alun Pakuan untuk mencari tangan dan kaki Guru Gantangan.

Pupuh XLIX
Para pembesar Pakuan hanya sanggup memperhatikan kelaku-an Murugul berbuat demikian. Mereka berjaga-jaga, tetapi tak be-rani menegur, karena tahu akan kesaktiannya.

Guru Gantangan menumpang kapal, berlayar ke Nusa Cina. Ia mengaku sebagai kamasan (pandai emas) dan bernama Raden Kamasan.

Pupuh L
Raden Kamasan menjadi tamu. puteri Ratu Kembang di kuta Gadog. Ia berhasil memperbaiki subang milik puteri berkat tepung emas dalam cupu pemberian Nagaraja. Kemudian ia menolong puteri menyediakan padi, karena Nusa Cina sedang mengalami paceklik (kekurangan bahan makanan pokok) hebat. Ia menanam tujuh butir padi, lalu dengan menggunakan manteranya padi itu dapat segera tumbuh dan sekali gus dapat  dipanen dengan tidak habis-habisnya.

Pupuh LI -LII
Guru Gantangan diajak oleh Ratu Kembang mengun1ungi saudaranya di Pakuwon. Mereka adalah Ratu Cina, Munding Cina dan Rindu Wangsana serta tunangannya Gajah Kayapu.

Pupuh LIII
Di Pakuwon Guru Gantangan berhasil memperbaki sangku emas milik puteri Rindu Wangsana. Ketiga puteri, yaitu Ratu Kembang, Rindu Wangsana dan Payung Agung ingin mandi di sungai. Guru Gantangan menciptakan kepiting putih dan disuruhnya kepiting itu mencuri sangku. Usaha Ratu Cina, Munding Cina dan Gajah Kayapu mengambil sangku yang terapung di tengah lubuk tidak berhasil. Terpaksa diambil oleh Guru Gantangan.

Pupuh LIV
Guru Gantangan menerima penyerahan tiga orang puteri. Akan tetapi dengan berpura-pura hendak menjala ikan, ia bersama pengasuhnya kabur. Ia berjanji tidak akan berhubungan dengan wanita, sebelum beristerikan Ratna Inten.

Tersebutlah negara Nusa Bali dengan rajanya Gajah Gumeter.

Pupuh LV -LVI
Ia mempunyai saudara perempuan bernama Girang Wayang Haras Kembang Sakean Panatabumi. Juga seorang saudara sepupu bernama Kidang Andaru dengan adiknya bernama Mayang Karuna.

Kecantikan Girang Wayang menyebabkan banyak raja jatuh cinta atau sekaligus ingin memperisteri dirinya. Pada suatu saat mereka berkumpul di angkasa, berunding hendak menculiknya.

Tersebutlah Nusa Siem yang dirajai oleh Badak Cina. Adiknya bernama Kastorilarang. Mempunyai saudara sepupu bernama Munding Tandegan yang beradik  wanita bernama Kastoriwangi.

Badak Cina bermaksud bertapa di dekat matahari. Ia mengharapkan kedatangan seorang ksatria di Siem untuk menggantikan dirinya sebagai raja.

Pupuh LVII
Badak Cina dan Munding Tandegan bertapa di atas langit. Para penggawa mengintai  mengintai melihat Girang Wayang pergi ke sungai. Lalu Girang Wayang disambar. Terjadilah rebutan di angkasa. Girang Wayang pingsan.

Yang berebutan terbang makin lama makin tinggi dan tanpa sengaja mereka menerjang Badak Cina dan Munding Tandegan yang sedang bertapa. Kedua mereka marah; lalu direbutnya Girang Wayang. Kemudian dibawa pulang ke Siem. Girang Wayang mengerti, bahwa Badak Cina tidak bermaksud jahat, bahkan menyelamatkannya".Ia bersedia tinggal di Siem.

Pupuh LVIII
Raden Gambuh yang kabur dari Nusa Cina menumpang kapal menuju ke Nusa Bali. Ia menjadi pemain gambuh (topeng) dan mengadakan pertunjukan di keraton Gajah Gumeter.

Pupuh LIX
Raden Gambuh disuruh menghibur di pedaleman.  Mayang Karuna yang kehilangan Girang Wayang menderita sakit,  karena tidak mau makan dan tidak mau minum.  Raden Gambuh diberi janji oleh Kidang Andaru yang pemarah, bahwa pertunjukan tidak boleh melebihi waktu tabuh berbunyi.

Pupuh LX
Ternyata Mayang Karuna adalah kemenakan Kentring Manik. Jadi ia saudara sepupu Guru Gantangan. Karena asyiknya  mereka bercakap,  waktu tabuh berbunyi gamelan gambuh masih belum dibunyikan. Kidang Andaru marah. Raden Gambuh dan ke tiga pengasuhnya dibunuh. Mayatnya diikat disatukan lalu dibuang ke sungai. Mayang Karuna dimasukkan penjara.

Tersebutlah persiapan di Nusa Siem untuk menjaga kalau-kalau para penggawa menyusul Girang Wayang.

Pupuh LXI
Girang Wayang diungsikan ke kebun pisang. Waktu ia pergi ke kali ia melihat mayat terdampar. Dengan do'anya keempat mayat itu hidup kembali. Temyata mereka ialah Guru Gantangan dan pengasuhnya.

Pupuh LXII
Guru Gantangan bertemu dengan Kastorilarang dan Kastoriwangi Kedua puteri memberi tahu Barlak Cina dengan penuh keyakinan, bahwa ksatria itulah yang sedang dicarinya.

Pupuh LXIII
Para penggawa mempersiapkan diri hendak menyerbu Nusa Siem. Mereka menggunakan kapal dan membawa harta-benda sebagai alat peminang kepada Girang Wayang. Masing-masing membawa saudara perempuannya.

Pupuh LXIV
Badak Cina bersiap-siap menghadapi penyerbuan.  Karena merasa khawatir, Girang Wayang dan Raden Gambuh dijemput ke kebun pisang.   Mereka harus berada di keraton agar aman. Guru Gantangan berpura-pura jatuh dari kuda. Ia pingsan. Sukmanya pergi ke laut, lalu masuk dan hinggap dalam anak tekak Dewa Sagara ·yang sedang mencari mangsa di laut. Dewa Sagara dan kakaknya Buta Sagara berjanji akan tunduk dan membantu Guru Gantangan melawan para penggawa.

Pupuh LXV
Badak Cina menyerahkan tahta kepada Guru Gantangan. Mereka bersiap-siap menghadapi musuh. Dewa Sagara dan Buta Sagara menanti di pinggir peseban, tanpa ada yang melihat. Para penggawa tiba di pelabuhan Siem. Mereka membuat pesanggrahan dan menyusun barisan.

Pupuh LXVI -LXVII
Kuta Siem dikepung, akan tetapi laskar seberang banyak yang tewas.  Kemudian para penggawa menyerbu ke dalam kuta. Guru Gantangan menyuruh kedua dewa laut  menghadapi mereka.

Pupuh LXVIII
Para penggawa semua tewas oleh Dewa  Sagara dan Buta Sagara. Kemudian atas perintah Guru Gantangan mereka dihidupkan lagi. Semua takluk dan menghadap di paseban.

Pupuh LXIX
Setelah laskar sebrang dihidupkan kembali, para puteri yang mengiringi mereka digiring oleh kedua dewa laut  masuk ke dalam peseban. Mereka menghadap Guru Gantangan. Semua penggawa berjanji akan tunduk atas segala perintah.

Pupuh LXX
Badak Cina menyerahkan Girang Wayang, Kastorilarang dan Kastoriwangi kepada Guru Gantangan. Juga para penggawa menyerahkan adik-adik mereka sambil berjanji akan mengabdi. Guru Gantangan tinggal di Nusa Siem.

Para puteri berkumpul di pedaleman. Kastorilarang dan Kastoriwangi diminta oleh Girang Wayang menjadi kepala dari puteri-puteri selir Guru Gantangan.



XXXVIII
  • 913. Hai adikku kanda bertanya; terangkan baik-baik; dan lagi mengapa engkau; bicara sambil menangis; rambut kusut tak keruan; Kentringmanik menjawab.
  • 914. Wahai kanda alangkah sakitnya aku; tidak ingat rasa; aku lupa daratan; barangkali kanda belum
  • mendengar; aku mengejar; kepada sang prabu.
  • 915. Tak tahukah kanda tentang anak kita; telah dibunuh sekarang; dibunuh oleh sang raja; karena fitnah Bramanasakti; bahkan akan menyerbu; kepada Murugul.
  • 916. Setelah jelas mendengar; merahlah mukanya; serta gelap penglihatannya; dunia tidak terlihat; berteriak karena gemas; seperti banteng marah.
  • 917. Kalau begitu kanda akan keluar, akan berangkat hari ini; akan kugempur semua orang Pakuan; apa lagi yang melempar fitnah; akan kugilas dengan telapak tanganku; biar hancur bagai lempung.
  • 918. Kalau hendak pergi hari ini; kata Kentringmanik sabar; sambil menyembah kepada kakaknya;  aku akan mencegah dahulu; kakang bersabar sebentar; jangan cepat menyerbu.
  • 919. Akan bertindak sang Murugul sekarang; dicegah (agar tidak) sekarang; Kentringmanik tenang bicaranya; karena orang yang hendak melawan; kepada sang raja; tak bersiap-siap seperti itu.
  • 920. Gelagat kata orang jaman dulu; mustahil kata orang sekarang; Kentringmanik memohon dengan sangat; sang Murugul reda marahnya; terpikir olehnya; adiknya itu benar.
  • 921. Telah faham akan perkataan adiknya; sang Murugul sekarang; segera memanggil puteranya; yangberjumlah empat orang; pengiringku; yang bernama Iud.
  • 922. Iud engkau pergi segera; berangkat hari ini; undanglah semua anakku; Surasobat yang pertama; Surakendaga; dan Kanduruan.
  • 923. Juga yang keempat Sedihjaya; baiklah hamba mengerti; segera ia pun berangkat; datang kepada semua puteranya; para putera pergi; kepada ayahnya.
  • 924. Terlihat oleh ayahnya; dan ibunya lalu berkata; berkata sang Murugul; hai Surasobat dan Surakandaga; Kanduruan juga; dan Sedihjaya.
  • 925. Ayah mengundang kalian segera; keempat-empatnya sekarang; ayah mengabarkan kepada kalian; bahwa saudaramu Guru Gantangan mati; mati karena dibunuh; oleh ayahnya.
  • 926. Surasobat kaget lalu berkata; kepada ayahnya; bagaimana ayah adikku si buyung; Guru Gantangan mengapa dibunuh; oleh ayahnya; hamba ingin tahu.
  • 927. Dan apa kesalahannya;  Guru Gantangan itu; berkata Murugul kepada anaknya; entah ayah tidak tahu; apa permulaannya; tanyalah bibimu.
  • 928. Berkatalah Kentringmanik; anakku semua; bibi juga tidak tahu awalnya; yang memberi tahu kepada bibi; tidak tahu pangkalnya; juga ujungnya.
  • 929. Sekonyong-konyong ia telah berada di belakang bibi; lalu berbicara;  Kentringmanik tidak t ahukah engkau;  bahwa si G uru Gantangan telah mati; aku yang membunuhnya; bibi lihat ternyata sang prabu.
  • 930. Bibi katakan keterlaluan;  bila yang membunuh itu ayahnya; terdengar oleh sang rama; ia menjatuh kan keris; putuslah tenunku; tertimpa keris. 931. Sang raja menantang bibi; ayuh engkau ngamuk saja; jangan mengkhianati anak; anak mati masa t idak ikut mati; wanita durhaka; karena itulah aku marah.
  • 932. Pertama karena tenunan putus; yang keduanya; kabarnya si buyung mati; aku hunus keris itu; lalu aku kejar; larilah sang prabu.
  • 933. Jangan bertanya-tanya; ingin tahu benar; sebab aku ditanyai terus; lalu ada yang bertanya lagi; laut  tak bertepi; gunung tak berkaki.
  • 934. Kemudian sampai di dalam puri; sang raja masuk ke dalam; aku dikepung oleh para selir; aku tertangkap; datang Raja-mantri cemburu.
  • 935. Memegang rambutku dengan kuatnya; aku minta ampun; baru aku dilepaskan; aku merasa sangat malu; lalu aku pulang; pulang ke sini buyung.
  • 936. Karena kalian aku undang; kalian berempat; Surasobat berdua Surakandaga; jagalah di pintu; mungkin ada utusan dari negara; datang ke sini.
  • 937. Bila datang utusan negara; bawalah segera; Kanduruan berdua Sedihjaya; sembunyikanlah bibi kemari; tunda Kentringmanik; Rajamantri kecut.

XXXIX
  • 938. Rajamantri berkata; hai semua para isteri; para padmi dan selir; saya undang (jawabnya) ya baiklah.
  • 939. Saya memberi perintah; isi perintah saya ini; semua memberikan dayangnya; tiap orang satu pelayan.
  • 940. Untuk menghibur kesedihan  Kentringmanik; lumayan saja; sekedar penumbuk padi; baiklah jawab  semuanya.
  • 941. Rajamantri berkata ramah; hai Jamang Kararas; berdua Sepet Madu; terima kasih hamba di depan tuanku.
  • 942. Emban se karang aku mengutus engkau pergi; membawa orang; untuk mencumbu-cumbu;  agar Kentringmanik tidak terlalu lama sedihnya.
  • 943. Baiklah ia menyembah lalu berangkat; tak disebut di jalannya; disebut sudah datangnya; Lelah sampai semua di Sindangbarang.
  • 944. Kelihatan oleh yang menjaga pintu; peronda yang dua orang; yang bernama; Surasobat dan Surakandaka.
  • 945. Ditanya wanita dari mana; lalu mereka masuk; semua masuk ke dalam; diiringkan Kanduruan  dan Sedihjaya.
  • 946. Segera ditanya oleh Kentringmanik; digapai semua; semua mari ke sini; lalu menghadaplah Sepet Madu dan Jamang Kararas.
  • 947. Ya tuanku hamba diutus oleh ratu; perintahnya; yang diberikan kepada hamba; ialah menyerahkan orang-orang ini.
  • 948. Para wanita barangkali untuk penumbuk padi; untuk penanak nasi; atau untuk penyapu; mudah-mudahan katanya tuanku tidak terlalu lama mengandung duka.
  • 949. Kata Kentringmanik; memang lebih enak; kanda Raja-mantri bicara; mentang-mentang menjadi padmi merasa lebih pandai.
  • 950. Kemudian pisau Kentringmanik; segera diambil; pengiring coba ke sini; cepat sekali mulutnya lalu diiris.
  • 951. Hidung dan kupingnya telah dipotong; lalu dimarahi; disuruh pulang semua; sampaikan kepada Rajamantri hal ini.
  • 952. Lalu para dayang memohon diri dan segera keluar; lancar perjalanannya; hidung kedua utusan putus; telah datang lalu dayang masuk keraton.
  • 953. Hai engkau Jamang Kararas dan Sepet Madu; kata Raja-mantri; coba mendekat kemari; kata-kata para dayang tidak jelas kedengarannya.
  • 954. Mereka bicara bindeng karena hidungnya putus; memang keterlaluan; kelakuan Kentringmanik; tidak mau ia diajak berbaikan.
  • 955. Ya sudah harus dibiarkan saja; jangan dibujuk-bujuk; terserah maunya saja; tundalah para isteri di dalam puri.
  • 956. Tersebutlah Kentringmanik yang tinggalnya;  di Sindangbarang; amatlah sedih hatinya; sedih dan rindu siang-malam tidak tidur.
  • 957. Tidak pula makan hanya menangis meratapi puteranya; Guru Gantangan; lihatlah kepada ibu bawa mati ibu ini.
  • 958 . Dapat dibayangkan keadaan Kentringmanik; sudah sangat rusak; badan Kentringmanik; dari samping tampak hanya tinggal tulang.
  • 959. Kemudian sang puteri meminta air; sangatlah dukanya; puteri hendak cuci muka; lalu sang Murugul membawa air.
  • 960. Kemudian berkata sang Murugul; hati-hatilah; tentang badanmu Kentringmanik; engkau nanti sakit keras.
  • 961. Lebih baik lapangkan saja hatimu; mari kita adakan keramaian; barong ledekan dan ronggeng; golek ogel reog angklung riringkigan.
  • 962. Biar banyak bila malam mengundang pantun; atau tarawangsa; kecapi dan karinding; mengundang gemblung biola dan salawatan.
  • 963. Itu pun kalau sudah ada lebainya; ini hanya umpama; bila ada Jawanya; kita mengundang wayang tanjidor dan mamaca.
  • 964. Sang Murugul berkumpul siang dan malam; semua gamelan; gong degung renteng salendro; lebih baik pelog sakati dan mongga.
  • 965. Sang Murugul ini sangat gagah; menyenangkan hati; menghibur adiknya; yang diharapkan menjadi hilang sedihnya.
  • 966. Ia mengharap hilanglah sakit hatinya; terhibur hatinya; tidak selalu ingat kepada puteranya;
  • tundalah Kentringmanik yang disenangkan.

XL
  • 967. Kita sebut dahulu sang G uruputra; yang berada di surganya; di puncak langit tempatnya; sudut matahari yang tinggi; sedang melihat ke alam dunia; tertutup kabut; berkata dalam hati; apakah gara-garanya;  alam dunia san gat gelap kalau aku lihat; lalu diperhatikannya.
  • 968 . Di bawah tampak olehnya; Raden Guru Gantangan terlihat; bergelimpang di tanah; di bawah beringin kurung; di tempat pemotongan; Perwakalih dan Gelap Nyawang; dan Kidang Pananjung; diikat ketiganya disatukan; digantung dengan kukuhnya di puncak beringin; sangatlah sengsaranya.
  • 969. Berkatalah sang Guruputra Hyang Bayu;  anakku si Guru Gantangan; mengharukan sekali; melihat orang seperti itu; disakiti keempat orang itu; dianiaya sangat; oleh sang prabu; Prabu Siliwangi; sampai hati menyiksa puteranya; apa kesalahannya.
  • 970. Guruputra lalu mendatangkan angin; badai topan diembuskannya; ke arah pohon beringin; sebentar sampailah; gemuruh suaranya; menghembus pohon beringin; patalah dahannya; pengasuh yang tiga jatuh; tiba di tanah lepaslah tali pengikatnya; Perwakalih melompat.
  • 971. Meloncat-loncat berjungkir balik; ha aku sudah lepas; berkat pertolongan angin besar; sambil terus kentut; Kidang Pananjung berkata; hai kakang ulukutan; aku tidak sakit; gudabik hong jawabnya; kata Perwakalih sekarang engkau belum sakit; tulangmu  patah.
  • 972. Kata Gelap Nyawang; jangan ribut; nanti ketahuan Ki Ponggang; berembuk dengan kawannya; mari kita kabur saja; mungpung belum ada orang yang tahu; berkata Guru Gantangan; kakang. aku ikut; ikut kabur bersama kakang; tanpa menoleh Perwakalih menjawab; bangkai ikut bicara.
  • 973. Aku ini hendak kabur diam-diam; kalau sambil menggotong bangkai; jadi ribut nantinya; benar-benar kakang aku ikut; coba lihatlah kakang; ini kerismu; terimalah segera; Perwakalih segera menerimanya; lah ini kerisku ketemu lagi; si Cendo kerisku.
  • 974. Masih ada pengaruhnya; tidak berani ditinggal lari; memang inilah aku tuahnya; si tanurang itu; masih ada pintarnya; dasar orang rupawan; dan putera raja; hanya gagalnya; kutung tangan dan kakinya; la terserah Tuhan.
  • 975. Hai tanurang bagaimana mulanya; kerisku tuan miliki; menjawab Guru Gantangan; aku pinjam; kepada ua Ponggang; akan aku jadikan jimat; di sini kataku; takut akan iblis dan setan; berkatalah Perwakalih; si tanurang ini memang setia.
  • 976. Buyung harus ikut kabur; itu saja Nanjung dan Gelap Nyawang; buanglah ranting-rantingnya; cabang beringin ini gunduli; cepat bawa kemari; dengan dahannya; untuk menggotong; menggotong si raden; Kidang Pananjung dan Gelap Nyawang; menggotong si  tanurang.
  • 977. Perwakalih selesai mempersiapkan (gotongan); lalu pergi diam-diam; berangkat setelah orang-orang semua tidur; Perwakalih di belakang; menjadi mandor sambil membawa keris; mengiringkan gotongan; Perwakalih berkata; kawan berabe benar perjalanan ini; orang kabur sambil membawa bangkai orang; berikan saja kepada harimau.
  • 978. Kemudian datanglah harimau putih; sedang lewat dan berpapasan; pikulan dibantingkan saja; Perwakalih berkata; hai harimau aku memberi ini; untuk makananmu; sang harimau lari; lari sangat cepat; seperti kijang dan menyembur kotorannya; mengaum sambil meloncat.
  • 979. Perwakalih berkata;  ada apa kalau aku lihat; ia kabur sangat   cepat;  harimau macam apa itu; tidak berani memakan mangsa; ditelan dimakan; amat ketakutan dia rupanya; Nanjung Nyawang bawa lagi; gotongannya barang kali badak putih; nanti kita berikan.
  • 980. Barang kali badak putih mau memakannya; tidak lama kemudian datanglah badak putih; nah itu Nyawang badaknya; disodorkannya segera; gotongan itu kepada badak putih; Perwakalih berkata; nih badak putih; makanan sangat enak; lalu badak mendengar dan melirik; mendengus lalu kabur.
  • 981. La mengapa itu badak putih; meluncur kabur ke dalam hutan; sangat ketakutan; la mengapa ini; harimau dan badak sangat ketakutan; buyung diam saja; merasakan itu;  Nanjung dan Nyawang mengambilnya lagi; gotongannya lalu berjalan; tunda yang sedang berjalan.
  • 982. Tersebutlah Guruputra; berada di angkasa; di langit tepatnya: melihat ke bawah; terlihatlah sang putera; Raden Guru Gantangan; kecewa keadaannya; oleh ket iga pengasuhnya; suruh ditelan kepada harimau putih; suruh di telan oleh badak putih.
  • 983. Sang Guruputra Hyang Bayu; segera menggerakkan badannya; menjelmalah ia menjadi kera besar; sebesar anak kerbau; namanya sang Buyut Duging; hendak turun ke bumi; dari awang-awang; berkelebat tibalah di bawah; hendak mengadang perjalanan Perwakalih; tercegat jalannya.

XLI
  • 984. Buyut Duging lalu berkata ramah; hai sekarang Perwakalih; kesinikan si buyung; suruh dekat ke sini; Perwakalih lalu melihat.
  • 985. Perwakalih kaget ketika melihat; ada kera putih; sebesar anak kerbau; Nanjung Nyawang ada kera putih; barang kali dia ini.
  • 986. Barangkali ia mau memakannya; bangkai lalu dijatuhkan; kepada kera putih; berkatalah Buyut Duging; hai Perwakalih se karang.
  • 987. Ketahuilah aku ini olehmu; bahwa aku ini; Buyut Duging yang akan menolong; Guru Gantangan; mengharukan benar ia.
  • 988. Orang dianiaya ayahnya; Perwakalih berkata; apa katanya tadi; kata kera putih; kepada Nanjung dan Nyawang.
  • 989. Lepaskanlah tali-talinya; pikulan dibongkar; Guru Gantangan telah lepas; berkata sang Buyut Duging; kepada Perwakalih.
  • 990. Guru Gantangan segera dipangku; oleh Kidang Pananjung; Nyawang yang memegangi; Perwakalih di belakang; Perwakalih yang memangku.
  • 991. Perwakalih berada di belakang sang dewa; Buyut Duging berkata; mari aku gendong; orang berempat di pinggir; Perwakalih memegangi.
  • 992. Memegangi ekorku; Perwakalih menjawab; la enak benar diriku; tapi awas jangan buang kotoran; Guru Gantangan berkata.
  • 993. Kakang janganlah cerewet tak tahu adat; jangan main-main; kemudian Buyut Duging; menggendong orang berempat; mari terbang sekarang.
  • 994. Buyut Duging segera menghentak tanah; cepat mengarung angkasa; melewati awang-awang; sekelebat sudah datang; tiba di sawargaloka.
  • 995. Sudah sampai kata sang buyut; datang lalu diturunkan; di jamban larangan yang gemilang; pancurannya tembaga biru; siwurnya perak hijau.
  • 996. Penampungnya bejana emas mengkilap; alasnya gong Jawa; lalu berkata sang buyut; mari buyung cepat turun; turutlah di sini duduk.
  • 997. Di atas batu kemala duduknya; aku hendak pulang; ke tempat tinggalku; Guru Gantangan berkata; silahkanlah ayahku.
  • 998. Buyut Duging lalu terbang; tiba di angkasa; kembali ke kayangannya; menciptakan matahari; tujuh jumlahnya bersinar.
  • 999. Sangatlah panas pengaruhnya; ke tempat bidadari tersiebutlah bidadari; sedang berhias berbenah; di tempat tinggal mereka.
  • 1000. Sedang kumpul membuat kumparan kapas; ada yang sedang membuang biji kapas; ada yang membuat benang ada yang menenun; ada yang mencelup merah kuning; bungur jingga dan hijau.
  • 1001. Mereka kepanasan merasa sangat gerah; pemuka bidadari; lalu berkata; namanya Nyi Kentengma nik; Mayang Ringgit.
  • 1002. Masih ada lanjutan namanya; Sakean Sekar Saruni; hai semua adik-adik; panas nian menurut perasaanku;  sanga t gerah  hawa sekarang.
  • 1003. Apakah gara-garanya; ada baiknya dilihat; rupanya ada di atas; bagai mana matahari ini; ibu tak tahan panasnya.
  • 1004. Widadari geger gemuruh; namanya satu per satu; Dangdayang permulaannya; lanjutnya Layang Kirana; Gegermayang yang kedua.
  • 1005. Yang ketiga Manikrarang; yang keempat Mayang lenggang; yang kelima Mayanglarang; yang keenam Ganagini; lalu Salang Sagiti.
  • 1006. Itu yang ketujuh yang kedelapan Robaning Angin; kesembilan Wirumananggay; semua kakak-adik; sang adik juga berkata; berbincanglah para remaja.

XLII
  • 1007. Rasaku terlalu panas; kata Nyi Kentengmanik; seperti begini rasanya; ayuh mari adik-adik; berkabar kepada rama; kepada .Batara Guru; minta izin akan mandi di telaga; bidadari sama jawabnya; baiklah kakanda memberi tahu.
  • 1008. Kentengmanik menyembah; Hyang Guru kami permisi; akan mandi di telaga; tempat main bidadari; sang batara berkata; baiklah Kenteng kau mandi; tetapi kembang ini; lokatmala kau pakai sumping; olehmu lalu Kentengmanik menyembah.
  • 1009. Mengapakah wahai rama; hamba harus pakai sumping; lalu harus pakai bunga; jawab Yang Pramesti; ah tidak Kentengmanik; engkau pakai saja; lalu Kentengmanik; segera menerima bunga; segera diselipkan pada sanggulnya.
  • 1010. Sudah dipakai oleh Kentrengmanik; kembang sudah disubalkan; Batara Guru melihat; rajaputera yang diamati; bagus nian rupa anakku; bagus tak terkira-kira; sang Guru bersabda; kepada Nyi Kentrengmanik; berangkatlah Kentengmanik ke taman.
  • 1011. Bersama kawan-kawanmu; jangan ada yang tertinggal; bidadari menyembah; semua tiba di telaga; kainnya lalu ditumpuk; jatuh di pangkuan; haribaan Guru Gantangan; di pinggir taman tempatnya; lalu mandi dengan nikmatnya.
  • 1012. Kelakuan yang sedang mandi; ada yang menggosok kaki; ada yang menggosok tangan; tepuk air sambil silanglang; lalu Perwakalih; dan rajaputra mendengar; suara orang mandi; Perwakalih terkejut; juga keempat-empatnya tetapi tak kelihatan.
  • 1013. Bidadari tidak tahu; ada orang di pinggir kali; bidadari enak-enak;  berkata Kentengmanik; gosoklah aku adik-adik; lalu digosok diruru; sebab aku mendengar ka bar;  akan kawin aku ini; katanya orang rupawan dari alam dunia.
  • 1013a. Namanya Raden Guru Gantangan; adik-adiknya menjawab; tetapi harus bersama-sama; serempak  dengan kami; adinda semua ini;  Guru Gantangan mendengar; heran hatinya;  apa kata Kentengmanik;sampai berkata begitu.
  • 1014. Seperti yang sudah tahu; sampai berkata begitu; sebab ingin tahu ia; rupa bidadari; baru tahu di sini; lalu Guru Gantangan; melihat kain; kain para bidadari; ada  kembang terletak di atas kain.
  • 1015. Bung a yang indah warnanya; lalu diusap-usapkan; kepada tangannya; tumbuhlah telapak tangannya; telapak tangan kanan lebih dahulu; dilihat lengkap semua; juga jari-jarinya; raja-putra berkata; mengapa aku mengusapkan kembang.
  • 1016. Coba ini tangan kiri; diusapkan lagi; tumbuh telapak tagannya; sudah ada dua-duanya; jari-jarinya semua pulih; lalu di ucap kakinya; langsung kedua-duanya; kiri-kanan lalu tumbuh; sudah sembuh kedua telapak kaki.
  • 1017. Astaga karena bunga; ada khasiatnya; aku takkan malu lagi; bertemu dengan bidadari; bidadari mendengar; gumam suara laki-laki; di buat kumala; bidadari jadi takut; berlari hanya bertutupkan jari.
  • 1018. Menemui sang batara; meratap menjerit-jerit; ramanda tolonglah kami; semua bidadari; datang menemui; meminta tolong; karena ada suara; gumamnya seperti sedang mengintip; suara laki-laki tapi tidak kelihatan.
  • 1019. Sang Guruputra menyingkap; mantera penutup pandangan; sekali tampaklah sudah; Raden Guru Gantangan; dan Perwakalih; Gelap Nyawang serta Kidang Pananjung; bidadari berkata pantasan ada orang bagus; melebihi orang banyak.
  • 1020. Bidadari kembali; hendak mengambil kainnya; lalu semua berkata; minta maaf kepada tetamu; kami meminta kain; lalu kain digulung; alangkah malu kami; hanya bertutupkan jari; rajaputra lalu mengembalikan kain.
  • 1021. Silahkan ambil segera; walau pun bagi diriku; tidak menjadi maslahat; kain ini mengerikan; lalu Kentengmanik; meraup kain itu; dari pangkuan Guru Gantangan; menghadap lagi Kentengmanik; semuanya kepada sang Guruputra.
  • 1022. Sang Guruputra bersabda; ada apa Kentengmanik; ya sang batara; kami menghadap lagi; ada satria elok; cantik tiada taranya; bila dibiarkan wayang; persis Arjuna rupanya; bahkan lebih sedikit tidak mengapa.
  • 1023. Sang Guruputra bersabda; bila engkau tidak tahu; pria itu ialah; orang dari alam dunia; yang termashur orang baik; lebih baik dari semua orang; Raden Guru Gantangan; putera Prabu Siliwangi; di Pakuan serta penguasa dunia.
  • 1024. Jangan disepelekan; ayuh para bidadari; bawalah dia; ke tempat bidadari; di balai kencana;
  • hamparkan tikar bersulam emas gemilang; setelah diperintah; Kentengmanik mohon diri; semua bidadari kembali.
  • 1025. Berkata kepada rajaputra;  kakanda marilah  singgah; di  tempat  bidadari;  baiklah sahutnya; rajaputra berangkat; ketiga pengasuh turut di belakang; semua bidadari; berbondong-bondong jalannya; Perwakalih berguyon sepanjang jalan.
  • 1026. Bidadari berkata; mengapa kang Perwakalih; berguyon se panjang jalan;  begini hai bidadari; teringat kejadian tadi;  saya jadi menyesal; banyak bidadari mandi; saya hanya asik termenung; dihanyutkan lamunan hati.
  • 1027. Menyesal tidak dibawa; lalu cepat d ilarikan; Kentengmanik berkata; kemari kang Perwakalih; dekat-dekatlah ke sini; diulasi ludah mulutnya; menjelmalah Perwakalih menjadi kera putih; berkereh di hadapannya; bidadari tersenyum mengandung rindu.
XLIII
  • 1028. Kentengmanik meludahi lagi; mulut kera putih; jadilah kura-kura putih; beringsut-ingsut di depannya; Kentengmanik berkata; salahnya sendiri; tua-tua senang berguyon.
  • 1029. Lalu Kentengmanik; melontarkan kura-kura putih; ke taman penglokatan (pemulihan); kembali ke rupa semula; berkata Gelap Nyawang; dan Kidang Pananjung; ulukutan engkau ka tua.
  • 1030. Tidak tahu bidadari itu; banyak kawannya; kata Perwakalih gudabik hong; setelah demikian; semua meneruskan perjalanan; Kentengmanik di depan; diiringkan bidadari.
  • 1031. Raden rajaputera; berada di tengah; diiringkan ketiga pengasuhnya; kemudian mereka tiba; ke balai kencana; Kenteng-manik lalu berkata; silahkan duduk kakanda.
  • 1032. Di balai kencana; menjawab Guru Gantangan; baiklah; segerakan suguhannya; diusunglah makanan; bertumpuklah ma-kanan di hadapan mereka; suguhannya bunga-bungaan.
  • 1033. Tempatnya nampan emas; hai adik marilah makan; dimakanlah suguhannya; lalu diisap-isap; Perwakalih segera; mengambil bunga suguhan; diraup seisinya.
  • 1034. Dibuka kedua tangannya; kata Pananjung; lukutan engkau; mengambil  kembang; untuk dijadikan subal; menyubali kepalamu; gudabik hong jawabnya.
  • 1035. Kata Perwakalih; bagaimana memakannya; harus diisap melulu; para bidadari tertawa; mendengar perkataannya; Guru Gantangan; sangat gembira hatinya.
  • 1036. Hai perhatikan sekarang; dalam hal makan; dan dalam hal tidur;  jangan sulit-sulit pikir; ibarat gula jawa; terimalah dengan gembira; begitu sabda batara.
  • 1037. Kepada Guru Gantangan; perhatikanlah; rupa rasa dan keadaan; di tempat bidadari; setelah disiksa; oleh ayahnya; tak bertangan tak berkaki.
  • 1038. Tergeletak di bawah pohon beri ngin; walaupun begitu tidak mengeluh; setia dalam berbakti; hanyalah sang Guruputra; medekati sang putera; oleh karena itulah;  Guru Gantangan rama ini.
  • 1039. Hendak bertanya kepadamu; apa nanti rencanamu; akan memalas; ataukah tidak; perkara engkau disiksa; oleh ayahmu; rajaputra menjawab.
  • 1040. Lalu duduk dengan tazimnya;  muka menatap ke bawah; kedua tangan menyembah; wahai sang batara; ada pun puteramu ini; diri tidak berkuasa; gerak tindak dan kelakuan.
  • 1041. Bahkan nafas sekalipun; tak mendahului karsa; sepenuhnya akan tunduk; kepada titah sang Batara; Guruputra bersabda; ya baik begitu; seperti katamu tadi.
  • 1042. Cepatlah hai Kentengmanik; rajaputera diberi pesalin; pakaian yang indah-indah; Rahaden Guru Gantangan; diberi ganti kain; memakai celana halus; yang disebut pranak bapang.
  • 1043. Baju bersulam benang mas; peneguhnya cinde kembang; lipatan emas pinggirnya; Kentingmanik berkata; lalu bagaimana rama; sudah hamba lakukan; sudah berganti pakaian.
  • 1044. Guruputra bersabda; sesudah ganti pakaian; semua harus menambah namanya; satu kata tiap orang; kata pra bidadari; baiklah; menurut titah sang Batara.
  • 1045. Saya Kentengmanik; mempersembahkan nama; Raden Jaka yang pertama; saya Gegermayang; hendak menghattJrkan nama; Puspalaya namanya; saya Manikrarang.
  • 1046. Mempersembahkan Nu Bagus; saya Mayalenggang; menambahkan nama sena; saya Mayalarang; menambah nama Pakuan; Gunagini hanya menambah; nama Prabu saja.
  • 1047. Saya seorang lagi; dangdayang Terusnalarang; akan memberikan nama; Guru Gantangan saja; bersabda Guruputra; setelah mempersembahkan nama; setiap orang satu.
  • 1048. Ayuhlah Kentengmanik; engkau jadikan nama; disatukan saja; berkata Kentengmanik;  baiklah; yang diberikan paling dulu; Raden Jaka Puspalaya.
  • 1049. Dari dua bidadari; yang ketiga memberikan Nu Bagus; yang keempat Sena; yang kelima Pakuan; yang keenam Prabu; yang ketujuh Guru Gantangan; itulah seluruh namanya.
  • 1050. Kemudian sekarang; Yang Guruputra segera; mencabut bulu kumisnya; ini buyung kauterima; lalu bulu jenggotnya; dicabutnya dua; sepasang bulu badannya.
  • 1051. Telah diterimanya tiga pasang; oleh Raden Guru Gantangan; dibungkus dengan sapu tangannya; bekal pulang ke alam dunia; bila telah sampai di muara; yaitu m uara Cikrenceng; saputagan itu harus dikebutkan.
  • 1052. Perwakalih harus bertepuk tangan; juga Kidang Pananjung dan Gelap Nyawang; setelah dikebutkan akan menjadi kera; tentara Lebak Sapaha; kera sangat banyak; segera akan menjadi musuh; menyerang tentara seberang.
  • 1053. Yaitu tentara Bramanasakti;  berkata sang rajaputra; terima kasih sang Batara; hamba berlega hati; baiklah terima kasih; sang rajaputra memohon diri; selesai menerima titah.
  • 1054. Ramanda putera permisi; (hendak) memenuhi janji dan persetujuan; di pohon beringin; iya bai klah; jangan terlanjur; segeralah  pulang; demikian sabda Guruputra.
  • 1055. Sang Batara bersabda; Kentengmanik cepat pergi; juga semua bidadari; harus mengantarkan; Guru Gantangan; sampai di taman; bekas bunga itu.
  • 1056. Di batu kumala; di sana berikan kendaraan; pakailah bangsal kencana; tapi bunga lokatmala; suruh agar dibawanya; untuk menghabiskan nyawa; nyawa si Bramanasakti.
  • 1057. Menjawab Nyi Kentengmanik; dan semua bidadari; baiklah sekarang; akan hamba laksanakan; menuju ke taman; kemudian mereka datang; sambil bergandengan tangan.

XLIV
  • 1058. Dewi Kentengmanik tiba; dengan kawan-kawannya; mengantar Guru Gantangan; Perwakalih mengiringkan; Kidang Pananjung dan Gelap Nyawang; gudabik hong sudah datang.
  • 1059. Kentengmanik telah datang; mari tandu kencana; segera engkau ke sini; sekarang ada kerjamu; sebentar datanglah sudah.
  • 1060. Nyi Kentengmanik berkata; silahkan segera naiki; tandu emas ini; di hadapan Kentengmanik; segera Guru Gantangan; menaiki tandu.
  • 1061. Widadari berkata; hati-hatilah di jalan; terima kasih; dan selamat tinggal; sang Guruputra bersabda; buyung berhati-hatilah.
  • 1062. Pak kiai jangan tidur; rajaputra telima kasih; widadari berkata; kepada Perwakalih; hati-hatilah di jalan; Perwakalih menjawab.
  • 1063. Jawabnya gudabik hong; tak akan ada bahaya; uh kata Gelap Nyawang; ulukutan kakang tua; jangan berguyon; kepada titah bidadari.
  • 1064. Entah kalau demikian; hanya sekian jawabnya; kata Kentengmanik; wahai tandu dengarkanlah; antarkan tuanmu ini; Raden Guru Gantangan.
  • 1065. Pergilah ke awang-awang; segera tandu itu berangkat; melayang ke bawah; sebentar telah tiba; gemilang di awang-awang; rajaputra lalu turun.
  • 1066. Seraya berkata ramah; kepada  tandu;  hai tandu pulanglah engkau; ke kandangmu; segera tandu itu melayang ke angkasa; tiba kembali di tempatnya.
  • 1067. Rajaputra sudah duduk (di atas mega); juga pengasuh yang tiga; rajaputra melihat; melihat ke bawah; dasar satria pilihan; pandangannya tembus jauh.
  • 1068. Menurut penglihatannya; kepada  Bramanasakti; telah duduk sejajar; dengan ua patih; dan ua Kean Santang; tertegun ia melihat.
  • 1069. Juga Lembujaya; sudah duduk sejajar; dengan Rangsangjiwa; rajaputra berkata; Perwakalih lihatlah; si ua Bramanasakti.
  • 1070. Telah sejajar duduknya; dengan ua patih; dan juga Lembujaya; telah sejajar duduknya; dengan Pangeran Rangsangjiwa; mari kakang segera turun.
  • 1071. Perwakalih berkata; oh tanurang aku takut; aku tidak dapat terbang; takut nanti jatuhnya; terlampau keras; rajaputra berkata.
  • 1072. Kakang janganlah cerewet; mari kakang Perwakalih; Perwakalih berkata; Nyawang Nanjung mari ikut; mengarungi awang-awang; kalau takut pejamkan mata sedikit.
  • 1073. Kemudian sang raden; turun menuju ke bumi; mengiang bagaikan suara kucing; cepat bagaikan peluru; berdesing terbang menurun; tibalah di pinggir sungai.
  • 1074. Tiba di muaranya; muara Cikrenceng; pengasuhnya masih meram; rajaputra berkata; hai kakang bukalah mata; Cikerencengkah ini.
  • 1075. Perwakalih segera membuka mata; ia melihat; daerah hutan itu; yakin muara Cikerenceng; alangkah senang hatinya; Perwakalih berkata senang.
  • 1076. Tanurang tiba waktunya; mengebutkan sapu tangan; beberkanlah segera; dengan pertolongan Batara; simpulnya diuraikan; segera dikebutkannya.
  • 1077. Sekali dua kali tiga kali; dikebutkan bolak-balik; berdatanganlah kera; memenuhi Lebak Sapaha; karena banyaknya kera; Perwakalih bertepuk tangan.
  • 1078. Monyet ayuh kita maju; banyak lawanmu berperang; dengan tentara seberang; tentara Bramanasakti; jangan ada yang disisakan; menghancurkan tentara ini.
  • 1079. Gemuruh berbondong-bondong; karena banyaknya kera; berkertak gigi mengecap-ngecap; berkernyit alis dan mulut sambil bertingkah; berkerokoh suaranya; berangkat menuju negara.
  • 1080. Berhenti di luar kuta; garang dan ganas kelakuannya; segera mereka mencari; semua laskar Bramanasakti; lalu diterkam dicakar; tak ada yang dapat lepas.
  • 1081. Banyak tentara yang rusak; laskar Bramanasakti; geger mereka semua; kawan bagaimana ini; kera tidak takut tumbak; tidak berhenti ditembak.
  • 1082 . Makin ganaslah mereka; dilawan  mencengkeram kaki; ditombak mencengkeram tangan; ditikam menggigit; sepert i antek-antek serigala menjarah; tak dapat ditakut-takuti.
  • 1083. Hai kawan tolonglah aku; kawannya membentak; jangan aku menolong; aku pun sedang dikepung; sedang dicakari monyet; mencengkeram sangat garangnya.
  • 1084. Banyak orang yang digan yang; seperti ra ksasa memakan orang; perwakalih bertepuk tangan;  ia menjadi pengerah; menghasut kera itu; ayuh kera dihabiskan.
  • 1085. Lalu orang-orang itu dikepung; dikelilingi tak ada yang dapat keluar;  yang lari dikejar; y ang kabur diuber; monyet-monyet makin garang; senjata tiada mempan.
  • 1086. Tentara seberang hancur; dibunuh i kera; tidak ada yang tahan; memerangi monyet-monyet; tumpas tentara Bramana; mundur tak ada yang tinggal.

XLV
  • 1087. Tersebutlah orang-orang dalam kuta; ada apa geger di luar; banyak yang berkata; kabarnya banyak kera; menyerang tentara Bramansakti; orang seberang; tentaranya banyak yang mati.
  • 1088. Menurut kabar datang kera amat banyak; tentara putera sang raja; Raden Guru Gantangan; yang hilang dari tempat siksaan; yang ada di bawah beringin; dengan kawan-kawannya; hilang waktu malam.
  • 1089. Orang dalam kuta semua berkata; kawan hati·hatilah; nan ti datang kemari; tentara kera sepuluh ribu; bahkan tentara Bramanasakti; sudah mati semua; tak tertinggal seorang pun.
  • 1090. Raden Guru Gantangan segera berkata; kepada kera; hai engkau kera; kera Lebak Sapaha; sudahlah sekian pekerjaanmu; membantu aku; sekarang pulanglah segera.
  • 1091. Cepat pulang ke kayanganmu; kera kemudian mundur; hilang tak karuan; tunda tentang kera-kera itu; tersebutlah kyan patih; mendengar tentaranya; tentara ribut di luar.
  • 1092. Ada apa anak-anak ribut di luar; menjawab para pera-jurit; ya tuanku; ada kera sangat banyak; menyerang tentara Brahmanasakti; orang seberang tumpas semua sudah mati.
  • 1093. Tapi yang mengerahkan kera itu; ialah putera sri baginda; Raden Guru Gantangan; yang dahulu hilang; patih segera melompat; dari tempat duduknya; menuju ke puri.
  • 1094. Memerintahkan kepada penjaga pintu; cepat teguh ka n kunci;  lalu lari lagi segera memberi perintah; semua sudah dikabari; perintah kepada gulang-gulang; jagalah hati-hati.
  • 1095. Lalu di sana kelihatan; oleh Raden Rajamantri; ada apa ini; ribut-ribut di luar; Raden Patih berteriak-teriak; semua menunggu; masuk ke dalam puri.
  • 1096. Ya ada kera banyak sekali; datang di luar kuta; sebesar manusia; menyerang orang-orang seberang; tentara Bramanasakti; mati semua; satu pun tak ada yang tinggal hidup.
  • 1097. Yang mengerahkan kera ini; ya putera sang raja; Raden Guru Gantangan; tak diketahui tempatnya; sang raja bersabda; kepada isterinya; hai Rajamantri.
  • 1098. Aku ngeri bagaimana akal; supaya kera-kera  itu tidak ke sini; masuk ke dalam puri; monyet-monyet itu; nanti memakanku; harus dihajar; oleh Raden Patih.
  • 1099. Supaya tidak masuk ke dalam puri;  perintahkan semua menjaga; jagalah di pintu; sampaikan perintah ini; Rajamantri menjawab; sudah telanjur; dicuri kera.
  • 1100. Telanjur salah paduka sendiri; masa tidak terpikirkan; sejak semula; raja menginginkan impian; maka menjawab Raden Patih; di luar kuta; sudah dipersiapkan tuanku.
  • 1101. Telah hamba persiapkan; pintu besar dikunci; mengabarkan ke pura; ya sudah dijaga; gulang-gulang disuruh memberi kabar; segera kyan patih; berlalu lagi.
  • 1102. Datanglah kyan patih kepada para putera; Pangeran Rangsangjiwa; hai pangeran; sudah datang adik tuan; Guru Gantangan; membawa tentara; kera amat banyaknya.
  • 1103. Tuan telah ikut memusuhinya; harus bertanggung jawab sekarang; ya baiklah; kata Rangsangjiwa; walau dalam hatinya; ia berkata baiklah ua; masa bodoh.
  • 1104. Di sana Ranen Lembujaya; mendengar perkataannya; ucapan Raden Patih; Lembujaya ini; lemaslah badannya; Lembujaya sangat takut.
  • 1105. Setelah dari sana Raden Patih lalu memeriksa; pintu luar; hai gulang-gulang; setelah aku keluar; cepat kunci dari dalam; hati-hatilah; pintu itu perteguh.
  • 1106. Hamba siap jawab gulang-gulang; sudah dikunci; pintu itu dengan kukuh; ya sudah siap; kemudian
  • tibalah; Guru Gantagan; pengasuh yang tiga mengiringkannya.
  • 1107. Datanglah ia di alun-alun; sampai di pancak saji; Raden Guru Gantangan; melihat ke paseban; tampak Bramanasakti; sedang duduk; di atas kursi gading.
  • 1108. Digapailah oleh Raden Guru Gantangan; hai ua Bramanasakti; cepat kemari ua; sangat rindu saya; bekas kita bersama-sama; waktu kita pergi; bersama-sama sepanjang jalan.
  • 1109. Saya ingat akan kasih sayang ua; Perwakalih berseru; lo ini bagawan; lo ini Bramana; lo ini Bramanasakti; betul-betul tuanku itu, Bramanasakti menjawab.
  • 1110. Menjawab bagawan sambil gemetar hatinya; melirik I anda malu; tergambar dalam hatinya; bunyi pepatah; yang meminjam harus mengembalikan; yang berhutang harus membayar.
  • 1111. Berdebar-debar jantung ki bagawan; berkata seperti orang mimpi; hai Guru Gantangan; tak tahu adat benar engkau; mengada-ada benar engkau; terhadap aku; Jancang mulutmu.
  • 1112. Telah menjadi bangkai malah memanggil aku; apa keinginanmu sekarang; nanti aku adukan; kepada  sang raja; sang rajaputra menjawab; silahkan ua; adukanlah kepada sa ng raja.
  • 1113. Berkatalah bagawan kepada  kyan patih; juga berkat a kepada Kean Santang; hai kakanda berdua;  jangan terpesona; cepat siapkan penggawa; tangkaplah; si Guru Gantangan segera.
  • 1114. Berkata kyan patih kepada bagawan; perintah tuan barusan; terdengar oleh semua; tetapi tidak diturut; terserah keinginan tuan; bagawan harus merasakan; garam dan terasinya.
  • 1115. Berkata bagawan kepada anaknya; Lembujaya · Lembujaya mari; ayuh kita bersama-sama; maju berperang; melawan adikmu; si Guru Gantangan; Lembujaya menjawab.
  • 1116. Ya bapak menyuruh hamba; tetapi kita tidak boleh ke luar; di cegat nanti di pintu; oleh gulang-gulang; gulang-gulang pemegang kunci; segeralah Bramana; menuju ke pintu.
  • 1117. Tersebutlah sang raja di datulaya; baginda bersabda; kepada isterinya; bernama Baliklayaran; engkau pergilah keluar; ke papanggungan; tontonlah.
  • 1118. Lembujaya bersama uanya; kakang Bramanasakti; sekarang hendak berperang;  melawan si Guru Gantangan; baiklah tuC1nku; disuruh nonton; mengundurkan diri lalu keluar.
  • 1119. Baliklayaran telah tiba; di anjungan naik lalu duduk; diiringkan oleh pelayannya; lalu berkata; kepada kakaknya hai kakang musuhmu itu;  Guru Gantangan yang gagah; harus sedia solasih (tumbal).
  • 1120. Bila kurang ilmunya; kalau tipis bakat kelahirannya; kalau tak ada gurunya; jarang yang dapat melawan; terhadap Guru Gantangan karena keluhuran ilmunya; kang bramana lebih baik jangan melawan; lebih baik kabur jauh.
  • 1121. Bramana berkata sengit; membentak kepada adiknya; engkau memalukan daku; watak perempuan engkau; tidak tahu watak orang besar; seperti aku ini bukan bagawan; lari oleh anak kecil.
  • 1122. Berkata Baliklayaran; tuan tak dapat dicegah; terserah maumu kakang; aku hanya mengingatkan; sekarang aku hanya akan menonton; di atas anjungan; cekatan Bramanasakti.
  • 1123. Segera turun ke latar; berdua; berdua anaknya; Lembujaya; bersama-sama; menghunus senjata; keduanya sambil menantang sengit; bila engkau menghina; aku racuni kelancanganmu.
  • 1124. Berkata di latar paseban; sudah menghunus keris kedua-duanya; hai Guru Gantangan lihat; taring Batara Kala; ke mana kujatuhkan kerisku ini; Guru Gantangan menjawab; silahkan ua lakukan.
  • 1125. Kalau engkau tertimpa senjata; oleh kedua keris tentulah hatimu teriris; jantungmu hancur; pecah dadamu; telah diayunkan keris  itu; Raden Guru Gantangan; cepat menyambut keris itu.
  • 1126. Lalu diusapi bunga; Lelah sembuh kedua lukanya; Bramanasakti maju lagi; selalu dengan Lembujaya; lalu d iungkuli kem bang hancur menjadi air; Bramanasakti dan Lembujaya; menjadi tanah terkutuk.
  • 1127. Ratu Mas Baliklayaran; melihat kepada kakaknya; dan puteranya; sudah hancur menjadi air;  Baliklayaran menjerit keras; hilang ingatannya; ia tak sadarkan diri.
  • 1128. Ribut di atas anjungan; pelayannya semua menangis; menjerit suaranya; sang raja mendengar; ada apa di luar ribut gemuruh; di atas anjungan; Rajamantri menjawab.
  • 1129. Datanglah dayangnya; lalu berkabar sambil menangis; para bendara telah mati; Rajamantri berkata; bicara jangan dicampur (dengan tangis); bendara-bendara hamba telah mati; Rajamantri berkata.
  • 1130. Cepatlah dayang kemari; engkau bicara yang jelas kepadaku; ya tuanku Rajamantri; celaka kakak tuanku; bagawan Bramanasakti mati; juga Raden Lembujaya; kedua-duanya tewas.
  • 1131. Berkata dayang itu; ya putera tuanku yang tidak bersenjata; ketika mereka berperang; ada pun kyan bagawan; dan Lembujaya sama-sama menghunus keris; ketika ditusukkan; kepada Guru Gantangan.
  • 1132. Keris itu ditangkisnya; dengan bunga yang warnanya sangat indah; lalu keduanya lebur; Bramana dan Lembujaya; badan bagawan menjadi seperti air; Lembujaya juga seperti air; meresap ke dalam tanah.
  • 1133. Ada pun adik tuanku; Baliklayaran terjatuh; ia pingsan; melihat kakaknya; dan puteranya Lembujaya tewas; kedua orang besar itu wafat; beri kaharlah sri bupati.
  • 1134. Begini upik sekarang; sampaikan bila tidak ingat terus; Baliklayaran itu; parah pingsannya; seretlah dari atas anjungan; buanglah di pinggir negara; si dayang lalu bergegas.
  • 1135. Minta diri lalu keluar; dayang tiba di anjungan; dan semua parekan; sedang mengurus; jasad Baliklayaran; yang sedang pingsan; jasadnya masih ditinggal.
  • 1136. Ditatap mukanya; masih sadar dan masih berdenyut (jantungnya); lalu semua isteri; memegang hatinya; yang sedang pingsan itu; segera diuru turut; badannya.
  • 1137. Masi juga pingsan; maka diurut jantungnya lalu keluarlah; akal dari hatinya; ribut semuanya; dayang yang tujuh puluh jumlahnya; parekan yang enam puluh lima banyaknya; hai kakak hai adik.
  • 1138. Bagai mana bendara ini; akalnya sudah seperti ini; telah keluar akalnya; la makin panjang; dalam akal itu telah ada elungnya; jangan keasikan; cepat-cepatlah buang.
  • 1139. Kemudian dibuang; maka segera digotong; Baliklayaran itu; mayatnya jatuh di tanah; maka akal panjang itu menjadi oyong gadung; mayat Baliklayaran; musnah  berbaur dengan tanah.
  • 1140. Tersebutlah kyan patih; dan Kean Santang hendak masuk ke puri; menghadap kepada sang prabu; ya tuanku; hamba datang menghadap sang prabu ini; tak baik bila tuanku tidak maklum; putera baginda telah datang.

XLVII
  • 1141. Ya Raden Guru Gantangan; hamba mesti memberitakan; tentang punggawa itu; bahwa Bramana dalam perangnya; telah kalah kedua-duanya; serta putera paduka; Lembujaya tewas; kalah oleh putera tuanku; Raden Guru Gantangan yang luar biasa saktinya; bagawan tidak mampu melawan.
  • 1142. Sebermula Bramanasakti; terjun dalam perang; dengan putera sang raja; Raden Tanurang; tidak ada yang menandingi; adapun bagawan; dan Lembujaya; bersama-sama menghunus senjata; ketika Bramanasakti menikam; bersama Lembujaya.
  • 1143. Ketika tikaman keris tiba; lalu Raden Guru Gantangan; mengusapkan jimatnya;  kepada badannya; bagawan Bramanasakti; diungguli kembang; hancur badannya; demikian pula Lembujaya; menjadi air meresap ke dalam tanah; mayatnya telah hilang.
  • 1144. Sri raja bersabda; kepada kyan patih; janganlah panjang dipikiri; jangan ribut; bahwa bagawan Bramanasakti; dan Lembujaya; sudah gugur; oleh si Guru Gantangan; jangan sampai ibu dan ua-nya; dari Sindangbarang.
  • 1145. Kentringmanik dan ua-nya Murugul; membantu Guru Gantangan; menyerang negara sekarang; keributan tenangkan dahulu; harus bungkam saja; dengar-dengar saja; keberanian para penggawa; semua di Pakuan tentulah berani; menangkap seorang saja.
  • 1146. Jangan direwelkan; oleh karena itu cepatlah kakanda; kembali ke tempat; ke sasaka domas agung; menjawab kyan patih; ya baiklah tuanku; kakanda permisi pergi; mohon diri hendak keluar; segera Raden Patih kembali; menuju paseban sasaka domas.
  • 1147. Raden Patih lalu berkata;  kepada Raden Guru Gantangan; ya sudah lama sekali; hai raden puteraku; hai sang putera sang bagus sakti;  lama tak berjumpa raden; rindu ua ini; Jama tidak bertemu; mari ua pangku dalam lawatan ini; dan ua Kean Santang.
  • 1148. Adina sudahlah; nanti durhaka dari sang raja; Raden Pateh segera diam; tidak berkata lagi; Raden  Guru Gantangan juga; menuju ke alun-alun; dan ketiga  pengasuh; tiba di bawah beringin; Raden Guru Gantangan berkata; kepada pengasuh yang tiga.
  • 1149. Marilah kakang Parwakalih; dari sini kita pergi meninjau; si ibu dan si ua; di Sindangbarang tempatnya; menjawab Perwakalih; Raden Guru Gantangan; mari cepat berangkat; kita pergi hari ini; kemudian mereka pergi keluar; sebentar telah sampai.
  • 1150. Tiba di alun-alun; lalu berteduh di bawah beringin: mendengarkan gamelan; ramai gemuruh; topeng ronggeng taledek bersuara; dan barongan; reog calung angklung; ririgigan oge; gendang penca badidang dan Balian; ramai tak tentu kedenarannya.
  • 1151. Raden Guru Gantangan berkata; kakang Perwakalih dengarkan; tahu gamelan namanya; gemuruh di pakuwon; bermacam-macam gamelan berbunyi; si ua ini menurut dugaanku; dengan si ibu; ua Murugul itu; tak ada kesedihannya sama sekali: sebagai orang yang kehilangan anak.
  • 1152. Entah mati entah hidup; enak-enak bersuka-sukaan; apa sebabnya; aku tidak mau kakang; menemui orang tua; si ibu dan si ua; sakit hati benar aku; ramai-ramailah keinginannya; tidak ada kesusahannya; terhadap anak yang disiksa.
  • 1153. Lalu ada daun beringin kering; hanya selembar jatuh ke pangkuannya; pangkuan Guru Gantangan; segera diambilnya; lalu ditulisinya; ada pun bunyinya; surat dari ananda; puteranda Guru Gantangan; untuk ibunda Nyi Kentringmanik; dan ua Murugul.
  • 1154. Dengan surat ini ananda permisi; mengembara ke daerah timur; menjelajah mencari kesenangan; tetapi tangan dan kaki; yang dipendam di pinggir pin tu; pura lawang saketeng; tolong carilah; jangan sampai luput; bila tangan dan kaki tidak ditemukan; oleh rama ua.
  • 1155. Ua Murugul harus merasakannya nanti; tenta akan datang bencana; setelah selesai; menulis surat itu; menulis di atas daun beringin; segera dilepaskannya; disuruh datang di pakuwon; hai engkau daun beringin; datanglah di pangkuan ibuku; setelah demikian.
  • 1156. Raden Guru Gantangan berkata; kepada Perwakalih;, mari kakang terus saja; melanjutkan perjalanan; aku ingin segera pergi; ke daerah timur; Perwakalih menjawab; hai tanurang nanti dulu; singgah sajalah barang sebentar; di pakuwon Sindangbarang.
  • 1157. Aku sangat rindu ingin bertemu; dengan ibumu tanurang telah lama; dengan Nyi Kentringmanik; dan ua Murugul; telah lama tidak bertemu; mari kita sembunyi; nanti ada orang yang tahu; rajaputra berkata; jangan tentu nanti seluruh negeri ribut; sang satria remaja.

XLVIII
  • 1158. Mari jangan keenakan; kita pergi lagi; lalu segera berangkat; Perwakalih mengikuti; dengan kawan-kawannya pergi; tunda yang sedang berjalan; tersebutlah ibunya; yang bernama Nyi Kentringmanik; ada di pintu sedang bersedih.
  • 1159. Tidak lain yang diratapi; hanya Raden Tanurang; tak pernah lupa sekejap pun; sedih malam dan siang; sebentar kemudian; datanglah daun kering; jatuh di pangkuannya; pangkuan Nyi Kentringmanik; ketika dilihat ada tulisannya.
  • 1160. Lalu surat dibaca; sesudah jelas bunyinya; ia menjerit lalu menangis; datanglah kakaknya mendekati; sang Murugul lalu berkata; jadi dimana anakku; Raden Guru Gantangan; dimana sekarang dia berada; anakku hanya ada suratnya.
  • 1161. Surat diserahkan; kepada sang Murugul; lalu sang Murugul melihat; lalu berkata hihih; si adi Kentringmanik; untuk apa lari; mengungsi kepadaku; ada pekerjaan apa ini; ya kakanda kata Kentringmanik.
  • 1162. Saya kedatangan surat; daun beringin bertulis; ada pun isi suratnya; surat dari anakku; yang ada di bawah beringin; Raden Guru Gantangan sedang berteduh; kepada ibunda; Dewi Kentringmanik; dan ua Murugul di Sindngbarang.
  • 1163. Setibanya surat ini; sekarang hamba permisi; akan pergi mengembara; melewati negeri Keling; menuju ke Berebes; lewat lorong-lorong Cirebon; daerah sebelah timur; Nusa Cina yang dituju; hanya tentang kaki dan tangan.
  • 1164. Yang dipendam di pinggir pintu; di puri lawang saketang; mohon dicari; jangan sampai tidak berhasil; bila tidak ditemukan; rasakanlah akibatnya; oleh ua Murugul; tentu mendapat bencana; berkatalah sekarang sang Surabima.
  • 1165. Tak seberapa hanya sekian; sekaranglah adinda; mari anakku Surasobat; Surakandaga anakku; pukullah bende; di tengah alun-alun; suruh berkumpul para perajurit; orang Sindangbarang kumpulkan; suruh membawa perkakas golok dan tatah.
  • 1166. Golok-golok disiapkan; bajak beliung gergaji; linggis dan congkrang siapkan; Surasobat menjawab; demikian pula Surakandaga; baiklah; taklama kemudian Surasubat; mengambil bende lalu ditabuh; ditabuh berulang-ulang suaranya mongmong mong mong prang.
  • 1167. Besar kecil mendengarnya; yang dekat dan yang jauh; rakyat kecil saling bertanya; kawan bende apa itu; sebagian menjawab; bende perunggu namanya; itu perkataan orang linglung; orang yang waras menjawab; itu tanda gusti kita sedang mengumpulkan perajurit.
  • 1168. Sambil membawa perkakas; perkakas perang candi; candi putih Pajajaran; perkakas tatah gergaji; kapak bajak linggis; tempat candi tersebut; di sebelah hulu Pajajaran; Surasubat berkata; wahai ayahanda perintah sudah siap.
  • 1169. Jumlahnya delapan ratus orang; semua membawa perkakas; sang ayah lalu berkata; kepada anaknya; Surasubat sekarang; pergilah bersama saudaramu; dengan Surakandaga; kerahkan semua perajurit; ke negara Pajajaran segera tiba.
  • 1170. Bongkar candi kebuyutan; setelah dapat bawa kemari; lalu menjawab; baiklah hamba sudah faham; Surakandaga juga sama; meminta diri lalu pergi; membawa perajurit; kemudian tibalah; tempat candi di udik diketemukan.
  • 1171. Surasubat berkata; nah inilah candi putih; mari adik Surakandaga: kerahkanlah pasukan kita; suruh membongkar candi putih ini; Surakandaga segera; berkata mari kawan  hantamkan perkakas kepada candi putih; baiklah lalu kapaknya di hunjamkan.
  • 1172. Menancaplah perkakasnya; ketika dicabut pulih kembali; sekali dua kali tiga kali; dilakukan berganti-ganti; candi bergantian dikapak; ketika dicabut pulih kembali; yang sedang membongkar; habislah tenaganya; kemudian Surasubat berkata.
  • 1173. Berkata kepada kakaknya; Surakandaga; kanda lekaslah memberi kabar; kepada ayahanda; mereka pergi kemudian tiba; para putera datang; menyembah sambil berkata; hamba berkabar; bahwa membongkar candi tidak berhasil.
  • 1174. Hamba dan Surandaka; apa lagi perajurit tidak sanggup; merobohkan candi; tidak kuat; kalau sudah hampir putus akhirnya; pulih kembali; ayahnya berkata; bila demikian sekarang akulah yang akan pergi.
  • 1175. Sang Murugul berkata; hai Ken tringmanik; adik kanda akan pergi; menuju ke candi putih; Kentringmanik berkata; kanda aku akan ikut; bersama-sama kakanda; juga dengan Surasubat; segeralah mereka berangkat bertiga.
  • 1176. Perjalanan sang Murugul; sebentar saja telah datang kemudian can di putih itu; dirangkulnya; lalu ditariknya; sekal tarik lepaslah; candi itu tercabut; akan dibawa ke negara; di sana candi itu ditanamkan.
  • 1177. Di tengah alun-alun; kemudian candi putih itu; dibuatnya menjadi bajak; mengitari alun-alun; tersebutlah kyan patih; berkumpul di sasaka domas; dengan penggawa dan menteri; tak ada yang bicara; tertegunlah semua penggawa.
  • 1178. Kyan patih lalu berkata; hai kawan jangan diganggu; biarkan saja; nantinya akan merembet; lihatlah kepadaku; pura-pura tak tahu saja; perhatikanlah; bertanya saling berbisik; melihat Murugul mundur hendak membajak tanah.

XLIX
  • 1179. Bercakap-cakaplah semua penggawa; semua melihat; ya seperti apa; perkakas sang Murugul; bajak yang berwarna putih; tidak kuat (bajak itu); lalu disingkirkannya.
  • 1180. Lalu berdandanlah sang Surabima; kainnya diililitkan di pinggang; alat kejantanannya; dipasangkannya; dipakai membajak tanah; merangkak-rangkak; sangatlah tajam kemaluannya.
  • 1181. Merangkak sampai di dekat pintu; pintu kamuning gading, berguguran semua; gulang-gulang menyingkir; lalu membajak terus; sampai dekat sekali; gulang-gulang menyingkir.
  • 1182. Masuklah sang Murugul ke dalam sekali; tanah sudah rata; tetapi tidak dijumpainya; kaki dan  tangan itu;kedua telapak ta ngannya; dan kedua telapak kakinya; ya tidak ditemukan.
  • 1183. Berkatalah sekarang sang Surabima; bagaimana Kentringmanik; sekarang tidak kita temukan; kaki dan tangan; menja wab Kentringmanik; kepada kakaknya; memang tak kita temukan.
  • 1184. Mari kakang pulang ke Sindangbarang; ya baiklah adik; kita pulang semua; ke sana ke Sindangbarang; tersebutlah Perwakalih; pengasuh yang tiga; berjalan menempuh hutan.
  • 1185. Jurang dalam hutan lebat dimasuki; lurus perjalanannya; kemudian mereka datang; ke tepi samudera; tertegun di tepi pantai; melihat kapal; sedang berlabuh di pinggir.
  • 1186. Berkatalah Raden Guru Gantangan;  hai kakang Perwakalih; itu perahu atau apa; mari kita menuju tempatnya; jawa bnya baiklah; hai tukang kapal; kemarilah paman.
  • 1187. kira-kira hendak ke manakah anda; sabandar berkata; kepada nakhoda; kakang suara apa itu; seperti suara iblis; di tepi laut; Raden Tanurang berkata.
  • 1188. Kakang ini tua-tua tetapi kurang ajar; biar aku yang bertanya; rahaden berkata; orang bagus; anda asal dari mana; permohonanku; singgahlah sebentar.
  • 1189. Lo tanurang mengapa bicara sendiri; mau apa; berkata sabandar; dan nakhoda; ini orang dari mana; baik mulutnya; mari kita menepi.
  • 1190. Setelah tiba di hadapan ki tanurang; sang rajaputra berkata; ya kiai aku ini; merasa lega; aku hendak berkunjung; naik ke kapal; dengan kawan-kawanku.
  • 1191. Ya silahkan kata sahbandar itu; rajaputra berkata; kepada sahbandar; maafkan tuan; saya belum kenal; kepada tuan; tuan datang dari mana.
  • 1192. Dan juga ke manakah tuan menuju; dan siapa nama tuan; baiklah saudara; bertanya tentang diri saya; jauh negara saya itu; hendak menuju ke Nusa Cina.
  • 1193. Tuan menanyakan nama saya; maka saya ini; sahbandar; saya ini nakhoda; sebaliknya saya tidak mengetahui; terhadap tuan; orang bagus ini.
  • 1194. Tuan ini berasal dari negara mana; akan pergi ke mana; siapakah nama tuan; rajaputra berkata; negeri tempat asal saya; di pesawahan; dari Sawah Tunggilis.
  • 1195. Tujuan saya hendak pergi  berkamasan; ada pun nama saya; diberi nama; Raden Kamasan; Margalaya aliasnya; itulah saya; ingin ikut menumpang kapal ini.
  • 1196. Berkatalah sahbandar dengan nakhoda; silahkan segera (naik); nakhoda itu; berbisik-bisik; hai adik sahbandar; menurut dugaanku; aku kira penumpang itu.
  • 1197. Aku kira bukan orang sembarangan; aku lihat rupanya; juga roman mukanya; perawakannya; tentulah orang baik; yang paling tampan; (yang pernah kulihat) selama aku hidup.
  • 1198. Dikatakan tentang ketampanannya; muka sebagai duren seulas; berleher jenjang; alisnya seperti daun imba; alisnya bagaikan daun muda; kepalanya bagaikan batu cendana; bahu bagai sayap membuka; pundak rata bak timbangan.
  • 1199. Hidungnya mancung bibir bagaikan manggis merengat; lehernya jenjang; sikapnya tegak; perawakannya tegap; batas pundak ke bawahnya; tangan bagai busur; busur yang sedang ditarik.
  • 1200. Bila dilihat seperti putera raja; jadi mari kita bawa; naik perahu kita; di situ tempatkan; pada salimar (tempat duduk di kapal) gading; maka ki sahbandar; dan nakhoda berkata.
  • 1201. Marilah Raden Kamasan duduk; pindah ke salimar gading; ya baiklah; jawab Raden Kamasan; lalu sauh diangkat; layar di buka; bertolaklah mereka.
  • 1202. Angin berembus ke arah barat laut; membelah air kapal itu; tak disebutkan di jalan; ketika berlayar; tersebutlah tanjung telah kelihatan; di Nusa Cina; tampak sebesar kepalan kecil.
  • 1203. Bertanyalah sekarang Raden Kamasan; hai ki sahbandar; dan ki nakhoda; dari timur ini; tampaklah teluknya; daratan Cina; jawab sahbandar.
  • 1204. Sahbandar dan nakhoda; sama-sama menjawab; ya itulah; yang disebut Nusa Cina; sangat luas menurut kabar; yang mempunyai; negara itu.
  • 1205. Yang memilikinya bernama Ratu Cina; mempunyai anak seorang; wanita dan cantik; bernama Ratu Kembang; saudara misan seorang; laki-laki kekar; bernama Munding Cina.
  • 1206. Mempunyai adi wanita cantik seorang; ada pun namanya; Nyi Rindu Wangsana; tetapi ada seorang penggawa; yang menanti (sebagai tunangan) seorang; namanya; Gajah Kayapu.
  • 1207. Tinggi besar perawakan Gajah Kayapu itu; mempunyai adik wanita; hanya seorang; ada pun namanya; Nyi Payung Agung; (kata) Raden Kamasan; saya hendak bertanya lagi.
  • 1208. Saya masih belum kenal dengan Ki Gajah itu; si cantik-cantik ini; (yang menjadi) tunangannya; yang mana; nakhoda menjawab; ya dia; Nyi Rindu Wangsana.
  • 1209. Ada pun tempat Nyi Ratu Kembang; di Kuta Gadog tempatnya; berkata sekarang; Raden Kamasan; bagaimana saya ini; bila naik; ke darat nanti.
  • 1210. Saya akan menjadi kamasan; tidak ada tandanya; tetapi bila disetujui; akan ke sana juga; menuju Kuta Gadog; baiklah; mereka bergandengan tangan.

L
  • 1211. Kata nakhoda; saya menunjukkan jalan; sebentar kemudian sampailah mereka; Raden Kamasan ini; berkata kepada nakhoda; hai kiai berdua.
  • 1212. Saya tidak lama; bahwa saya merepotkan; kepada tuan; karena sudah sampai; tiba di muara; memohon maaf dari tuan.
  • 1213. Mohon kerelaan tuan; menunjukkan jalan; ke Kuta Gadog; tetapi permintaan saya ini; telah menempuh jalan besar; tentu banyak simpangannya.
  • 1214. Ingin mengikuti jalan yang satu; nanti tuan saya tinggalkan; saya permisi menyeberang; ke daratan; mari kata nakhoda; dan sahbandar.
  • 1215. Maksud sahbandar; akan mengantarkannya peribadi; menyertai Raden Kamasan; kedua Perwakalih; ketiga Gelap Nyawang; keempatnya Kidang Pananjung.
  • 1216. Diantar oleh juragan perahu; setelah tiba di jalan; tinggal jalan tunggal; tak ada simpangan lagi; silahkan tuan pergi (sendiri); karena jalannya hanya (tinggal) satu.
  • 1217. Saya menanti di situ; Raden Kamasan berkata; terima kasih; Perwakalih bertanya; hai tanurang bagaimana akal; bila kita sudah sampai.
  • 1218. Tiba di pemondokan; lalu nan ti  ada yang, memesan; sebab ada kamasan; bila nanti tidak mampu; tentu menjadi hancuran; nanti kita disalahkan.
  • 1219. Raden Kamasan menjawab; entah bisa entah tidak; akan mencoba saja; barangkali kakang bisa; Perwakalih berkata; itulah sebabnya.
  • 1220. Belum pernah menjadi kamasan; belum bisa tetapi sudah membuka usaha; kemudian mereka tiba; diiringkan ketiga pengasuh; terlihat oleh Lengser; lalu bertanya kepada tetamu.
  • 1221. Hai tetamu orang bagus; tuan hendak ke mana; Raden Kamasan menjawab; hendak berjaja kamasan; barangkali bendara tuan; bermaksud memperbaiki (perhiasan emas).
  • 1222. Lengser segera memberi tahu; memberitakan tetamu; membungkuk-bungkuk jalannya; ya tuanku bendara; hamba memberi kabar; ada orang bagus datang.
  • 1223. Menuju kota maksudnya; hendak menjadi kamasan; barang kali tuanku ada hasrat; melebur mas indah; Ratu Kem bang berkata; mari undanglah ke sini.
  • 1224. Segera diundang datang; Raden Kamasan menghadap; bersila di latar; Ratu Kembang berkata manis; jangan di sana duduknya; marl duduknya di sini.
  • 1225. Duduklah di made atas; sejajar dengan saya; Raden Kamasan menjawab; lebih baik di sini; kemudian ia dipaksa; Raden Kamasan menyembah.
  • 1226. Lalu naik ke made (balai) agung; Ratu Kembang bertanya; hai bagus saya bertanya; karena saya tidak tahu; dari mana anda ini; dan siapa nama anda.
  • 1227. Hendak pergi ke mana; ya saya ini; tidak mempunyai negara; mengembara ke mana-mana; lahir di pesawahan;  bernama Sawah Tunggilis.
  • 1228. Adapun nama saya; kata yang memberi nama; disebut Raden Kamasan; Margalaya saya ini; hendak usaha kamasan; itulah tu juan saya.
  • 1229. Ratu Kembang berkata; bagaimana mungkin in i; orang baik dan utama;  bagus muda d an ru pawan; bagus ju ga bi caranya; rupa elok dan semampai.
  • 1230. Sayang sekali orang sebagus ini;  sampai usaha kamasan; menjawab Raden Kamasan; saya hanya sekedar mencari; agar mendapat seteng (tiga setengah sen) dan seuang (seperdua belas rupiah), untuk belanja.
  • 1231. Keperluan sandang dan pangan; untuk mencukupi seisi;  rumah tinggal saya; Ratu Kembang tertarik hatinya; kemudian Nyi Ratu Kembang; segera mengeluarkan jamuan.
  • 1232. Makanannya sangat menarik; pinang sirih buah-buahan; adapun buah-buahannya; rambutan duku dan manggis; tak mungkin diperinci; karena terlalu banyak macamnya.
  • 1233. Ratu Kembang berkata; hai Raden Kamasan; kanda mempunyai subang; amatlah indah warnanya; subang beberapa kamasan; kanda minta memperbakinya.
  • 1234. Semua kamasan kehabisan akal; tidak dapat memperbaikinya; barangkali adik mau mencobanya; memperbakinya sekarang; subang segera diterima; Raden Kamasan menyembah.
  • 1235. Ditaksir dan ditatapnya; subang itu sangat indah; lalu diusap-usapnya; ketika lengah penglihatan; Nyi Ratu Kembang; Raden Kamasan membuka.
  • 1236. Tempat jimatnya; pemberian sang batara; sang Batara Nagaraja; diusapi tepung emas; lalu dipadukannya; subang tampak sangat menarik.

LI
  • 1237. Subang telah diusapi; pulih kembali rupanya; melebihi asalnya; amat sangatlah bagusnya. berkat Raden Kamasan; subang telah diserahkan; kepada mas Ratu Kembang.
  • 1238. Terimalah ini kakanda; Ratu Kembang segera menerimanya; cepat-cepat dilihatnya; pulih seperti asalnya; seperti disepuh baru; Ratu Kembang mengucapkan terima kasih; bagaimana kanda harus menerimanya.
  • 1239. Nyi Ratu Kembang sekarang; menjadi bingung perasaannya; berkata kepada tetamunya; hai bagus adikku; kanda minta kerelaannya; pertolongan dik bagus; kalau berkenan di hati.
  • 1240. Jika telah pergi lagi; pergi ke negara lalin; singgahlah di Nusa Cina; Raden Kamasan menjawab;  baiklah dinda ikuti kakanda; tak berkeberatan rasanya; lalu berbincang-bincanglah mereka.
  • 1241. Ratu Kembang berkata; kepada para dayang; bagaimana hai upik; amat malu aku ini; kedatangan tetamu; tidak diberi jamuan; dengan suguhan lemang.
  • 1242. Lemang beras lemang padi; karena peceklik hebat; Raden Kamasan berkata; kepada sang kakak; jangan merepotkan; keadaan kakanda demikian; saya meminta upah.
  • 1243. Butir padi tujuh biji; menjawab Nyi Ratu Kembang; sulit hidup orang sini; menyimpan butiran itu. Lengser ayuh pergilah;  engkau masuk ke lumbung; barangkali dapat menemukan tujuh butir.
  • 1244. Sifat Lengser biasanya; sepatah kata kedua loncat;;udah masuk ia di lumbung; memegang penggada; dipukulkan tiga kali; jedak gebrab gebrag gebrug; didapatlah butir padi tujuh biji.
  • 1245. Padi lalu diserahkan; kepada Raden Kamasan; memohonlah dia ke atas; semoga padi dapat tumbuh; kemudian dibawa; ditanam di pinggir pantai; dikeruk dengan kuku (setajam) melela (baja).
  • 1246. Memohonlah ia ke atas; kepada sang batara; Batara Guru namanya; yaitu Guruputra; Hiang Bayu akhir namanya; cakal segala leluhur; menjadi dewa tulisannya.
  • 1247. Turunlah permohonannya; datang di dasar bumi; dipersembahkan kepada sang batara; Sang Nurgaha asalnya; Batara Nagaraja; selesai ia bermohon; Raden Kamasan berkata.
  • 1248. Naik ke balai lalu duduk; mendung menyelimuti bumi; turunlah hujan gerimis; jatuh menyiram tanaman; tumbuhlah seketika; padi seperti cempaka;  padi tumbuh lalu keluarlah.
  • 1249. Bulir padinya keluar; kemudian dipersembahkan; hai kakanda sudah waktunya; silahkan segera tuai; Ratu Kembang berkata; hai semua dayang-dayang; segeralah kalian menuai padi.
  • 1250. Karena sudah disuruh; oleh Raden Kamasan; tidak menjadi susut; padi itu makin banyak; makin bagus pula; telah diambil hasilnya: berikat-ikat banyaknya.
  • 1251. Semua ikut menuai; Raden Kamasan berkata; kepada Ratu Kembang; hai kakanda belum selesai; yang dituai itu; tuai lagilah semua; Mas Ratu Kembang tertawa.
  • 1252. Ternyata msih banyak yang tinggal; telah diambil banyak sekali; masih saja banyak sisanya; hai upik ayuh cepat; tuailah beramai-ramai; suruh kumpullah orang Kuta Gadog; laki-laki dan wanita.
  • 1253. Yang sebagian suruh mengangkut; sebagian membereskan; telah dimasukkan ke lumbung; orang seisi negara; disuruh membawanya masing-masing ternyata sudah bertumpuk-tumpuk; semua orang Kuta Gadog.
  • 1254. Tundalah yang kaya akan padi; tersebutlah di pakuwon; pakuwon Nusa Cina; sedang ditimpa peceklik; Nyi Rindu Wangsuna; kepada tunangannya; sekarang ia berkata.
  • 1255. Wahai calon suamiku; segeralah kanda pergi; cepat mencari padi; di sini tidak terdapat; semuanya sudah rusak; oleh karena kesusahan semua orang; Gajah Kayapu pergi.
  • 1256. Gajah Kayapu menjumpai; orang membawa padi; sepikulan bawaannya; lalu direbutnya;  segera dibawa; diserahkan kepada tunangannya; kepada Rindu Wangsana.
  • 1257. Padi sudah diterima; keringatnya diusapi; Rindu Wangsana segera; berkata kepada kakaknya; yaitu ken Ratu Cina; Munding Cina yang kedua; wahai kakanda Ratu Cina.
  • 1258. Kanda berdua; saya permisi akan bertandang; saya hendak melawat; kepada Nyi Ratu Kembang; dia kakak saya; kabarnya mempunyai tetamu; jejaka lagi kamasan.
  • 1259. Ia di Kuta Gadog sekarang; sangat bagus pekerjaannya; berkata lagi ia; kepada tunangannya; hai bakal suamiku; saya permisi pergi; bertandang kepada kakanda (Ratu Kembang).
  • 1260. Akan menemui Ratu Kembang; di Kuta Gadog tempatnya; Ratu Cina tidak mengijinkan; Munding Cina juga tidak; hai upik; janganlah bertandang-tandang; tidak baik akibatnya.
  • 1261. Adapun tidak baiknya; engkau kan punya tunangan; Rindu Wangsana berkata; tidak kanda adik tuan ini; ingin sekali; menjemput kanda Ratu Kembang; keluarlah wanita itu.

LII
  • 1262. Tundalah Rindu Wangsana yang keluar; tersebutlah sekarang; Ratu Kembang di Kuta Gadog;  hendak pergi ke pakuwonnya; ke Nusa Cina; sudah lama tidak pergi (ke sana).
  • 1263. Ratu Kembang berkata;  hai raden sekarang; ka nda ri ndu kepada saudara; yang masih berada di negara; yaitu Ratu Cina; mereka saudaraku.
  • 1264. Ada lagi seorang saudara sepupu;  yaitu Munding Cina; dan Rindu Wangsana; sudah punya tunangan; ada pun namanya; Ki Gajah Kayapu.
  • 1265. Ratu Kembang berkata lagi; Raden Kamasan sekarang; barangkali mau ikut pergi; bersama-sama pergi ke negara; baiklah saya ikut; Ratu Kem bang berkata.
  • 1266. Ayuh Lengser siapkan joli; aku hendak segera pergi; ke  negara mengunjungi pakuwon; pelanai juga kuda; Raden Kamasan ini; biar naik kuda.
  • 1267. Kemudian Lengser minta diri; menyiapkan pelana; se braknya gemerlapan bersulam emas;  pakaian kuda semua bersulam emas; kudanya pun kuda Persi; Lengser berkabar.
  • 1268. Ya bendara inilah kuda; pelananya indah; Ratu Kembang berkata; hai adik Kamasan cepatlah naik kuda; Raden Kamasan berkata; harus kakanda dahulu.
  • 1269. Ratu Kembang lalu naik joli; Perwakalih sekarang; merasa senang dan berkata gudabik hong; ia senang sepanjang jalan; mengiringkan para dayang; semua tertawa.
  • 1270. Perwakalih dengan kawan-kawannya; senang bergurau; mendengar-dengarkan bicara para dayang; lepaslah perjalanan Ratu Kembang; berjumpalah di perjalanan; dengan saudaranya.
  • 1271. Sungguh menyenangkan bersua di jalan; ramai bercakap-cakap; puteri yang tiga orang saling menghaturkan selamat; Ratu Kembang yang kesatu; lalu Rindu Wangsana; dan Payung Agung.
  • 1272. Mereka saling merangkul; saling bertanya; Rindu Wangsana berkata; kepada Ratu Kembang; terlihatlah subangnya; alangkah indahnya.
  • 1273. Hai kandaku Ratu Kem bang; subang itu saya lihat; amat sangatlah indahnya;  cobalah saya melihat; Ratu Kembang berkata; ayuh cabut saja.
  • 1274. Kanda siapakah yang memperbaikinya; siapa pandai emasnya; itulah pandai emasnya; yang menunggang kuda di belakang; mahir benar dia; kamasannya jempolan.
  • 1275. Marilah kita kembali ke negara; ikut kanda saja; ramai bercakap sepanjang jalan; tentang pandai emas itu; berasal dari mana; demikian mahirnya.
  • 1276. Bila dinda bertanya asalnya; menurut perkataannya; ia orang dari pesawahan; Sabin Tunggilis tempatnya; kedua wanita; sama-sama berkata.
  • 1277. Siapakah namanya; kakaknya menjawab; ya hanya Raden Kamasan; maksudnya hendak usaha di sini; Rindu Wangsana berkata; juga Payung Agung.
  • 1278. Tampan benar lalu berbisik-bisik; se panjang jalan diperhatikan; dalam joli bertiga bersama-sama; Raden Kamasan di belakang; tak disebutkan di jalan; sudah tibalah mereka.
  • 1279. Ramailah orang yang lagi datang; tiba di alun-alun; berserulah Ratu Kembang; dari jauh ia berteriak; kanda aku datang; malu aku ini.
  • 1280. Karena belum disongsong; jadi malu sendiri; terdengarlah oleh Ratu Cina; upik engkau telah datang kembali; Ratu Kembang kemari; manis budinya.

LIII
  • 1281. Mari dinda Ratu Kembang; dan dinda Rindu Wangsana; ketiga Payung Agung; wahai Munding Cina; Gajah Kayapu kemari; mari kita temui si adik; Ratu Kembang tiba; bertemulah mereka; semua dieluk-elukkan; selamat datang kalian bertiga.
  • 1282. Ketiganya menjawab terima kasih; berkata Ratu Kembang; Gajah Kayapu berkata; selamat datang; Ratu Kembang berkata; kepada semua kakaknya; saya hendak memberi kabar; saya punya jejaka; bernama Raden Kamasan; harus kakanda ajak.
  • 1283. Atau segera disongsong; diundang duduk di paseban luar; Gajah Kayapu suruh menyongsong; orang baru itu; kalau belum dipersilahkan; mungkin ia kecewa; Ratu Cina berkata; juga Munding Cina berkata; lalu Gajah Kayapu pergi; menuju paseban luar.
  • 1284. Wahai adik silahkan duduk; sekali gus kanda memenyampaikan selamat datang; selamat dan duduklah; baiklah kanda terima kasih; terhadap penerimaan kakanda; Raden Kamasan menyembah; ia sudah duduk; setata duduknya; bersama-sama Gajah Kayapu; sesudah demikian.
  • 1285. Lalu Rindu Wangsana berceritera; kepada kakaknya Munding Cina; hai kanda saya melihat; subang kakanda itu; kepunyaan Ratu Kembang; sangat bagus; lebih bagus dari asalnya; subang yang dahulu sangat sulit; sejumlah pandai emas telah mencoba memperbaikinya; tidak ada yang mampu.
  • 1286. Tetapi sekarang telah pulih kemebali; berkat Raden Kamasan itu; amat sangatlah indahnya; Munding Cina berkata; hai Rindu Wangsana; mana kepunyaanmu; sangku itu;  sudah sangat rusakkah; benarkah tidak dapat  diperbaiki lagi; oleh para pandai emas.
  • 1287. Semua yang mencoba memperbaikinya; semua tidak mampu; tak ada yang sanggup; jangankan makin bagus; malah jadi rusak sama sekali; ayuh ambillah; dayang pun segera; menyerahkan sangku itu; kepada Ratu Cina lalu berkata; Ratu Cina itu.
  • 1288. lni kepunyaan adikku; tak ad a yang sanggup memperbaiki; sangku ini telah rusak; bila malam digunakan untuk mandi; nanti kakanda minta; kepada Raden Kamasan; memperbaikinya; adikku Raden Kamasan; kemari kanda hendak memesan; memperbaiki sangku ini.
  • 1289. Sangku emas kepunyaan si upik; Rindu Wangsana dapat baik lagi; dipulihkan benar-benar; atau tidak sanggup; ini terimalah segera; segera Raden Kamasan; menerima sangku; lalu ditelitinya; rupanya diteliti Raden Kamasan; lalu di usap-usap.
  • 1290. Ketika Ratu Cina lengah; Munding Cina dan yang lain-lainnya; Raden Kamasan segera; mencabut jimatnya; mengambil tepung emas; dicampur dengan ludahnya; sebentar saja sangku itu; telah pulih sama sekali; rupanya lebih indah dari warna asalnya; segera diserahkannya.
  • 1291. Diserahkan  kepada Ratu Cina; diam bil lalu di perhatikan; rupa sangku itu; kagetlah hatinya; karena rupa sangku itu lebih indah; Ratu Cina berkata; kepada saudaranya; adik mari lihat; rupa sangku ini sudah lebih bagus; lebih indah dari asalnya.
  • 1292. Raden Kamasan benar-benar luar biasa; bukan orang sembarangan; bukan orang biasa; karena ia sangat sakti; Raden Kamasan itu luar biasa; sakti dan tinggi ilmunya; adapun Rindu Wangsana; sangatlah senang hatinya; karena sangku miliknya menjadi lebih indah; lalu (ingin) segera dipakainya.
  • 1293. Rindu Wangsana berkata; hai kakanda Ratu Kembang; dan kanda Payung Agung; mari kita pergi mandi; kita bertiga pergi ke sungai; Ratu Cina berkata; juga Munding Cina; hai dinda Rindu Wangsana; jangan pergi sebab sungai sedang banjir; ingat-ingatlah.
  • 1294. Tetapi Rindu Wangsana; memaksa pergi tak dapat dicegah; Rindu Wangsana berkata; hanya sekedar mandi; bukan kanda yang pergi ke sungai; ingin. berkecibung; berenang dan menyelam; menempuh lubuk yang dalam; ya bocah-bocah itu tak dapat dicegah; kemudian mereka pergi.
  • 1295. Para putri semua pergi; diiringkan dayang-dayangnya; berbondong di tepi sungai; lalu semua mencebur; berkecimpung dan berenang; sangatlah gembiranya; ramailah yang mandi se; bagian menggosok tangan; yang mandi merasa kedinginan; Ratu Kembang berkata.
  • 1296. Mari adik Rindu Wangsana; hai Payung Agung kita menyeberang; tunda yang menyeberang; tersebutlah; Raden Kamasan duduk; ada di paseban luar; lalu bertepekur; mengeluarkan kesaktiannya; menciptakan kepiting putih; (lalu berkata): turutlah seperintahku.
  • 1297. Hai kepiting capitlah segera; sangku milik Rindu Wangsana; kemudian keluarlah; kepiting itu; segera menyapit; sangku lalu dibawa; ke tengah lubuk; tersebutlah yang sedang mandi; Ratu Kembang dan Payung Agung berpakaian; demikian juga Rindu Wangsana.
  • 1298. Berkata Rindu Wangsana; upik mana sangku; bawalah segera; ya bendara; tadi sangku ada di sini; sangku itu sekarang hilang; entah ke mana; Rindu Wangsana melihat; ke utara timur selatan dan barat; tetap tidak terlihat.
  • 1299. Rindu Wangsana melihat; ke arah air lalu tampaklah; terapung-apung di tengah; lalu timbul-tenggelam; Rindu Wangsana menjerit; celaka sangku milikku; bagaimana akalnya; seperti ada yang membawa; setan air ayoh upik cepat; engkau yudakenaka (= pangkur).

LIV
  • 1300. Upik ayuh cepat ambil; harus cepat kalin mengejarnya; mungpung masih kelihatan; dayang-dayang menyembah; ya bendara kami sangat takut; sebab banyak setan air; Rindu Wangsana menangis.
  • 1301. Berguling-guling di tanah; gegerlah para pembantunya; kedengaran oleh kakaknya; Ratu Cina dan Munding Cina; ada apa ribut di sungai; Ratu Cina berkata; menyuruh Munding Cina melihat.
  • 1302. Cepat lihat adik kita;  sedang mandi terdengar menjerit; Munding Cina segera datang; tiba di sungai melihat; adiknya Rindu Wangsana menangis keras; bergelimpangan di tanah; Munding Cina bertanya.
  • 1303. Hai adik Rindu Wangsana; mengapa menangis bergulingan di tanah; Ratu Kembang menjawab; ya si adik ini; celaka karena sangku kepunyaannya; hilang masuk ke dalam air; terapung tengah sungai.
  • 1304. Munding Cina lalu berkata; suaa~;1idik jangan menangis; sekeras itu; tentang sangku itu; tak kan urung dapat ku ambil kembali; lalu Munding Cina mencebur; segera mengamil sangku.
  • 1305. Mengambang di tengah air; lalu dipegang sangku itu ditariknya; tetapi sangku itu kokoh;  karena ada yang membawa; saling menarik dari atas dan dari bawah; tarik-menarik; dicapit kepiting putih.
  • 1306. Munding Cina keluar; sangku itu dilepaskannya; sudah tidak kuat aku; bersiaplah Ratu Cina; hai adik Munding Cina cepat kembali; kembali ke tepian; Ratu Cina lalu mencebur.
  • 1307. Coba aku yang bertindak; tentu sangku akan segera didapat; tentu akan terbawa; setelah mencebur; dipegangnya lalu d itarik semakin kokoh; ditarik dari bawah; oleh ke piting putih.
  • 1308. Ratu Cina tidak tahan; telah  kehabisan tenaga; sangku segera dilepaskannya; kembali ke tepian; ditariknya sungguh sulit dan makin kokoh; menyebut tobat-tobat; sam bil terbelalak.
  • 1309. Sangku itu entah mengapa; sekarang Rindu Wangsana berkata; kepada gajah Kayapu; membujuk-bujuk dia; hai bakal suamiku tolonglah saya; sediakah tuan memberi tanda; ambilkan sangku saya itu.
  • 1340. Kalau sampai terbawa; diserahkan kepada dinda nanti; nanti sore kita kawin; kawin dengan kanda; berkatalah Gajah Kayapu; hai Nyi Rindu Wangsana; tak seberapa sukarnya.
  • 1341. Tentu akan dapat kubawa; ke darat jangan berkecil hati; Rindu Wangsana itu; yang menghalangi kakanda; lalu mence bur ke tengah lubuk; ketika tiba di tengah; dipeganglah sangu itu dan di tarik nya.
  • 1342. Ditarik lagi dari bawah; ternyata kepiting putih lebih kuat; kalah Gajah Kayapu; habis tenaganya; segera Gajah Kayapu pulang ke tepi; mohon maaf tidak sanggup; sungguh kakanda tidak sanggup.
  • l343. Ratu Cina berkata; kepada Lengser engkau segera pergi; aku suruh engkau mengundang kepada Raden Kamasan; ya baiklah si Lengser lompat dan tiba; berkata kepada Raden Kamasan; tuan diundang segera.
  • 1344. Segera Raden Kemasan; sampai di pinggir sungai; Ratu Cina berkata; hai adikku Raden Kamasan; kanda mengundang segera; kanda hendak meminta tolong; ambilkan sangku si adik.
  • 1345. Bila berhasil dibawa; diserahkan kepada si adik; entah bagaimana rasa terima kasihku; menjawab Raden Kamasan; terima kasih kakanda bila demikian; baiklah ta pi sekali-kali tidak saya berjanji; hanya minta diri hendak mencobanya.
  • 1346. Barangkali ada berkat kakanda; barangkali ada pertolongan dewata; kemudian lalu turun; berjalan di atas air; lalu dipeganglah sangku itu; hai kepiting sudahlah engkau; mengadakan sayembara.
  • 1347. Aku minta sangku ini segera; lalu capit kepiting itu terbuka; kepiting dapat bicara; ya baiklah tuanku; lalu dibawa oleh Raden Kamasan sangkH itu; semua tercengang; bingung semua melihatnya.
  • 1348. Lalu Raden Kamasan; menyerahkan sangku itu; kepada Ratu Cina; kakanda inilah; menyembahlah Ratu Cina menyampaikan terima kasih; lalu diberikannya; kepada adiknya.
  • 1349. Rindu Wangsana menyembah; menerima sangkunya; sangat senanglah hatinya; wahai emak adik kemana; sangkunya diambil diusap-usap; sesudahnya demikian; pulanglah semua mereka itu.
  • 1350. Kemudian mereka tiba; di pakuwon dan Ratu Cina berkata; kepada Gajah Kayapu; hai kawanku; adik bakal iparku bagaimana; kalau sudah seperti ini; sekarang keinginan adik.
  • 1351. Kanda ingin tahu; menjawablah segera Gajah Kayapu; ya  kakanda terima kasih; hendak menanyakan; isi ha ti adinda ini; tidak menjadi apa bagi adinda; berniat mengabdi sekarang.
  • 1352. Kepada si adik; Raden Marg alaya itu; Ratu Cina berkata; nah adik sekarang; kanda menjadi  sa ksi dan menyampaikan teirma kasih; Ratu Cina mengundang; kepada Ratu  Kem bang.
  • 1353. Hai Ratu Kembang kemari; duduklah di sisi kakanda cepat; Ratu Kembang segera; menghadap kakaknya; Ratu Cina lalu berkata; kepada sang adik; Raden Guru Gantangan.
  • 1354. Kanda akan menyerahkan; adik kanda yang bernama Ratu Kembang; memang banyak kekurangannya; tak dapat diajar; sesuka sirih pinang kapur; dari seberang; batasnya garam dan terasi.
  • 1355. Kandalah jadi tambahnya; lalu Raden Margalaya menyembali; ya terima kasih kakanda; tak ada cacat-celanya, maklumlah putera bupati tulen; cantiknya bukan main; molek muda dan semampai.

LV
  • 1356. Munding Cina berkata; kepada sang adik; hai Raden Margalaya; kanda hendak menyerahkan; menghaturkan adik; Rindu Wangsana ini; hanya lumayan; untuk pembantu bila banyak pekerjaan; atau untuk jadi tukang masak.
  • 1357. Masak jantung dipindang; bikin wajit pakai terasi; memepes daging pakai gula; dingin tangannya untuk mendekap; baikin benang sambil mengantuk; badan dipenuhi kapuk; terimalah segera; bila masih belum cukup; diri kandalah tambahnya.
  • 1358. Terima kasih kakanda; tidak ada cacatnya; karena puteri raja; rupa orang negeri; tak ada kekurangannya; bahkan terima kasih tidak terhingga; lalu Lembu Kayapu; menyerahkan adiknya diserahkan kepada Raden Margalaya.
  • 1359. Wahai Raden Margalaya; kanda menyerahkan adik; yang bernama Payung Agung; banyak sekali kekurangannya; senangilah segera; bila belum memenuhi; kanda inilah tambahnya; tidak kanda sama sekali tak ada celanya.
  • 1360. Maklumlah tanggul negara; karena puteri pembesar; terima kasih kakanda; pemberian kakanda ini; setelah demikian; Ratu Cina berkata; kepada sang adik; Raden Margalaya; silahkan adinda duduk dekat-dekat.
  • 1361. Dudukilah kursi gading; diapit kiri-kanannya; sebelah kanan Ratu Cina; Munding Cina di sebelah kiri; yang di hadapan kursi; ken Lembu Kayapu; segera didudukinya; naik di kursi gading; wanita yang tiga jadi bersatu.
  • 1362. Satrianya hanya seorang; wanitanya ada tiga; karena bukan yang lain; segera bereskan tempat; ke tiga-tiganya sama; karena nanti datang; Raden Margalaya; malam nanti tentu tidur; di dalam rumah ada pun kakanda ini.
  • 1363. Tentu akan keluar; bersama Munding Cina; ketiga Gajah Kayapu; semua akan keluar; menjaga  paseban; bertiga per-misi perig; Ratu Cina menyembah; kepada Margala; silahkan adinda masuk ke rumah.
  • 1364. Perwakalih berkata;  hai sang Ratu Cina; mengapa bendera kami; hanya beliau yang masuk; disuruh cepat masuk; kami ini tidur di mana; berkata Ratu Cina; ada pun Pak Tua ini; sekarang tidur saja di dapurnya.
  • 1365. Kidang Pananjung berkata; ulukutan katanya; kak t ua m1; pantasnya memang ikut tidur; ingin tidur bersama; gudabik hong jawabnya; Gelap Nyawang berkata; biarlah jangan didengar; orang tua senang main-main saja.
  • 1366. Raden Margalaya berkata; hai  kakang Perwakalih; gerah amat rasanya; mari kita ke sungai; menjawab Perwakalih; baiklah katanya; Raden Margalaya; turun dari kursi gading; kemudian pergilah keluar.
  • 1367. Diiringkan pengasuhnya; ketika  tiba di sungai; lalu melihat ikan; dua ekor ikan tambra; lalu berkata; Raden Margalaya; hai kakang Perwakalih; lihatlah ikan tambra itu; ikan kembar bersisik emas gemi!ang.
  • 1368. Ayuh kakang pinjam jala; dari situ Perwakalih; pulang ke pakuwon lalu berkata; berseru dari latar; Mas Ratu Kembang sekarang; disuruh memm1am rungkup; berkata Ratu Kembang; bagaimana rupa rungkup itu; di sini tidak ada rungkup.
  • 1369. Barangkali semacam jala; la memang jala maksudnya; kata Perwakalih; Perwakalih segera menerimanya; lalu diserahkan; kepada Raden Margalaya; dicarinya tambra itu; sudah hilang kedua-duanya; termanggulah Raden Margalaya.
  • 1370. Duduk di atas batu; jala juga di atas jala; Raden Margalaya berkata; kakang Perwakalih kemari; dekat-dekatlah kepada-ku; juga Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung; Raden Margalaya; lalu berkata; beginilah kakang maksud saya sekarang.
  • 1371. Kakang mari kita kabur; tetapi nanti; barang kali ada yang memergoki; kelakuan kita ini; menanyakan nama saya; katakanlah saya ini; Raden Gambuh Margalaya; main topeng tujuanku; menjawab Perwakalih lo mengapa.
  • 1372. Sedang menjadi pengantin baru; ingin kabur dari sini; apa sebabnya ini; kasihan amat yang ditinggalkan; Nyi Ratu Kembang; Rindu Wangsana dan Payung Agung; orang cantik mencari-nya; tertegun-tegun ketiganya; lehernya akan sakit bekas melihat mencari.
  • 1373. Datang melihat kemari; mereka sedang memasak; kita makan seperti yang baru sembuh; kita makan banyak-banyak; tidak karuan jadinya; Raden Gambuh berkata; mengapa aku ini kakang; ingin kabur dari sini; kalau anda belum tahu alasannya.
  • 1374. Aku tak mau terjamah; oleh wanita sekarang ini; bila belum berjodoh; dengan Ratnan Inten dulu; mengapa aku jauhi; supaya tidak bertemu; berjodoh wanita lain; oh begitu ujar Perwakalih; bila demikian saya setuju.
  • 1375. Semua berjalan pergi; dari sana Perwakalih; Raden Gambuh Margalaya; berangkat dengan kawan-kawannya; tu nda dulu tentang raden; tersebutlah Nusa Bali; negaranya besar; kemakmurannya merata; mukti wibawa dan kaya.
  • 1376. Yang mempunyai negara; ialah Pangeran Gajah; Gumeter lanjutannya; mempunyai saudara wanita; termashur ke mana-mana; kepada negara tetangganya; tetangga negeri lain;  juga di dalam negara; kecantikannya sebanding dengan dewata.

LVI
  • 1377. Adapun nama wanita itu; Girang Wayang awalnya; Haras Kembang nama tengahnya; Sakean Panatabumi nama akhir-nya; punya saudara sepupu; tinggal dalam satn pakuwon.
  • 1378. Namanya Kidang Andaru; Panji Walungan Sari; mempunyai saudara wanita; Mayang Karuna namanya; tunda Nusa Bali itu; tersebutlah para penggawa.
  • 1379. Penggawa sedang berkumpul; mereka semua terbang; berdiam di atas mega;  ada pun tujuannya; hendak mengikuti sayembara; kepada puteri Nusa Bali.
  • 1380. Sang puteri sangat termashur; di seluruh kolong langit; terkenal di dunia laki-laki;  menjadi bunga mimpi para bupati; namanya Girang Wayang; Haras Kembang nama tengahnya.
  • 1381. Ada lagi namanya; Saken Panatabumi; itulah yang di-harapkannya; semua ingin memperisterinya; sangat banyak yang menginginkannya; para penggawa yang gagah-gagah.
  • 1382. Telah kumpul semuanya; berkerumun di atas mega; adapun yang mengharapkannya;  tersebutlah satu-satu; nama para penggawa; Holang ngambang paling dulu.
  • 1383. Jalak Mamprang yang  kedua; kemudian Banyak Pate-gang; Kuntul Wulung yang keempat; Gagak Wulung yang kelima; kemudian Dipati Mraja Honengan; ketujuh Andur Manggala.
  • 1384. Tejalarang yang kedelapan; Tejamentrang kesembilan; kesepuluh Teja Buana; kesebelas Teja Bumbang; kedua belas Gajah Maluwuh; dan Panji Walungan Sari.
  • 1385. Kemudian Gajah Mangkurat; lalu Demang Kahiangan; lebih dari sekelompok gajah; kelakuan para penggawa; IIolang Ngambang berkata; upik adikku  ke mari.
  • 1386. Girang Wayang marilah manis; kanda pangku sambil diusap pipimu; ia memangku telapak tangannya sendiri; penggawa lain berkata; sudah berkata seorang; semua memanggil Girang Wayangku.
  • 1387. Gemuruh perkataannya; adikku cepat kemari; Girang Wayang jangan jauh; kanda amatl ah rindu; tunda penggawa yang kumpul; berada di atas mega.
  • 1388. Tersebutlah Nusa Siem; tanahnya rata; sangat makmur; adapun yang punya negara; namanya Ken Badak Cina; mem-punyai saudara wanita.
  • 1389. Adapun namanya; Nyi Kastorilarang; dengan saudara sepupu; tinggal sepakuwon; bernama Munding Tandegan; ia bersaudara wanita.
  • 1390. Sangat cantik rupanya; bernama Kastoriwangi; sedang asik bercakap-cakap; di dalam pakuwonnya; Badak Cina ber-kata; kepada adiknya.
  • 1391. Hai adikku bagus;  Munding Tandegan sekarang; negara sedang sangat makmurnya; serba jadi yang ditanam; serba murah yang dibeli; rakyat kecil bersuka hati.
  • 1392. Banyak jumlah penduduknya; sudah ada sepuluh. ribu; tapi kanda belum puas tidak rasa hati; bahkan besar harapan; marilah dinda kita bertapa.
  • 1393. Kita bertapa di atas; di atas langit; di sudut matahari; Munding Tandegan menjawab; kanda hendak bertapa; apa yang diinginkan.
  • 1394. Dinda bertanya begitu; keinginan kanda; hendaknya kedatangan; seorang satria sakti; hendak mengabdi kepadanya; mengabdi tanpa dibeli.
  • 1395. Untuk paku peneguh negara; dijadikan tonggakbesi; untuk penyangga selamanya; berwenang kehendaknya (tali dom = benang, wenang); setelah satria tiba; puter raja yang luar biasa.
  • 1396. Keinginan kanda hanya sekian; Munding Tandegan menjawab; dinda mengikuti kanda; Badak Cina berkata; hai dinda Kastorilarang; dan Kastoriwangi.
  • 1397. Baik-baiklah kalian tinggal; kanda hendak bertapa; di sudut matahari; berada di puncak langit; Kastorilarang menjawab; dan Kastoriwangi.
  • 1398. Baiklah kakanda; tetapi saya ingin tahu; apakah yang diinginkan; apakah kanda merindukan ilmu; karena menurut hematku; negara ini sekarang.
  • 1399. Seperti Siem makmumya; itu sesama bupati; mukti dan berwibawa; dan paling besar paling luas; Badak Cina berkata; tentang hal itu.
  • 1400. Memang suda jelas; tinggal satu hal lagi; belum terlaksana kanda; punya kehendak dahulu; punya ipar yang satria; satria putera raja.
  • 1401. Hanya itu keinginanku; kalau sudah terlaksana; baru tenteramlah hatiku; Badak Cina berkata lagi;  Lengser engkau tunggul; tempat duduk kursi gading.
  • 1402. Kedua tempat duduk ini; tungguilah baik-baik; bila ada yang mengancam; ada yang menakut-nakuti; datang tanpa minta izin; jangan ditanggap cakapnya.
  • 1403. Tangkap dan ringkus sajalah; lalu beloklah kakinya; Lengser menerima titah; Badak Cina berkata;  kepada Kastorila-rang; dan Kastoriwangi.
  • 1404. Upik pergilah kau tidur; kanda akan berangkat sekarang; dan Munding Tandegan; Kastorilarang berkata; Kastoriwangi menyembah; mundurlah kakanda pergi.

LVII
  • 1405. Badak Cina segera berangkat; mengentak tanah; megarungi angkasa; melaju ke udara; menempuh awang-awang; terbanglah dia; menuju pertapaan.
  • 1406. Tibalah di pojok matahari; sudah tiba di sana; lalu duduklah; keduanya bertapa; tunda yang sedang bertapa; kita sebut lagi; negara Nusa Bali.
  • 1407. Ada wanita yang termashur sebuana;sangatlah cantiknya; lebih dari orang lain; hampir melebihi dewata; mustika Nusa Bali; sangat rupawan; Girang Wayang namanya.
  • 1408. Ada lagi wanita sepupunya; ada pun namanya; Mas Mayang Karuna; baik tabiatnya; banyaklah yang jahat; para peng-gawa; banyak yang mengharapkan.
  • 1409. Bahkan sekarang telah lengkap di angkasa; mereka meghendaki; Girang Wayang; penggawa empat belas; tersebut-lah Girang Wayang; sedang menenun; di balai kencana indah.
  • 1410. Berkatalah Girang Wayang; kepada adiknya; hai Mayang Karuna; aku merasa sangat gerah; ingin pergi ke sungai; sebentar saja; Mayang Karuna menjawab.
  • 1411. Nanti kanda saya memberitahu dahulu; kepada kanda Gajah Gumeter; juga kepada kakanda; Kidang Andaru; sebab di sini; harus ada; yang menjaga.
  • 1412. Para dayang yang harus menunggu; Mayang Karuna segera; masuk ke dalam pura; kemudian Girang Wayang; keluar dari pintu; segera berangkat; lalu tiba di sungai.
  • 1413. Segera terlihat dari angkasa; Cepat sekali  Holang Ngambang; menyambar Girang Wayang;  segera terbang lagi; ia membungkus bawaannya; para penggawa; sangatlah irinya.
  • 1414. Kemudian para penggawa menyerang; semua menyambar berani; penggawa semua; menerjang Holang Ngambang; dapat direbutnya; Girang Wayang; lemaslah badannya.
  • 1415. Seperti kain terkena air; lalu direbut lagi; oleh Jalak Mamprang; Jalak Mamprang terebut; Banyak Pategang merebut; di renggut segera; lalu terebut lagi. 1416. Kuntul Wulung merebut Banyak Pategang; direnggut kainnya; lalu Gagak Wulung; menerjang menubruk; Gajah Manglawu merebut; dirampas segera; terenggut rampasannya.
  • 1417. Maka direbut lagi lalu saling rebutan; Panji Walungan sari; lalu menerjang; Gajah Manglawu ditabrak; Gajah Mangkurat menarik; Ken Teja Bumbang; bersamaan merebut lagi.
  • 1418. Tejalarang dan Teja Mentrang merebut; saling rebut dengan berani; makin tinggi mereka; sampai di antariksa; menero-bos makin  tinggi; lalu menerjang; yang sedang bertapa.
  • 1419. Badak Cina yang sedang bertapa; dengan adiknya; Ken Munding Tandegan; terkena orang yang perang; direbutnya puteri itu; Mas Girang Wayang; Badak Cina berkata.
  • 1420. Hai mengapa tidak tahu aturan engkau keparat; menerjang aku ini; aku sedang bertapa; dengan adikku; masa tidak terlihat; buta semua; matamu tidak melihat.
  • 1421. Berkelahi di tempat aku bertapa; Gajah Mangkurat berkata; mana ada orang di sini; dan tidak kelihatan; Barlak Cina melihat; diperhatikannya; apa yang dijadikan rebutan.
  • 1422. Telah maklum apa yang diperebutkan; ternyata wa-nita; raden memberi kerdipan; mari Munding Tandegan; jangan dilihatkan saja; lalu menerjang; kedua pembesar itu.
  • 1423. Direbutlah dari Gajah Mangkurat; lalu dilarikan; Munding Tandegan; meluncur di angkasa; tibalah di tanah; keduanya; Kastorilarang kemari.
  • 1424. Barlak Cina Munding Tandegan berkata; Kastorilarang; dan Kastoriwangi; keduanya bertanya; kakaknya menyuruh meng-gelar tikar; mereka menjawab; wahai kanda berdua.
  • 1425. Mengapa saya disuruh menggelar tikar; kan ada kursi gading; tempat duduk kakanda; kedua kursi itu; cepat hamparkan-lah tikar; tikar yang indah; kata kedua kakaknya.
  • 1426. Segera diturutnya lantai dihampari; di paseban puri; bungkus rampasan; oleh Munding Tandegan; lalu dikeluarkan; puteri rupawan; Girang Wayang keluar.
  • 1427. Maka terkejutlah kedua puteri itu; keluar seorang puteri; Kastorilarang;  dan Kastoriwangi; tertegun hatinya; molek rupanya; seperti bulan purnama.
  • 1428. Bagaimana tadi kanda pergi bertapa; temyata tidak sungguh-sungguh; apakah kena rindu; di sudut matahari; naik ke angkasa; mengharap-harap; kedatangan orang baik.
  • 1429. Kedatangan satria putera raja; kelak di belakang hari; tetapi lalu mencuri; puteri dari mana; keras ia meratap; memanggil kakaknya; Gajah Gumeter tuanku.
  • 1430. Dan kanda Kidang Andaru cepatlah susul; aku ada di angkasa; ada di awang-awang; masa kanda sampai hati; punya saudara wanita; sedang dinista; di tengah angkasa.
  • 1431. Mengapa kanda berdua tidak menyusul; Munding Tandegan berkata; dan Barlak Cina; diamlah adik; sudah adik jangan menangis; adikku Girang Wayang.
  • 1432. Kanda ini merebutmu Girang Wayang; bukan untuk peribadi; kanda sedang bertapa; ingin kedatangan; satria putera raja; untuk mengabdi; lalu menyampaikan bakti.
  • 1433. Kalau dikabul permohonan  kanda oleh dewa; tak ada yang dapat dibaktikan; kecuali negara ini; bahkan sekarang; kanda serahkan negara ini; kepada Girang Wayang; itulah singkatnya,
  • 1434. Menyerahkan negara beserta isi nya; sepuluh ribu rakyatnya; hai adikku; dinda Kastorilarang; dan Kastoriwangi; lekas kemari; kanda akan menyuruh.
  • 1435. Cepat bawa kandamu Girang Wayang; masuk ke dalam puri; ke pedaleman; berilah tempt tidur; baiklah kanda saya terima; perintah kanda; sangat manis jawabnya,

LVIII
  • 1436. Nyi Mas Girang Wayang pergi; diiringkan oleh Kastorilawang; Kastoriwangi di belakangnya; kemudian mereka tiba; pedaleman telah diserahkan; tempat tidurnya; Girang Wayang duduk; dengan Kastorilarang; bertiga dengan Kastoriwangi berdekatan; orang Siem bersuka-suka.
  • 1437. Tersebutlah yang bersuka-ria; tersebutlah Raden Margalaya; Perwakalih dan kawan-kawannya; telah jauh perjalanan-nya; dari Nusa Cina; kemudian mereka tiba; ke pinggir pantainya; berhenti di pantai; melihat perahu terapung sedang menepi; Raden Garn buh berkata.
  • 1438. Kang Perwakalih ke sini; coba kakang tanyakan; perahu itu datang dari mana; barang kali kita boleh turut; mari kita menumpang; karena juragan perahu itu; mengira kita akan menumpang; dalam kapal juragan itu berkata; kepada kawan-kawannya.
  • 1439. Hai kawan itu suara apa; tidak karuan ucapannya; demikian juga yang berkatanya; mungkin setan bercampur-baur; Raden Gambuh berkata; karena tabiat kakang; berkata asal bunyi; selamanya bergurau; coba akan kutanya sebenarnya; lalu Raden Margalaya.
  • 1440. Raden Gambuh lalu menghampiri; ke pinggir perahu itu;  hai kiai aku bertanya; kepada orang bagus; perahu ini dari mana; pelabuhannya di sana; sahbandar berkata; saya orang Bali; sekarang singgah dahulu di Nusa Cina; sebentar saja lalu segera berangkat.
  • 1441. Akan menuju Nusa Bali; ada pun nama saya; saya Nakhoda katanya; yang kedua ini sabandar; sebaliknya saya juga ingin tahu; terhadap anda; dari mana asalnya; dan siapakah nama anda; dan hendak pergi ke negara mana; apakah yang dicari.
  • 1442. Raden Gambuh berkata; ada pun saya ini; berasal dari Sawah Tunggilis; nama saya; kata yang memberi nama; Raden Margalaya; keliling main topeng; hendak ke Nusa Bali; sekarang hendak meninggalkan Nusa Cina; saya akan berbicara.
  • 1443 . Kalau kebetulan anda berlega hati; saya ingin menumpang kapal ini; hendak pergi ke Nusa Bali; nakhoda berkata; baikla h kalau hendak pergi; wah kata sahbandar; silahkan naik; segera Raden Margalaya; naik ke perahu bersama Perwakalih; Pananjung dan Gelap Nyawang.
  • 1444. Nakhoda dengan sahbandar; menatap kepada sang raden; Margalaya perawakannya; sabandar berkata; kepada nakhoda: menurut penglihatanku; Raden Gambuh itu; bukan orang sembarangan; coba kak nakhoda lihatlah dia; satria bagai rembulan.
  • l445. Tempat duduk Raden Gambuh; di salimar gading: supaya tidak tersentuh atau tersenggol; oleh kawan-kawan kita: hai kawan marilah berangkat; segera bersama kawan-kawannya, awak perahu; membongkar sauh; kelatnya sudah ditarik; segera layar dibuka.
  • 1446. Kemudian bedil dibunyikan; kalantaka kepunyaan nakhoda; hendak pam itan; bu lat benar suaranya; lalu berlayarlah: perahu tertiup ke tengah; gunung sudah tidak tampak; tanjung di Bali terlihat; samar-samar sekepal kelihatannya; telah hilang daratan (Nusa Cina).
  • 1447. Raden Gambuh bertanya; kepada nakhoda; tanjungan mana yang kelihatan; tampak sebesar kepalan; nakhoda berkata; itu Nusa Bali; luas tanahnya; penduduknya sepuluh ribu; adapun nama yang mempunyai negara; Gajah Gumeter.
  • 1448. Dan adiknya Kidang Andaru; tetapi sedang kesusahan; saudara wanitanya hilang; adapun namanya; yang hilang itu Gi-rang Wayang; cantik seperti seorang dewi; dicuri orang besar; penggawa dari awang-awang; tidak diketahui pencurinya; Raden Gambuh berkata.
  • 1449. Bagaimana Nusa Bali itu; di situ kan tidak hanyak; aturan-aturannya; nakhoda berkata; banyak peraturannya; bila nan ti raden; Margalaya; ingin masuk ke pakuwonnya; harus menggunakan tata krama lalu raden menjawab; ya sudah barang tentu.
  • 1450. Tentang hal itu; banyak sekali negara lain; begitu juga adatnya; bila nanti telah tiba; di daratan saya mengharap; kerelaan tuan; cara-caranya itu; menghadap ke negara; sampai ke paseban luar; baiklah raden.
  • 1451. Kemudian kapal itu datang; ke muara Nusa Bali; Raden Gambuh berkata; mari ki nakhoda pergi; keenakan berhenti nanti; segera menyeberang ke darat; nakhoda berkata; baiklah raden; nakhoda kemudian berangkat dahulu; bersama Raden Margalaya.
  • 1452. Yang mengiring Perwakalih; Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung; sudah berangkat dengan kawan-kawannya; sambil kerepotan; membawa perkakas gambuh; gong kenong gender gendang; saron dan ketuk; kemudian mereka tiba; di paseban terlihat oleh Kidang Andaru; nakhoda duduk menyembah.
  • 1453. Orang Nusa Bali semua tertarik; melihat tetamu itu; orang dari mana asalnya; rupanya sangat   bagus; merasa senang orang senegara; semua menonton muda dan tua; laki dan wanita melihat; kepada Raden Margalaya yang tiba; bersama nakhoda.
  • 1454. Kyan Kidang Andaru melihat; bertanya kepada nakhoda; mau apa engkau kemari; nakhoda berkata; saya in gin menghadapkan; gambuh ini; hendak main topeng; barangkali saja tuanku; berkenan menanggap gambuh ini; Kidang Andaru berkata.
  • 1455. Belum tentu menanggap; karena adikku Girang Wayang; yang sangat menyukainya; sekarang sedang tidak ada; coba aku ingin melihat; rupa gambuh itu; Kidang Andaru; lalu melihat; gambuh ini rupawan benar; rindu yang melihatnya.

LIX
  • 1456. Gambuh itu sangat tampan; cantiknya luar biasa; tentu luar biasa kemahirannya; cobalah siapkan; persiapan telah selesai; maka berkatalah gambuh itu; bendera kami sudah siap.
  • 1457. Kidang Andaru berkata; ayuh cepatlah menari; segera Raden Gambuh; mengetatkan dodotnya; menyandang keris; kndilannya emas tua; berta bur intan.
  • 1458. Perawakannya kuning; muka seperti ulasan durian;
  • 1459. Pundak sedatar imbangan; betis bagai pudak kuncup; Langan seperti busur patah; terisi semua sifat; sifat keutamaan; jari  panjang bagai bunga bakung; menggeletar tariannya.
  • 1460. Seperti wayang pada kelir; tersenyum sambil melirik; seperti madu menetes; menetes jatuh di gula; geger semua penonton; mahir henar gambuh ini; rupanya pun sangat tampan.
  • 1461. Sikapnya tak membosankan; Kidang Andaru berkata; kemari hai upik; coba si upik Mayang Karuna; cepat undang kemari; harangkali ingin melihat gambuh; tersebutlah Mayang Karuna.
  • 1462. Sangat rusak badannya; perut rapat ke sampingnya; tidak makan tidak tidur; juga tidak mau minum; ia sedang tergila-gila kehilangan kakaknya; oleh ratu Girang Wayang.
  • 1463. Kemudian ulusan tiba; dayang berkata; hamba diutus sekarang; oleh kanda paduka; tuanku diundang;  barangkali akan menonton gambuh; gambuh baru di peseban.
  • 1464. Bila bendara ingin menonton; tentu bersedia pindah; topeng sangat rupawan; berkata Mayang Karuna; upik pulanglah segera; sampaikanlah sembahku; kepada kedua kakakku.
  • 1465. Gajah Gumeter segera; berdua Kidang Andaru; bila khawatir akan keadaanku sekarang; suruh lah topeng itu; dat ang di pedaleman; akan kutonton gambuh itu; jawab suruhan baiklah.
  • 1466. Dayang itu segera permisi; segera ia keluar; lalu menyembah; Kidang Andaru berkata; mana Mayang Karuna; dayang menjawab; ya adik tuanku.
  • 1467. Ada permohonannya; sekiranya boleh barang sebentar; tentang topeng itu; serta ada kekhawatiran tuanku; terhadap adik tuanku; suruh masuk gambuh itu; hamba disuruh berkabar.
  • 1468. Itulah kata adik tuanku; Gajah Gumeter berkata; dan Kidang Andaru; aku sedang putus asa; karena gambuh ini; rupanya sangat tampan; dan si upik juga cantik.
  • 1469. Tetapi walaupun begitu; sampaikanlah perkataanku; kepada si upik; aku beri janji sebentar; kalau si upik hendak menonton; gambuh itu; janganlah lewat tengah hari.
  • 1470. Bila lewat waktu tabuh d ibunyikan; jangan menyebut aku tega; lekas bawa ke dalam; hai gambuh pergilah; diantarkan dayang ini; tetapi jangan sampai lewat waktu tabuh; katakan kepada Mayang Karuna.
  • 1471. Dayang menjawab baiklah; segera ia pergi; ketika sampai ia berkata; kepada bendaranya; titah dari kakak tuanku; tentang gambuh itu; jangan lewat tengah hari.
  • 1472. Raden Gambuh lalu minta diri; segera mereka pergi; berangkat bersama kawan-kawannya; Perwakalih Gelap Nyawang; juga Kidang Pananjung; semua masuk ke pedaleman; Mayang Karuna melihat.
  • 1473. Setelah ia melihat; terkejutlah ia; Raden Gambuh sangat rupawan; bila diibaratkan wayang; ia jelas Arjuna; karena luar biasa tampannya; orang seluruh negara merasa senang menontonnya.
  • 1474. Mayang Karuna bertanya; maafkan saya Mas Gambuh; saya ingin tahu; tentang diri anda; dari negara mana; dan siapakah nama anda; negara mana yang dituju.
  • 1475. Dan apa yang anda cari; hanya mengamen sajakah; maka anda datang ke sini; ya terima kasih Nyi Mas; karena di-tanya; saya jelaskan sekarang; tentang keadaan saya.
  • 1476. Saya ini memang gambuh; gambuh dari Nusa Cina; mencari apa adanya; mengharap sedikit uang; sekedar pembeli pangan; Mayang Karuna berkata; saya tidak percaya.
  • 1477. Dalam musim susah begini; seharusnya tidak mengamen; biasanya tidak ada yang main topeng; Raden Margalaya berkata; bila dipaksa ditanya; keadaan sesungguhnya; adapun nama saya ini.
  • 1478. Kata yang memberi nama; Raden Gambuh Margalaya; orang pesawahan; Sawah Tunggilis namanya; Mayang Karuna menjawab; Sawah Tunggilis itu; sawah di negara mana.
  • 1479. Raden Gambuh berkata; saya tidak tahu; tetapi bila harus diterangkan; tanya saja kakang tu a; May ang Karuna ber-kata; bapak tua di mana adanya; Sawah Tunggilis  itu.
  • 1480. Tidak tahu sawah itu;  Perwakalih berkata; letak tunggilis itu; tespong bergulung berkepang (berjalin); selapihnya melilit-lilit; berjajar-jajar pohonnya; yaitu daun paku (pakis).
  • 1481. Mayang Karuna berkata; kalau begitu bapak tentu Pakuan; bapak dipercaya perkataannya; Mayang  Karuna berkata; kalau memang dekat; ke Pajajaran; saya akan menanyakan bibiku.
  • 1482. Menanyakan bibi saya; yang bernama Kentring Manik; ia menikah dengan sang prabu; Prabu Siliwangi; yang memerintah Pajajaran; ia mempunyai putera; laki-laki hanya seorang.
  • 1483. Adapun namanya; ia itu Guru Gantangan; tahukah bapak tua; ya memang saya tahu; tentu sudah besar dia; bagaimana besarnya dengan Raden Gambuh; Perwakalih menjawab.
  • 1484. Memang sama besarnya; sekarang sudah dewasa; kuningnya juga sama; tidak ada bedanya; tak ada selisih seujung jari; sama juga bagusnya; bahkan sama menariknya.

LX
  • 1485. Mayang Kamna berkata; bapak tentu inilah orangnya; Raden Gambuh menjawab; saya tidak tahu; barangkali benar bila dianggap pantas; segera Mayang Kamna; maju mendekati.
  • 1486. Mayang Karuna terharu; maka ratapnya ini ternyata adikku; sudah besar adikku ini; Raden Guru Gantangan; selamat datang adikku; wahai dayang segeralah; siapkan jamuan.
  • 1487. Sediakan makanan yang banyak; nasi dan ikan yang baik; bila kalian tidak tahu; dia saudaraku; namanya Raden Gambuh; asal dari Pajajaran; putera Prabu Siliwangi.
  • 1488. Di dalam pakuwon bercakap-cakap; kemudian terdengarlah tabuh bertalu-talu; gamelan tidak terdengar; gamelan topeng; merahlah wajah Kidang Andaru; tak ketinggalan adatnya; sabarnya hanya sekulit bawang. 1489. Kidang Andaru penaik darah; meluaplah marahnya; dipilinlah kumisnya; mata merah seperti berdarah; berkata kepada kakaknya; kanda Gajah Gumeter aku sekarang; permisi hendak membunuh.
  • 1490. Membunuh gambuh itu; berkatalah Gajah Gumeter segera; adik jangan terburu napsu; nanti menyesal; amarah itu menyesatkan pada akhirnya; akibatnya akan mendapat susah; adik sabarlah dahulu.
  • 1491. Sadarlah adinda; karena sekarang si upik sedang bersenang-senang; Girang Wayang; entah mati entah hidup; tak terbayangkan lagi kesusahan kita; kalau harus ditambah; dengan Mayang Karuna.
  • 1492. Bagaimana perasaan kita; Gajah Gumeter  mencegah sampai-sampai menangis; tak dapat dicegah;  Kidang Andaru me-maksa;  menggenggam tombak di tangan kiri; t   angan kanan meng-hunus  pedang; segera masuk ke dalam puri.
  • 1493. Kidang Andaru menantang; h ai gambuh engkau sudah bosan hid up; tak mendengar perkataanku;  engkau gila ke parat rumahku kau gunakan tempat tinggal; Mayang Karuna berkata kepadanya; kanda tunggulah sebentar.
  • 1494. Saya akan bertutur; gambuh mini angan dimarahi; ia saudara saya; berkata kepada saya; tak tertahan Kidang Andaru menumbak bengis; Raden Gambuh lalu mati; tewas dengan kawan-kawannya.
  • 1495. Kemudian cepat diikat; keempat orang itu disatukan; tambang besar pengikatnya; mayat itu; lalu segera dibuang ke sungai besar; hanyutlah orang berempat; segera Kidang Andaru.
  • 1496. Segera menghunus keris; Mayang Karuna dipegangnya; dilemparkannya segera; ke dalam penjara;  tundalah keadaan Raden Gambuh; tersebutlah Nusa Siem.
  • 1497. Adapun yang mempunyai negara; Barlak Cina namanya; dan adiknya; bernama Munding Tandegan; sedang bercakap-cakap dengan adiknya; hai adik Munding Tandegan; sekarang jangan enak-enak hati.
  • 1498. Jangan terlena kesenangan; tak terasa karena punya kesalahan; entah sore entah pagi; penggawa yang banyak; tentu akan datang menyerang; menyusul Girang Wayang; harus waspada sekarang.
  • 1499. Tak perlu terburu-buru; siapkanlah perkakas perang; suruh.  kumpul semua laskar; cepatlah pilih; santana lurah dan umbul; judipati gulang-gulang; panumping dan mantri.
  • 1500. Yang cakap memegang senjata; mengurus dan meng-atur bedil; jangan dicampur letaknya; tombak dengan tombak; dan pedang sertai perisai; bandrangan dengan bandrangan (tombak kebesaran); pistol penusuk dan seligi.
  • 1501. Cis tohok (lembing bertali) dan lempag (lembing); serta tumparing dan bandring; brangkolong (jerat leher) panah dan sumpit; juga bunyi-bunyian; gong badingdang suling beri gendang tambur; saruni dan terompet bunyikan; Munding Tandegan berkata.
  • 1502. Tentang para perwira; telah kumpul di peseban luar; Badak Cina berkata; adinda Munding Tandegan; suruhlah si Lengser cepat; bunyikan bende si Bicak; di tengah alun-alun.
  • 1503. Lengser menerima titah; lalu bende dipukul bertalu-talu; di tengah alun-alun; bergegar berkumandang; berdengung suaranya lepas; mengundang laskar; demikian pula petugas (alat) negara.
  • 1504. Semuanya sudah datang; penuh alun-alun negara; rakyat kecil dan pembesar; Munding Tandegan berkata; hai perwira dan pembesar; aku menyampaikan titah; titah raja kita.
  • 1505. Kepada menteri dan penggawa; siapkanlah senjata dalam barisan; semua berkata iya; semua menyanggupi; tentang senjata semua sudah kumpul; sudah siap masing-masing; tidak bercampur baur.
  • 1506. Tombak dengan tombak; bedil dengan bedil; bedil besar dengan bedil besar; kalantaka dengan lela; bedil tinggar tarobos dan bataliun; sudah dikuras; semua dibersihkan.
  • 1507. Tombak dan pedang sudah diasah; Keris telah diberi bisa; telah lengkap semua senjata; jangan berhenti meronda; ber-keliling ganti berganti; rondalah di luar kuta; jagalah di dalam kuta.
  • 1508. Bila ada orang yang mencurigakan; apa lagi tamu yang bersenjata; yang tampaknya akan melakukan penyerbuan; tak usah ditanya; bila jauh tembak saja; bila dekat tombaklah; dengan drel atau bedil kecil.
  • 1509. Perajurit menjawab; baiklah sahutnya bersamaan; menjawab bergemuruh; suara laskar; Raden Munding Tandegan berkata; kepada kakaknya Badak Cina; perajurit semua  muda-muda.

LXI
  • 1510. Kakanda semua siap; peralatan perang; di dalam dan di luar; selesai sehari ini; Badak Cina berkata; hai dinda Munding Tandegan; begini dinda sekarang; seharusnya kita waspada; mengenai adik kita Girang Wayang.
  • 1511. Cepat dia sembunyikan; ke sebelah udik; di kebun pisang yang tersembunyi; tempatnya jauh dar jalan; ada yang me-nunggunya; rakyat yang sudah tua; dipunya rumah; kakek-kakek dan nenek-nenek; yang menjaga si upik Girang Wayang.
  • 1512. Si upik Kastorilarang; dan Kastoriwangi; suruhlah mengantarkannya; dari pedaleman; Badak Cina berkata; kepada Girang Wayang; hai upik Girang Wayang; jangan terlalu berkecil hati; sekarang kanda sembunyikan dinda di kebun pisang.
  • 1513. Berkata Girang Wayang; adinda menurut kehendak kanda; saya tidak berkeberatan; Badak Cina berkata; wahai Kastorilarang; antarkanlah segera; bersama-sama Kastoriwangi; Girang Wayang segera berdandan; pengiringnya hanyalah seorang dayang.
  • 1514. Hai Lengser engkau antarkan; ke kebun pisang; dengan dayang seorang; untuk teman si upik; adinda Girang Wayang; bila kekurangan pangan; suruhlah dayang ini; mengambilnya ke negara; mengambil keperluan dan makanan.
  • 1515. Kemudian berangkatlah; segera keluar: perjalanan dilanjutkan; Si Lengser yang mengiringkan; kemudian mereka tiba; semua telah duduk; ketiga puteri; Kastorilarang berkata; adiknya pun Kastoriwangi berkata.
  • 1516. Kakanda dinda tinggalkan; say a menghaturkan tikar; tak dapat direka-reka; adinda do'akan;  tempat persembunyian nenek ini; tak ada yang seperti ini; tak ada y ang pantas; bersenang-senang kemari; Girang Wayang berkata.
  • 1517. Adinda Kastorilarang; dan dinda  Kastoriwangi; jauh-kah ini dengan tetangga; atau adakah yang dekat; maklum orang banyak jaman sekarang; takut nanti mereka banyak bicara; kepada tamunya; apalagi kepada musuh yang datang; Kastorilarang menjawab.
  • 1518. Kakanda saya menjamin; tak ada tetangga dekat ke sini; kakanda jangan khawatir; di seluruh pengungisan ini; berkatalah sekarang; Kastorilarang; juga Kastoriwangi; kepada kakek pengebun; aku titip ini saudaraku.
  • 1519. Mas Girang Wayang namanya; jangan sampai ada ke -kurangan; dayang ini suruh mengabarkannya; pergi ke negara; baiklah tuanku; hamba tentu akan menyampaikannya; dan hamba akan mengabarkannya; kepada dayang ini; kemudian Kastorila-rang pergi.
  • 1520. Tunda keadaan Girang Wayang; tersebutlah mayat; Raden Gambuh Margalaya; terapung keempatnya; hanyut di sungai; ikatannya masih kokoh; terempas oleh air; dari tengah lalu menepi; terempaskan ke peristiraha tan.
  • 1521. Peristirahatan kebun pisang; mayat terseret ke tepi; tetapi mayat itu; masih utuh rupanya; tak terkena pembusukan; utuh masih bagus; lalat pun tak mau hinggap; maklum mayat orang luar biasa; dipayungi burung kuntul yang melayang.
  • 1522. Maklum mayat orang raji tapa; banyak yang menolong; keturunan ningrat; berdarah bangsawan luar biasa; burung berkelompok; ramai suaranya riuh; gagak dapat berkata; hai kawan mari kita tolong; kita payungi mayat ini.
  • 1523. Tunda tempat mayat; tersebutlah Girang Wayang; ia pergi ke sungai; melihat kali itu; sangat surut airnya; pada pohon ada burung; sedang berkumpul; gagak dan kuntul memayungi di atasnya; Girang Wayang menuju ke tempat burung berkumpul.
  • 1524. Burung lalu dihardiknya; semua beterbangan; terlihatlah mayat yang empat; disatukan dengan tali; tali tambang besar; Girang Wayang berkata; bingung di dalam hatinya; ini mayat dari mana; mengapa tersangkut di peristirahatan ini.
  • 1525. Tetapi mayat itu; kasian yang satu itu; rupanya masih jejaka; tampan berseri rupanya; coba aku lepskan; lepaslah sudah talinya; lalu terlihat lukanya; berlubang dadanya; besar Iuka sepanjang jempol. 1526. Girang Wayang sedih hatinya; terbitlah kerelaannya; merasa kasihan terhadap mayat; membaca do'a yang sangat manjur; berdekap tangan merapatkan kaki; Girang Wayang memohon; kepada Yang Guruputra; kemudian datanglahlah; bayu mengusap ibu jarinya.
  • 1527. Girang Wayang bersembunyi; ditinggalkannya sebentar; mayat itu hidup kembali; pengasuh semua terbangun; Raden Gambuh melihat; meneliti ke utara timur dan selatan; siapa yang menghidupkan kita; sekarang tak kelihatan; berkatalah Raden Gambuh Margalaya.
  • 1528. Kakang Perwakalih; siapa gerangan orangnya; yang menghidupkan kita; sekarang tak kelihatan; bila ia pria tua; akan aku jadikan bapak; orang muda aku jadikan saudara; atau wanita tua; akan kujadikan ibu;  wanita muda akan kujadikan saudara.
  • 1529. Besar sungguh rasa terima kasihku; Girang Wayang perlahan keluar; mendekati dari arah belakangnya; rupanya ca ntik luar biasa;  lalu bertanya; hai orang bagus; bagaimana anda; mati bersama-sama; orang em pat digabungkan menjadi satu.
  • 1530. Saya ingin tahu; anda ini dari mana; Raden Gambuh Margalaya; segera menjawab; saya ini; baiklah akan bertutur; saya dari Nusa Cina; ngamen gambuh ke Nusa Bali; saya diminta main di peseban.
  • 1531. Lalu saya diperintah; oleh seorang wanita; yang ada di pakuwonnya; ia sedang murung benar; sedang sakit  hati; kehi-langan saudaranya; bernama Nyi Girang Wayang; nama puteri itu; katanya Mayang Karuna.
  • 1532. Bertanya kepada saya; bertanya  negara asal; saya se -dang menjawab; baru saja saya katakan; bahwa nama saya; Raden Gambuh; saya dari Nusa Cina; setelah itu; ka kaknya memberi janji kepada saya.
  • 1533. Dan kepada adiknya; jangan lewat bunyi tabuh; menonton topeng itu; tapi tabuh sudah berbunyi; gamelan belu m berbunyi; tidak tanya-tanya lagi; datang langsung menombak; tanpa memeriksa dahulu; kepada saya dan kawan-kawan.
  • 1534. Saya dibuang ke sungai; puteri di penjara besi; Nyi G irang Wayang terharu; mendengar penuturannya; Raden Gambuh sekarang; Girang Wayang menangis keras; emak nasib adikku; Mayang Karuna sekarang; kakakmu beradat kecut penaik darah.
  • 1535. Wahai adikku Mayang Karuna; sungguh kasihan; disengsarakan kakaknya; Keterlaluan Kidang Andanru.
  • 1536. Ya itu yang bernama Kidang Andaru; saudara sepupu-ku; adatnya penaik darah; ya dialah yang membunuh anda.
  • 1537. Tapi sangat sabar kalau punya saudara; diculik penggawa; yang datang dari angkasa; tidak mampu menyusul sampai sekarang.
  • 1538. Telah tiba ia di negara Siem; tidak disusulnya; bila anda belum tahu; kanda inilah yang bernama Girang Wayang.
  • 1539. Ya kandalah putri Nusa Bali itu; dicuri penggawa; dipakai rebutan; sangat lemas badan kanda ini.
  • 1540. Diterbangkan sangat tinggi ke sudut matahari; ada yang sedang bertapa; Badak Cina namanya; dan adiknya bernama Munding Tandegan;
  • 1541. Mereka terserang oleh tiga orang penggawa; yang membawa kakanda; Gajah Mangkurat namanya; maka direbutlah kanda oleh Badak Cina.
  • 1542. Dengan Munding Tandegan ia merebutnya; lalu dibawa; turun ke negaranya; bahkan sekarang sedang menjaga negara.
  • 1543. Karena penggawa dari angkasa  telah tiba; ke negaranya; hendak menyerbu Siem sekarang; dan kakanda kemari diungsikannya.
  • 1544. Di kebun pisang tempatnya; Raden Gambuh berkata; ya kanda saya mengerti sudah; bila demikian  marilah saya antarkan pulang.
  • 1545. Berangkatlah mereka ke kebun pisang; Girang Wayang; Haris Kambang di depan; Raden Gambuh berjalan mengiringkan-nya.
  • 1546. Berjalan diiringkan pengasuhnya; kemudian tiba; semuanya di kebon pisang; bercakap-cakaplah mereka di kebon pisang.
  • 1547. Tundalah mereka yang sedang bercakap-cakap; tersebutlah di negara; di Siem sedang berunding; Badak Cina dengan Munding Tandegan.
  • 1548. Memerintah kepada adiknya; hai Kastorilarang; dan Kastoriwangi kemari; kirimilah kakakmu Girang Wayang.
  • 1549. Makanan dan sirih pinang; lengkap dengan makanan: di kebun pisang sekarang; Kastorilarang menjawab  baiklah.
  • 1550. Dayang-dayang siapkanlah bakul dan sumbul; pikulan dan gotongan; diiringkan si Lengser; adat Lengser sebentar saja sudah berangkat.
  • 1551. Kastorilarang berjalan di depan; dan Kastori wangi: para dayang di belakangnya; ada pun Lengser menjadi mandor gotongan.
  • 1552. Tidak lama mereka sudah tiba; Girang Wayang; ter-nyata ada kawannya; orang baru berjumlah empat orang.
  • 1553. Bertanyalah segera Kastorilarang; kanda tamu dari mana; bagus benar parasnya; saya ini diutus oleh kanda Badak Cina.
  • 1554. Mengantarkan makanan dan nasi; Girang Wayang ber-kata; terima kasih; Kastorilarang menyampaikan amanat.
  • 1555. Amanat dari Badak Cina; dan Munding Tandegan; semua memberi ingat; kepada Girang Wayang.
  • 1556. Sekarang hendaknya berhati-hati; karena menurut kabar; semua penggawa; yang telah berebutan di angkasa.
  • 1557. Menurut kabar dalam satu dua hari ini; akan berangkat; menyerbu Siem; Girang Wayang berkata kepada adiknya.
  • 1558. Hai adik Kastorilarang dan Kastoriwangi; kalau sudah terbukti; kata berita terse but; jadi sedihlah hati kakanda sekarang.
  • 1559. Bahwa kanda bersembunyi di sini; tak ada yang membela; Raden Gambuh berkata; hai kakanda janganlah anda khawatir.
  • 1560. Bila harus khawatir di sini; sebab disembunyikan; mengungsi ke mana lagi sekarang; Girang Wayang berkabar kepada adiknya.
  • 1561. Adikku Kastorilarang; dan Kastiriwangi; kanda memberitahu sekarang; kepada kakanda Badak Cina.
  • 1562. Juga kepada Munding Tandegan; keadaan kakanda; karena mempunyai jejaka sekarang; bernama Raden Gambuh Margalaya.
  • 1563. Dari Nusa Cina hendak mengamen gambuh; ke Nusa Bali; ngamen gambuh menurut keinginannya; kawannya itu yang t iga orang. 1564. Namanya yang tua Perwa kalih; yang kedua Gelap Nyawang; yang muda Gelap Nyawang; ketika datang di Nusa Bali mereka dibunuh.
  • 1565. Dibunuh bersama kawan-kawannya; lalu dibuang; ke sungai yang mengalir kemari; lalu terdamp ar di peristirahatan kebun pisang.
  • 1566. Kastorilarang sampaikanlah berita ini; kepada kakanda; Badak Cina; dan kepada kakanda Munding Tandegan.
  • 1567. Sekian kanda Girang Wayang saya tinggal; saya akan menyampaikannya; mohon diri dinda sekarang;  baiklah kemudian  mereka berangkat.
  • 1568. Segera mereka tiba; lalu berdatang sembah; kepada Badak Cina; dan kepada kakaknya Munding T andegan.
  • 1569. Kanda Girang Wayang menitipkan kabar; sebaiknya kanda tahu; kata kanda Girang Wayang; ia mempunyai  teman jejaka orang baru.
  • 1570. Raden Gambuh Margalaya namanya; kawannya tiga orang; berasal dari Nusa Cina; mengamen topeng ke Nusa Bali.
  • 1571. Di sana dibunuh keempat-empatnya; lalu dibuang; hanyut mayatnya; terdampar di peristirahatan kebun pisang.
  • 1572. Lalu bertanyalah Badak Cina berdua; dengan Munding Tandegan; bagaimana perawakannya; perawakan orang yang mengabdi itu.
  • 1573. Orang baik atau orang jahat; Nyi Kastorilarang; dan Kastoriwangi menjawab; menurut pendapat adinda beginilah.
  • 1574. Rupanya tampan luar biasa; bukan orang sembarangan; bukan orang jelek rupa; rupanya satrian berseri bulan.
  • 1575. Kata Badak Cina sukurlah; berbahagialah kita; barang kali tapa kanda; akan dikabulkan dewata.
  • 1576. Akan menjadi pagar besi peneguh negara; mengukuhkan kekuasaan; kemakmuran tak akan mundur dan makin sentosa.

LXIII
  • 1577. Tundalah negara Siem; tersebut para penggawa; dalam harapannya; penggawa di angkasa; mereka berunding; dengan kawan-kawannya; yang menjadi pemimpinnya.
  • 1578. Pemimpinnya dari Nusa Lampung Kidul; yaitu Gajah Manglawu; itulah namanya; masih ada lagi namanya; Mas Panji Walungan Sari; gagah perkasa; tangguh kebal kulitnya.
  • 1579. Perawakannya berkumis berbulu dada; romannya menakutkan; cambang dan brewoknya panjang; berkilat  matanya; bicara tanpa aturan; seperti orang mabuk; Girang Wayang adikku.
  • 1580. Girang Wayang upik adiku; ciumlah kedua pipi; sekarang adikku; sekarang tergila-gila; siang malam mencari; menurut penglihatan kakanda; adinda elok seperti rembulan.
  • 1581. Ia berkata seperti gajah yang kesakitan; berkatalah adik perempuannya;  yang bernama Panembung;  kanda janganlah begitu; tak baik orang bersedih; menanggung rindu; jangan kentara begitu.
  • 1582. Bersedih seperti wanita saja; jangan sampai air mata jatuh ke bumi; panas wataknya; Gajah Manglawu melihat; sambil menggentak tanah; sungguh beruntung; permata dewa raja.
  • 1583. Ya mas inten dewa yang kehendak hati; benar ujar si upik; seperti bukan laki-laki aku ini; jadinya sekarang; katakanlah kepada penggawa; semua penggawa; ayuh adik siapkan.
  • 1584. Siapkan bahan sandang serba indah; cinde calari; istop dan aleja; jamlang dan budidar; antelas dan emresir; dan permata; biru ratna dan biduri.
  • 1585. Dan pakaja mirah intan dan lantakan; untuk tukaran jodoh; kepada Girang Wayang; rara Panembang berkata; silakan kanda beristeri; sudah siap; apa yang dicari.
  • 1586. Sudah lengkap segala harta benda; maka Gajah Manglawu; memerintahkan; kepada lengsernya; hai Lengser kemari kakek; aku ada kerja; tetapi pekerjaan sulit.
  • 1587. Adat Lengser selalu segera menjawab; ya baiklah tuanku; hamba ada di hadapan; menanti perintah; Gajah Manglawu berkata; Lengser cepatlah; kumpulkan bala tentara.
  • 1588. Pilih perajurit yang berani-berani; santana dan laskar; yang serba bisa; menggunakan senjata; pistol tinggar dan bedil baris; dan kalantaka; juga meriam.
  • 1589. Kostapalnya harus semua siap; yang akan menyulutnya; tohok dan tombak; talempik dan tombak besar; panah sumpit dan cis; tombak cabang; pedang kelewang dan badik.
  • 1590. Jangan ada senjata tanpa orang; potong leher nanti; keinginanku; hendak menyerbu; menuju negara Siem; Lengser menjawab; baiklah tuanku.
  • 1591. Lengser lalu membunyikan tanda; bende bertalu-talu; berdengung suaranya; orang banyak mendengar; yang di dalam kota dan di luar; semua ribut; kawan bende apa itu.
  • 1592. Sebagian menjawab bende perunggu; memang perunggu; mari kita kumpul; ingin tahu yang pasti; sudah kumpul besar-kecil; petugas negara; ingin memastikan.
  • 1593. Lalu Lengser menyampaikan perintah; hai petugas negara; junjunglah; perintah raja kita; Gajah Manglawu; hendak melamar; menyerbu Siem.
  • 1594. Semua perajurit sudah menyiapkan senjata; semua sudah disiapkan; semua laskar; dan para santana; seorang pun tak ketinggalan; kapan kita berangkat; jawab para perajurit.
  • 1595. Lengser segera menghadap; kepada benderanya; Gajah Manglawu; seperintah bendera; tentang perajurit; sudah siaga; di alun-alun berbaris.
  • 1596. Gajah Manglawu berkata keras; hai Lengser engkau cepat; umumkan kepada awak kapal; juru batu dan juru mudi; cepat siap; aku segera berangkat.
  • 1597. Adt Lengser pandai menghamba; jelas pendengarannya; sepatah perintah; segera berlari; memerintah juru mudi; hai orang kapal; bersiaplah cepat.
  • 1598. Awak kapal menyembah; baiklah tuanku; sudah siaga; layar tinggal membuka; kelatnya sudah ditarik; sauh diangkat; lalu berlayar.
  • 1599. Tersebut pula Holang Ngambang sudah sedia; bertanya kepada adiknya; Nyi Sekar Kambangan; keperluan meminang; seperintah kanda; telah sedia; apa yang diharap telah ada.
  • 1600. Hanya tinggal menanti perintah; menanti siang malam; lalu Holang Ngambang; berkata lirih; hai Lengser sudah semua; mengangkut harta; benda dan permata.
  • 1601. Dan menyiapkan senjata perang; Lengser segera menjawab; ya tuanku; semua sudah siap; di alun-alun berbaris; sebagian di kapal; semua sudah berjaga-jaga.
  • 1602. Lalu sang Holang Ngambang bicara; kepada adiknya; hai Sekar Kambangan; mari jangan keenakan; kita pergi hari ini; bawa gamefan; jangan ada yang tertinggal.
  • 1603. Degung banten pelog sakati dan monggang; badingdang wijaya; renteng dan terompet; suling dan bangsing; Sekar Kambangan menjawab; kepada Kakaknya; semua sudah siap.
  • 1604. Tundalah keadaan sang Holang Ngambang; sedang berangkat; tersebut lagi; keadaan penggawa yang lain; nama me-reka; Andur manggala; adapun negaranya.
  • 1605. Disebut negara Nusa Tanggala; punya saudara wanita; yang bernama; Mas Ayu Andurlarang; sudah lengkap naik; di atas kapal; dan para perajurit.
  • 1606. Bergiatlah awak kapal; banyak yang sudah siap; tinggal membuka layar; gemuruh memekakkan; hanya tinggal menyulut bedil; maka terdengar; kepada para penggawa.
  • 1607. Bersamaan bedil dengan bedil; bergelegar bunyinya; bedil amat banyaknya; lebih seribu selaksa; rasanya laut akan tumpah; dunia serasa a kan runtuh; keadaan menjadi sangat gelap.
  • 1608. Seperti malam gelap karena asap sendawa; tiga hari lamanya; gelap dunia; dibuat obor penerang; damar dan lilin; dan lampu sela; lampu terang disertakan.

LXIV
  • 1609. Bedil dan sorak bergemuruh; tambur badingdang serunai; semua kapal bertolak; tak ada satu pun yang ketinggalan; semua berlayar; menuju negara Siem.
  • 1610. Sudah berlayar ke tengah; bagai didorong keluar; seperti bunga di rawa; layar joka dan keci; tanda-tanda pelayaran; kapal selup dan gendawari.
  • 1611. Andurlarang berkata; di tengah laut; hai kanda Andur Manggala; suara bedil ini; bunyi bedil sangat banyak; amat sangat-lah kerasnya.
  • 1612. Bedil dari mana itu; Ken Andur Manggala menjawab; bila engkau tidak tahu; itu bedil para penggawa; semua hendak me-minang; semua menuju Siem.
  • 1613. Andurlarang berkata; kepada kakaknya; banyak benar suaranya; suara bedil berbunyi; pistol tinggar kalantaka; lela lantaan tarebin.
  • 1614. Meriam gantang dan masbun; bersambung tiga; senjata banyak jenisnya; kanda bedil dari mana; menjawab kakaknya; kepunyaan para penggawa.
  • 1615. Entah tepatnya berapa; semua para penggawa; lebih dua puluh lima negara; yang mengharap puteri Bali; kepada Dewi Girang Wayang; karena cantiknya luar biasa.
  • 1616. Tetapi saudaranya;  gagah perkasa dan luar biasa; ia sangat sakti; banyak menteri kocar-kacir; bila kurang ilmunya; atau kurang keberaniannya.
  • 1617. Banyak penggawa lupa daratan; demang dan ngabehi yang nekat; muda-muda tapanya; kalau seorang tetamu; melihat Girang Wayang; lewat di rumahnya singgah.
  • 1618. Setelah singgah lalu menginap; semua bawaannya di-serahkan; lalu meminangnya sekali; tetapi banyak yang memberi kabar; saudaranya perkasa; Gajah Gumeter namanya.
  • 1619. Mas Andurlarang berkata; kepada akaknya; saya ingin tahu; tempat tinggal para penggawa; kakaknya berkata; tempat asal masing-masing.
  • 1620. Orang seberang semua kumpul; negaranya masing-masing;  yaitu Nusa Kambangan; Betal dan Tulang Bawang; Johor Minangkabau Bada; Benggala dan Patani.
  • 1621. Salang Kutur Butun Salangor; Ambon Makasar dan Bugis; Siak Ternate dan Kampar; Riau dan Banjar; Nusa Lampung da n Balambangan; yang akan menyerbu.
  • 1622. Semua kumpul di laut; penuh di tengah samudera; lautan bagaikan kering; karena penuh dengan sekoci;  dan gelap asap sendawa; tak putusnya suara bedil.
  • 1623. Tujuh hari tujuh malam;  kegelapan meliputi; membubung berarak-arak; mengepul ke angkasa; tunda keadaan para penggawa; yang sedang mengarung laut.
  • 1624. Tersebutlah Nusa Siem; yang memerintah negara; orang besar sangat perkasa; perwira perajurit sakti; bernama Badak Cina; kedua Munding Tandegan.
  • 1625. Sedang berunding mereka; terkejut mendengar suara bedil; banyaknya tidak terkira; seperti gelagah (kaso) terbakar; gemuruh di tengah laut; hujan debu langit gelap.
  • 1626. Seperti guntur mangsa kapitu; bagai petir mangsa kalima; gemuruh mangsa kanem; tak karuan kedengarannya; bergalau kata orang; kata Badak Cina.
  • 1627. Tentulah musuh datang; telah terasa dalam hati; karena telah diduga; sebab aku di angkasa;  ada penggawa kurang ajar; menerjang orang bertapa.
  • 1628. Semua penggawa; yang berebut puteri; mengharap Mas Girang Wayang; ingin puteri Nusa Bali; siapa yang salah me-ngerti; siapa tahu hati mulia.
  • 1629. Tidaklah takut tapi tidak pula meremehkan; penggawa yang banyak itu menyerbu; bagaimana pun mulia hatinya; Badak Cina berkata; kepada adiknya; Munding Tandegan namanya.
  • 1630. Adik bagaimana akalnya; Dewi Girang Wayang itu; masih berada di kebun pisang; bagaimana baiknya; kirim senjata saja; karena punya pemuda yang baik.
  • 1631. Ataukah segera kita jemput; ke kebun pisang; Munding Tandegan menjawab; tentang hal itu; menurut hemat adinda; lebih baik jemput saja.
  • 1632. Sebab tentulah; lebih baik ia berada di negara; supaya dapat menunggu; tempatnya dapat dijaga orang banyak; berkata Ken Badak Cina; Lengser segera bersiap.
  • 1633. Joli jolang dan tandu; kuda beri pelana yang  bagus; untuk menjemput Girang Wayang; ke kebun pisang; pelana kuda yang indah; untuk jejaka rupawan.
  • 1634. Lengser segera menjawab; baiklah ya tuanku; perlengkapan sudah siap; perintah apa yang perlu; Badak Cina ber-kata; kepada adik wanitanya.
  • 1635. Hai adik cepat bersiap; Kastorilarang engkau; sekarang cepat bersiap;  dan Kastoriwangi; pergilah ke kebun pisang; jemputlah kakakmu.
  • 1636. Jemputlah Girang Wayang; agar segera datang di negara; juga dengan jejakanya sekali; sebab suara bedil; berden-tuman di tengah laut; tentulah musuh sud ah datang.
  • 1637. Kastorilarang menjawab; dan Kastoriwangi; adinda tak keberatan; baiklah adinda pergi; mari Lengser cepat-cepat: k uda tandu dan joli.
  • 1638. Kemudian berangkatlah; Lengser segera menyiapkan; gulang-gulang pembawa pedang; empat orang  berjalan di depan; semua mengenakan baju; kutang merah menyandang bedil.
  • 1639. Tombak bersepuh mas gemilang; juga berjalan di depan; lengkap persenjataannya; pasukan cukup besar; tu nda yang sedangdi jalan; kemudian mereka tiba.
  • 1640. Hai kakanda aku datang; Girang Wayang melihat; segera ia bertanya; mengapa adinda datang; diutuskah oleh ka-kanda: atau kehendak sendiri.
  • 1641. Ya kanda aku diutus; oleh kanda Badak Cina; menjemput kakanda; juga dengan jejakanya; kanda dipanggil segera; musuh dari seberang sudah tiba.
  • 1642. Musuh ketika berebutan; diangkasa; sekarang sudah ada tandanya; yaitu suara bedil; lautan bergulung-gulung; gelap diliputi asap.
  • 1643. Girang Wayang menjawab; bahwa kakanda meng-undang segera; kemudian bersiap; sanggulnya diringkaskan; di-bungkus dengan selimut; pakai selendang dan sempur.
  • 1644. Girang Wayang berkata; kepada kedua adiknya; mari adik cepat berangkat; sang kakak berjalan di depan.
  • 1645. Girang Wayang di belakang; menoleh kepada sang adik; Raden Gambuh Margalaya; ayuh cepat adik naik; kuda sudah siap; Raden Gambuh lalu naik.
  • 1646. Raden Gambuh sudah naik kuda; tak karuan segera jatuh; lalu pingsan; Girang Wayang melihat; ia kembali ke belakang; bertanya sambil mendekat.
  • 1647. Ketiga puteri bertanya; kepada Perwakalih; bagaimana bapak tua; Raden Gambuh ini; sakitkah dia; sekonyong-konyong pingsan di belakang.
  • 1648. Perwakalih menjawab; aku tidak tahu; apa penya-kitnya; tetapi tiap-tiap kali; kalau sakit mesti lama; ketiga puteri membatek.
  • 1949. Ada pula yang menyembur; sebagian membateknya; masih belum siuman; lalu sukma Raden Gambuh; melayang menuju samudera; tersebutlah dewa laut.
  • 1650. Dewa laut itu; sedang berlayar mencari mangsa; ada pun namanya; menurut yang memberi nama; disebut Dewa Sagara; Aki Tua namanya.
  • 1651. Yang tua bernama Buta Sagara; itu saudaranya; mencari makan di air; Dewa Sagara tersedak; ia tidak melihatnya; memanggil kakaknya segera.
  • 1652. Wahai kanda Buta Sagara; aku ini tersedak; berkata Buta Sagara; muntakan saja cepat; maka sukma Raden Gambuh; berkata dalam anak tekaknya.
  • 1653. Tak usah engkau muntahkan; aku raja sinatria; nanti aku kel uar; bila engkau menyanggupi;   memerangi penggawa; musuhku yang muda dan sakti.

LXV

  • 1654. Penggawa dari seberang; sekarang sedang menyerbu; menuju negara Siem; Dewa Sagara lalu berkata; kepada kakaknya; kang Buta Sagara; ternyata ada satria; dalam anak tekakku; dia tak mau keluar.
  • 1655. Dia baru mau keluar; bila kita menyanggupi; perang dengan para penggawa; dari seberang yang banyak dan sakti; dua puluh lima negara; entah kurang dan lebihnya; berkata Buta Sagara; adik sangupi saja; kita dari sini mengarungi laut.
  • 1656. Dan satria itu; suruh mengarungi angkasa; berkata Dewa Sagara; baiklah tuanku; kami sanggup dan mengharap; restu tuanku dan Yang Agung; aku dan kakakku; sobek kulit akan ditempuh; pecah dada menggelinding kepala jatuh di tanah.
  • 1657. Kami ini sekarang; permohonan kami sejak dahulu; hendak mengabdi; kepada satria luar biasa; sekarang terkabulkan; dan kepada putera raja; kebetulan kami ini; dan kakakku akan ikut; membantu memerangi para penggawa.
  • 1658. Adapun nama saya; Dewa Sagara; kakakku Buta Sagara; lalu sukma itu berkata; Dewa Sagara sekarang; dan Buta Sagara; turutkanlah apa kataku; kalian mengikuti dari belakang; kemudian terus saja ke peseban. 1659. Kalian menunggu daku; tunggulah aku di paseban; aku hendak singgah dulu; ke kebun pisang; sebentar saja; ayuh pergi aku akan keluar; segera Dewa Sagara; memuntahkan sukma itu; keluar berkelebat seperti kunang-kunang.
  • 1660. Bercelak di awang-awang;  Dewa Sagara se gera; bersama Buta Sagara; mengikuti dari belakang; sukma itu singgah; menuju kebun pisang; adapun Dewa Sagara; dan Buta Sagara mengikuti; jalan darat tiba di peseban.
  • 1661. Tetapi tidak terlihat; orang banyak tidak tahu; tunda Dewa Sagara; tersebut Raden Gambuh; sedang pingsan; di kebun pisang; Raden Gambuh Margalaya; sekarang siuman; ditanya oleh Nyi Mas Girang Wayang.
  • 1662. Bagaimana adikku; perasaan anda  tadi; mengapa sampai pingsan; tidak keruan sebabnya; sangat cemas hati kanda; mungkin penyakit terpendam; adinda sakit apa; Raden Gambuh menjawab; memang kanda penyakitku itu.
  • 1663. Tiap kali dinda sakit; sekujur tubuh terasa sakit; berkata Girang Wayang; tidak terasa lagi sekarang; mereka tidak bercakap lagi; setelah sembuh Raden Gambuh; mari semua berangkat; berkat Girang Wayang; segera kita berangkat dari kebun pisang ini.
  • 1664. Girang Wayang berangkat; Kastorilarang di belakangnya; juga Kastoriwangi; upacaranya di depan; Raden Gambuh di belakang; puteri yang tiga di depan; lalu kawan-kawannya; Perwakalih di belakang; Gelap Nyawang dan Kidang Pananjung pada ekor barisan.
  • 1665. Lengser di belakang sekali; mengiri ngkan para dayang; kemudian mereka datang; tiba di gerbang kuta; sampai di alun-alun; lalu ke peseban bandung; cepat Ken Badak Cina; dan Munding Tandegan melihat; di paseban segera menjemput ke latar.
  • 1666. Selamat adinda Girang Wayang; terima kasih kanda aku datang; inilah kakanda jejaka itu; Raden Gambuh namanya; sebaiknya dinda kenalkan; kepada kakanda; agar diterima baik; Badak Cina berkata; hai adikku Raden Gambuh Margalaya.
  • 1667. Selamat datang; Munding Tandegan berkata; juga menghaturkan selama; adik kanda menyampaikan selamat; Raden Gambuh menjawab; terima kasih kakanda; atas penerimaan ka kanda; sangatlah dinda terima; tangannya disambut oleh Badak Cina.
  • 1668. Lalu diajaknya duduk; di atas kursi gading; Ken Badak Cina di bawah; juga Munding Tandegan; Badak Cina berkata; kepada Raden Gambuh;  hai adinda Raden Gambuh; janganlah ragu-ragu; dudukilah kursi gading itu.
  • 1669. Kanda ini hanya sekedar berdo'a; permohonan kakanda dahulu; sudah kanda beri tahukan semua; kepada Girang Wayang; Raden Gambuh menjawab; terima kasih dinda sampaikan; atas penerimaan kakanda; tunda yang duduk di kursi; kursi gading Raden Gambuh Margalaya.
  • 1670. Tersebutlah para penggawa; dari seberang telah tiba; sudah berada di muara; menuju Nusa Siem; sebelum mendarat; lama memasang layar sambil berlabuh; di tepi muara; penuh sesak kapal dan keci; bersamaan menyulut bedil.
  • 1671. Berdentum menggelegar di udara; suara bedil berbunyi; bumi serasa ambruk; gelap meliputi Siem; tak hentinya bedil berbunyi; tujuh hari tujuh malam; gelap luar biasa; di darat dan di laut; tidak dapat berjalan tanpa lampu.
  • 1672. Setelah demikian; segera memudik sungai; kawan jangan kelamaan; takut terdahului penggawa; terdahului perahu lain; para penggawa bergemuruh; memerintah laskarnya; galah dayung dan pengait; seronan santolo dan sambong segera bawa.
  • 1673. Kemudian mereka tiba; di tempat kapal berlabuh; sebagian menyambung sebagian mengikat kan; layar sudah digulung; berkata para penggawa; ayuh kawan semua turun; awak ka pal; dan perajurit; ramai benar gemuruh suara laskar.
  • 1674. Ramai menuju ke darat; ribut suara manusia; seperti burung manyar akan tidur; sudah saat tunggang gunung; di pinggir pesisir; lupa mempersiapkan tempat; di sebelah hulu penambatan perahu; jalan ke pesanggrahan nanti; seperti di Pamanukan.
  • 1675. Para penggawa berkata; kepada para laskarnya; jangan ribut tak menentu; sebentar lagi malam tiba;  cepatlah mencari bambu; sebagian mencari kayu; juga mencari alang-alang; sebagian mencari tali; siapkan pesanggrahan.
  • 1676. Yang salah tempat; masing-masing dengan kawannya; penggawa masing-masing; kalau sudah menjadi satu; kerahkanlah perajurit; menebang bambu dan kayu; tersebutlah suara tebangan; bagai gelagah terbakar; gemertak gemuruh menjadi satu.
  • 1677. Selesailah sudah; semua pesanggrahan; dengan anjungannya seklai; berkata para penggawa; kepada para nayaganya; anak-anak ayuh tabuh gamelan; semua gamelan;  badingdang de-ngan serunai; suruh tabuh bende kebuyutan.
  • 1678. SeJesai membunyikan tanda; semuanya dibunyikan; tambur terompet bersamaan; degung banten dan sakati; gong renteng ditabuh; sekitar alun-alun; alun-alun pesanggrahan; lalu para penggawa; mereka bersenang-senang.
  • 1679. Semua merasa senang; siang dan malam; tak putus-putusnya bergembira; tujuh hari tujuh malam; ronggeng topeng dan wayang; badaya dan penca; wayang orang wayang cina; golek tilil dan kelitik; babarongan nayub dan arak-arakan.
  • 1680. Setelah arak-arakan; berkata para penggawa; memberikan perintah; kepada laskarnya; Lengser kabayan kemari; perintah-kan kuwu desa; wadana dan lurah; santana depan dan belakang; siapkanlah semua peralatan perang.
  • 1681. Lengser kabayan menyembah; semua menjawab siap; sebagian mengatakan ya; sebagian mengatakan baiklah; apa yang harus dipasang lebih dahulu; penjabat mandor berkata; sambil membaca surat; urutannya; menurut; surat dahulukan memansang bendera.
  • 1682. Pasang bendera kuat-kuat; harus tinggi pada puncak bambu; agar terlihat dari jauh; tanda negara pemiliknya; ketahuan masing-masing; asal negara para orang besar; bendera aneka warna; ada yang hitam ada yang kuning; agar para penggawa tidak keliru.
  • 1683. Pancangkan tunggul pusaka; umbul-umbul dua baris; dan tombak pengawikan; lawe-rontek jejerkan; bandrangan tohok dan lembing; kalantaka dan bedil besar; pistol tinggar dan gantang; bedil kela dan tarebin; letaknya jangan jauh dari bendera.
  • 1684. Lalu tempatkan; tambur terompet dan serunai; di bagian belakang; senja ta ga bungkan sebagian; bereskan masing-masing; bandring tumpas dan busur; penggada dan jerat; perisai pedang dan tamsir; barn bu runcing seligi dan panah.
  • 1685. Semua senjata itu; siapkan dekat bendera; ada pun meriam tinggar; kalantaka dan gutuk api; geranat gurnada tempatnya; lebih dekat ke bendera; setelah diatur; senjata se mua; berkatalah para penggawa.
  • 1686. Kepada adik-adiknya; yang berbicara lebih dahulu; Ken Gajah Manglawu; Mas Panji Walungan Sari; kepada sang adik; hai dinda Rara Panembang; cepatlah adik naik; ke atas anjungan; saksikanlah kakanda maju perperang.
  • 1687. Berkata sang Holang Ngambang; kepada adik perempuannya; hai dinda Sekar Kambangan; cepatlah  naik; ke anjungan tinggi; saksikan kakanda perang; maju bertanding; merebut puteri Nusa Bali; para punggawa menyanyi kerinduan.

LXVI
  • 1688. Berkata para penggawa; semua berkata sama; tidak ada bedanya; semua menyuruh naik; ke atas anjungan; suaranya bergemuruh; bergalau kedengarannya.
  • 1689. Jalak Mangprang berkata; wah kata Banyak Pategang; kelima Kuntul Wulung; Dipati Mraja Hanegan; Gagak Wulung juga; yang kedelapan Andur Manggala; Tejalarang dan Tejamentrang.
  • 1690. Kemudian Gajah Buana; lalu Tejabumbang; Gajah Mangkurat juga; semua memberi perintah; bergelegar bagai guntur; orang besar berkata bersama-sama; bergemuruh bercampur suara laskar.
  • 1691. Semua menyuruh naik; menyuruh naik anjungan; Rara Panembangan apling dulu; dan Rara Sekar Kambangan; lalu Nyi Andurlarang; Nyi Campakalarang mari; kita naik ke anjungan.
  • 1692. Honenglarang ada di atas; Angsanalarang naik; Asoka-wangi kemari; Tanjunglarang dan Tanjungrancang; Gegelang Sri Dewata; Nyi Girang Panji mari; kita naik ke anjungan.
  • 1693. Semua para puteri; telah naik ke anjungan; setelah semua naik; berkata para penggawa; makanya disuruh naik; saksi-kanlah kakanda berperang.
  • 1694. Sudah naik para puteri;  para penggawa berkata; se-muanya memanggil; kepada Girang Wayang; mari adikku; ber-kata bagaikan guntur; memanggil Mas Girang Wayang.
  • 1695. Tundalah kata-kata para penggawa; tersebutlah di dalam kuta; dalam kuta Siem sekarang; Raden Gambuh Margalaya; lalu berkata; kanda Badak Cina; dan kanda Munding Tandegan.
  • 1696. Wahai kakanda dipati; sekarang baiklah kanda; me-nyuruh segera naik; kepada kakanda Girang Wayang; dan Kastorilarang; juga Kastoriwangi; semua naik anju ngan.
  • 1697. Para dayang barang kali ingin menyaksikan, di belakang yang berperang; Ken Badak Cina berkata; dan Munding Tandegan; baiklah raden; segera ia m emanggil; hai adinda Girang Wayang.
  • 1698. Kastorilarang; Kastoriwangi cepat; keluar dari padaleman; naiklah ke anjungan; baiklah kakanda;  sebab orang seberang itu; telah selesai menata barisan.
  • 1699. Girang Wayang sudah iiba; dan Kastorilarang; juga Kastoriwangi; berkata Mas Girang Wayang; silahkan kakanda; naik dahulu ke atas; Ken Badak Cina naik .
  • 1700. Semua sudah berada di atas; segera para putri melihat; dari atas anjungan; kanda mengadakan sayembara; semua sudah naik; Badak Cina duduk; d a n Munding Tandegan.
  • 1701. Setelah ia duduk; Ken Badak Cina berkata· kepada semua penggawa; berkata hai penggawa sabrang; haha para penggawa; barang kali ada yang tidak tahu; nah inilah Girang Wayang.
  • 1702. Perhatikan bak-baik; jangan keliru; sidikkilah rupanya: di atas anjungan; tetapi wahai penggawa; jangan  mengharap  dapat memondongnya; selama kuta Siem berum ambruk.
  • 1703. Lalu para penggawa; bergemuruh jawabannya; ya sudah jelas; kami harap bersiaplah; ya baiklah; sebagian menjawab sanggup; kepada Badak Cina.
  • 1704. Segera para penggawa; memerintahkan laskarnya; hai semua Lengser; semua laskar; suruh membunyikan tanda; bende kabuyutan Lampung; itulah tanda berperang.
  • 1705. Lengser segera menjawab; patik junjung semua titah; telah siap semuanya; seluruh senjata perang; bedil sudah dipasang; hanya tinggal menembakkan; tombak sudah dihunus.
  • 1706. Tombak hanya tinggal menikamkan; panah sudah dipasang; hanya tinggal melepaskan; jerat sudah disiapkan; sebagian memegang bambu runcing; bandring telah diisi batu; tinggal melemparkan saja. 1707. Ribut menyiapkan bedil kecil; pistol tarebin dan tinggar; mesiu dan selongsongnya; semua sudah siaga; menurut perintah; katanya mesiu dan selongsong; pendorong dan penariknya disiapkan.
  • 1708. Penariknya diperiksa;  gantang lela dan kalantaka; meriam diperiksa; mesiunya sudah banyak geranat dan gurnada; bolang-baling dan kembang anggur; sebesar butiran kelapa.
  • 1709. Adapun jenis-jenis mesiu; ada besi ada baja; tembaga dan timah; kuningan dan perunggu; luar biasa banyaknya; tembaga dan perunggu; salaka suasa dan emas.
  • 1710. Mana saja yang lebih baik; mesiu bermacam-macam; sekarang pilih sajalah; istabel semua waspada; sudah siap dipegang; bedil tinggar di depan; kalantaka di belakang.

LXVII
  • 1711. Senjata sudah disiapkan; bedil tinggar hendaknya ditembakkan Jebih dahulu;  para penggawa berkata; Gajah Manglawu bicara; sudah tiba waktunya; mumpung masih pagi; Holang Ngambang berkata; dan juga para penggawa.
  • 1712. Hai Lengser cepat bunyikan;  bende Lampung kabuyutan Jebih dulu; serempak dengan tambur; serunai dan badingdang; bunyikan gendang penca cara Bali Bugis dan Buton; sertai dengan sorak; laskar seberang mendahului.
  • 1713. Menembak dengan berangkolang; bandring dan pelempar api; bedil baris bergemuruh; tak ada antaranya; menggelegar bedil sorak beri dan tambur; bersama-sama dengan bunyi tanda; bende dipukul bertalu-talu.
  • 1714. Perajurit Siem menyambutnya; berdentuman tembak-menembak; ditingkahi suara tambur; gemuruh di dalam kuta; di luar kuta pun memberondong campur-baur; saling melepas panah api; orang Siem dengan orang seberang.
  • 1715. Gemuruh suara gamelan; dan suara bedil tiada putus-putusnya; tujuh hari tujuh malam; ditabuh terus-terusan; berkata semua penggawa; hai Lengser lurah kabayan; berikan perintah segera.
  • 1716. Hentikan bedil baris; suruh mundur beri giliran yang di belakang; pajukan bedil besar; meriam dan kalantaka; gantang lela rantaka dan masbun; segera isi peluru; juga rantai bolang-baling.
  • 1717. Serempakkan obang-abing; semua peluru yang baik-baik; granat gurnada dan kembang anggur; karena orang seberang; telah inelihat kuta Siem masih utuh; bekas peluru tidak tampak; tak ada yang rusak.
  • 1718. Lengser segera berkata; ya bendara telah siap semua; sejumlah istabel; hai kawan segera pasang; masing-masing pegangan jangan keliru; juru sulut segera; apa lagi tukang mengisikan peluru.
  • 1719. Juru korok segera siap; jangan lengah karena tembak-an tak boleh berhenti; kemudian disulut dan menggelegar; ber-samaan meriam yang banyak; suaranya berdentuman bergemuruh; meriam Siem menyambut; bagaikan gunung ambruk.
  • 1720. Nusa Siem bagai goyang; rasanya seperti diliputi; asap gelap bedil besar; dalam waktu tujuh hari; orang berjalan haus pakai obor; bila tidak membawa lampu; gelap gulita tak dapat melihat apa-apa.
  • 1721. Suara meriam tidak berkeputusan; mengguntur meng-gelegar di angkasa; semua kayu-kayu di Siem roboh; peluru rantai menerjang; kena kayu dan tanaman menjadi hancur; tetapi kuta tidak terkena; utuh tak ada cacatnya.
  • 1722. Laskar seberang rusak;  antaranya hanya seperempat yang tinggal; tiga perempatnya mati; sebagian terbakar; masih banyak yang mundur membawa luka; ciut hati para penggawa; karena laskarnya sudah sangat berkurang.
  • 1723. Para penggawa berunding; bagaimana sebab laskar su-dah berkurang; mari mengamuk bersama; cepat kita gempur kuta semua berkata mau; menerjang ke dalam pura; jangan takut ditembaki.
  • 1724. Tersebutlah Girang Wayang; dari atas anjungan melihat; agak gentar hatinya; mendengar suara senjata; tak hentinya siang malam gemuruh; hati kanda Badak Cina; Munding Tandegan kemari.
  • 1725. Segera Badak Cina tiba; dan Munding Tandegan; keduanya berkata; apa adikku; mengapa mengundang kanda; Girang Wayang menjawab; dinda hendak bertanya.
  • 1726. Keadaan laskar Siem;  bagaimana selamatkah mereka: Ken Barlak Cina menjawab; dan Munding Tandegan; entahlah belum kanda perhatikan; karena kanda selalu bolak-balik; Girang Wayang berkata.
  • 1727. Kanda jangan bolak-balik lagi; jelaskanlah segera; kepada Raden Gambuh; karena menurut pengamatan adinda; laskar seberang banyak yang mati; tewas terkena senjata; betapa pun kuatnya mereka hanya laskar kecil.
  • 1728. Yang maju tak dapat terus; lalu mundur ganti-berganti; sudah tak ada yang maju; tinggallah para penggawa; dan sebagian perwiranya yang tnggal; Barlak Cina berkata; kepada Girang Wayang.
  • 1729. Dan kepada Kastorilarang; juga Kastoriwangi; seka-rang kanda akan berkabar; kepada sang rajaputra; ketika tiba segeralah Badak Cina; hai adinda tuanku; kanda segera berkabar.
  • 1730. Kepada adinda; tentang keadaan laskar kecil; laskar peribumi ini; sangat ramai mereka berperang; orang Siem mendesak laskar awam; kira-kira laskar seberang; hanya tinggal seperempatnya.
  • 1731. Yang tinggal hanyalah para penggawa; dan sentana serta perajurit; adapun maksud mereka; akan mengamuk bersama-sama; hendak masuk ke dalam pura; mengamuk di dalam kuta; mereka menuju dalam kuta Siem ini.
  • 1732. Berkata Ken Badak Cina; bagaimana raden bila memang benar; para penggawa masuk; maklum jumlahnya banyak; bila kita tidak mampu menahannya; dan kalau harus dihadapi; tentulah kakanda maju sekarang.
  • 1733. Sang rajaputra berkata; ya kakanda tentang apa yang kanda sampaikan; para penggawa hendak masuk; hendak meng-amuk bersama; masuk ke dalam kuta Siem dan mengamuk; ya mau diapakan; kita akan lolos ke mana.
  • 1734. Sebab mereka telah sedia; sekitar kuta telah dikepung; bagaimana Raden Gambuh; berani demikian; ada pun yang diandalkan; Batari dan Batara; yang selalu melindungi.
  • 1735. Melindungi dirinya; dan semua laskar kecil; di dalam kuta; tidak banyak yang mati; hanya seorang dua atau tiga orang; kemudian Girang Wayang; turun dari anjungan.
  • 1736. Girang Wayang menjerit; kepada sang kakak Badak Cina; kanda cepat kanda lihat; penggawa seberang; masuk semua ke dalam kuta Siem; sang rajaputra segera; melihat piaraannya.
  • 1737. Dewa Sagara namanya; berdua dengan Buta Sagara; sekaranglah waktunya; musuhmu telah tiba; cepat binasakan dan cepat berdua mengamuk; Dewa Sagara menunggu; di pinggir peseban iuar.
  • 1738. Hamba menerima titah; membelalaklah matanya bagai matahari terbit; matahari kembar di mukanya; mulutnya bagai muara; taringnya tajam sebesar tanduk lembu; bulunya bagaikan jara; keduanya sangat marah.
  • 1739. Dewa Sagara menantang;  berdua Buta Sagara yang sama-sama berani; hai penggawa lihatlah; jangan cepat maju; per-hatikanlah dahulu;  belum hancur badanku ini; akulah Dewa Sagara.
  • 1740. Badak Cina berkata; ia kaget melihat dewa ini; hai Munding Tandegan lihat; kepada Dewa Sagara; seperti itulah rupa dewa laut; yang bernama Dewa Sagara; dan Buta Sagara.
  • 1741. Badak Cina melonjak; juga Munding Tandegan; karena sangat takutnya; apalagi orang banyak; lebih takut melihat dewa laut; mundur kalian sebentar; aku akan mengamuk penggawa.

LXVIII
  • 1742. Lalu berkata Dewa Sagara menantang; dan Buta Sagara; hai penggawa semua; inilah Dewa Sagara; berdua Buta Sagara; saudaraku; mari kita berperang.
  • 1743. Berkatalah para penggawa semua; nah itu musuh datang; bagaimana akalnya; siapa maju lebih dulu; mari sama-sama menembaki; kita tombak; pergunakan kelewang pedang dan tamsir.
  • 1744. Kemudian penggawa yang banyak itu menerjang; bersamaan menombak dan menembak; disertai badingdang; tambur dan sorak; dur bedil bruk tambur beri: dugdag badingdang; bersamaan dengan suara gamelan.
  • 1745. Bergemuruh sorak sorai para penggawa; semua meneriakkan mati; hai Dewa Sagara; dan Buta Sagara; masih ingin hidupkah engkau; lalu Dewa Sagara; segera berkata.
  • 1746. Hai penggawa waspadalah kalian; aku akan membalas; tidak tentu barisannya; penggawa yang banyak; Dewa Sagara menoleh; lalu menerjang; mengamuk kiri-kanan.
  • 1747. Para penggawa bertekad mengamuk bersama; lalu menerjang berani; tetapi tak berdaya; terhadap Dewa Sagara; dan Buta Sagara; yang keduanya menerjang; yang terserang matilah.
  • 1748. Penggawa yang maju mesti mati; sentana dan perajurit; orang seberang; tak ada yang tahan; seorang pun tak tertinggal; orang seberang itu; hanya tinggal para puteri.
  • 1749. Para puteri semua sedih; gemuruh tangis mereka; di atas anjungan; sebagian lagi di tanah; banyak yang lupa daratan menjerit-jerit; lupa akan kainnya; berguling-guling di tanah.
  • 1750. Sebagian sampai lupa kepada kepunyaaannya; po po-hak namanya; sebagian makan tanah; sebagian makan kain; kain-nya ditinggalkan di tanah; lalu tel*nj*ng; banyak yang tidak benar.
  • 1751. Ratapannya kakanda bagaimana nasibku; dinda ditinggalkan; aku turut mati; kanda hidup aku turut hidup; tunda yang terus menangis; tersebutlah Dewa Sagara; dan Buta Sagara.
  • 1752. Kemudian Dewa Sagara menjenguk ke kiri-kanan; masih dia mengamuk; di dalam pesanggrahan; dan di luar pesang-grahan; mencari penggawa yang tinggal; mungkin ada yang sembunyi; di cari akan ketemu.
  • 1753. Lalu menuju ke perahu dan kapal; hanya tinggal juru mudi; yang menjaga kapal; dan harta benda; diambil dan dibunuh; bergeletak; mayat bersusun-tindih.
  • 1754. Banyaklah yang dipatahkan dan dilemparkan; diterkam dan dipijit; maka tidak lama; sepilah medan perang; Dewa Sagara telah pulang; berkata kepada sang raden; bahwa su dah menyelesaikan perang.
  • 1755. Ya tuanku hamba telah selesai berperang; membereskan para penggawa; semua sudah mati; penggawa seberang; semuanya telah tewas; kata Dewa Sagara; dan Detya Sagara.
  • 1756. Hamba hanya tinggal menanti perintah; rajaput ra berkata; hai Dewa Sagara; dan Detya Sagara; adapun keadaanmu; melakukan perang; membereskan para penggawa.
  • 1757. Pekerjaanmu telah ku terima baik; hanya sekarang para penggawa itu; yang telah mati; jangan dibiarkan lama mati-nya; agar tidak lengah nanti; dalam sepak-terjang kalian; harus kalian hidupkan kembali.
  • 1758. Hidupkanlah kembali semuanya; Dewa Sagara berkata; ya baiklah; jawab Dewa Sagara; juga Buta Sagara; menjawab ya baiklah; lalu mereka keluar.
  • 1759. Yang ditelan dimuntahkannya kembali; gelegak jatuh di tanah; mayatnya bergelimpangan;  bersusun-tindih;  setelahnya demikian; Dewa Sagara; dan Buta Sagara.
  • 1760. Lalu berdekap tangan merapatkan kaki; berdo'a maksudnya; kepada Guruputra; berkata dalam hati; meminta pertolongan dewa; menghidupkan; mayat para penggawa.
  • 1761. Kemudian datang angin mengembus mayat; bergerak empu jari kakinya; bergerak bergetar-getar; lalu badannya bergerak; bangun kemudian duduk; lalu merangkak; menggerung-gerung menangis.
  • 1762. Aku kapok jera tangisnya; kapok tobat nenek; ya emak ya bapak; ya buyut bao canggah; penutupnya menyebut isteri; wahai biniku; celaka aku mati.
  • 1763. Wahai emak aku mengalami mati; bergerung-gerung menangis; tangis para penggawa; sebagian mawap mawaw; raden putera berkata; kepada sang kakak; kanda Badak Cina.
  • 1764. Tentang para penggawa itu; jangan lama-lama tersiksa; segera hampiri; dan segera tanyai; takluk atau tidaknya; agar jelas; Badak Cina menjawab.
  • 1765. Baiklah lalu menyembah dan keluar; mendatangi para penggawa; hai semua penggawa; aku datang diutus oleh adikku; raden putera; meninjau kalian.
  • 1766. Nama kanda ialah Badak Cina; yang memiliki negeri m1; dan adik kakanda; yang bernama Munding Tandegan; yang merebut puteri Bali; waktu bertapa; di angkasa.
  • 1767. Sekarang kakanda ingin bertanya; sudah jangan nangis terus; seperti bukan laki-laki; bagaimana kehendak dinda sekarang; sudah takluk atau belum; bila ingin terus melawan; marilah maju sekarang.
  • 1768. Bila semua takluk akan kanda beri anugerah; dan akan diangkat; lebih enak dari dahulu; seperti  yang kapir menjadi Islam; besar ganjarannya nanti; lebih utama; busana dan puteri.
  • 1769. Akan diganjar harta benda dan kekayaan; bahkan diganjar tanah; dengan isinya sekali; apa lagi penghasilannya; di desa dan di hutan; gebang alang-alang; kayu bambu dan rotan.
  • 1770. Adapun nanti akan diangkat; yang besar menjadi bupati; tumenggung dan aria; rangga dan kanduruan; demang dan ngabei; dan alad-alad; jadi kepercayaan raja.
  • 1771. Kalau lurah akan jadi lurah lagi; naik pangkat menjadi patinggi; atau wedana; atau kuwu desa; ucap gawe dan ngabei; mungguh ngalambang; lengser dan reksabumi.
  • 1772. Pamikul naik menjadi pangrembat; penandu menjadi joli; itu kata bahasa Kawi; dikatakan naik pangkat; hanya berbeda bahasa saja; tetapi itu-itu juga; pakatik menjadi penyakit.
  • 1773. Badak Cina selesai bicara tentang ganjaran; lalu bertanya lagi; takluk dan menyerah; belum mendapat jawaban; kemudian menjawab; para penggawa itu; semua merasa gentar.
  • 1774. Tidak keruan kelakuan dan perasaan mereka; lalu merangkul kaki; kaki Badak Cina; dan Munding Tandegan; para penggawa menjawab; minta diampuni; menyerahkan mati-hidup.
  • 1775. Adinda semua takluk; tak akan berani dua kali; akan mengabdi; menurut perintah anda; mempersembahkan benang putih; hati kami; enak sangat manisnya.

LXIX
  • 1776. Badak Cina berkata manis; adinda temanku; semua para penggawa; dinda Gajah Manglawu; Wekas Panji Walungun Sari: dan dinda Holang Ngambang; dan semuanya; sudah bersedia: menga bdi marilah kita kumpul; di semua di peseban.
  • 1777. Maka berkata semua penggawa; seperti burung gemuruh bagai ombak; sembah semua penggawa; baiklah dan terima kasih: sedia menerima perintah; semua menyembah; naik ke balai bandung; mereka duduk berjajar; tujuh puluh lebih tiga jumlah-nya; tunda yang sedang duduk.
  • 1778. Tersebutlah Dewa Sagara: dan Buta Sagara; mereka hendak berkabar; kepada Raden Gambuh; belum selesai titah tuanku: kepada kami; menunggu titah; rajaputra berkata; bagaimana laskar kecil yang mati: yang ada di luar kuta.
  • 1779. Laskar para penggawa; sudah hidup lagi atau belum; bila belum segeralah; hidupkan kembali mereka;  bila telah hidup iringkan: dengan persenjataan perangnya; bawa semua; atau perkakas wanita; apa lagi milik para puteri: yang ada di pesanggrahan
  • 1780. Dewa Sagara menjawab; dan Ditya Sagara; menyembah lalu keluar: maka Dewa Sagara; dan Bula Sagara; lalu mengitari semua mayat; dan juga mereka yang tewas; setelah keta huan mereka yang mati; segeralah Dewa Sagara.
  • 1781. Bersama Bula Sagara; mendekap tangan merapatkan kaki; maksudnya berdo'a; kepada Yang Guru; Guruputra Yang Bayu; berkata dalam hati; dewa berilah pertolongan; menghidupkan kembali mayat; laskar yang luka tewas dan gugur; kemudian tibalah.
  • 1782. Tiba angin si Timur; bergetar-getar lalu bergerak; badannya semua; kemudian duduk; terisak-isak menangis; menyebut aduh bapak; biniku aku mati; ramailah orang menangis; dan mengaduh sakit benar mati itu; lalu berdiri semua.
  • 1783. Dewa Sagara lalu berkata; dan Buta Sagara; hai semua laskar; aku perintahkan; menurut titah rajaku; jangan berbuat percuma kalian; pegang lagi semua; perkakas perang; masing-masing menyiapkan senjatanya; dan uruslah.
  • 1784. Yang masih utuh pegangkembali; yang rusak bakar saa; bila telah siap semua; senjata itu; lalu Dewa Sagara berkata; dan Buta Sagara; hai semua laskar; aku memberi perintah; ayuh masuk ke dalam kuta; gemuruhlah mereka menyambut perintah.
  • 1785. Berdesakan laskar itu berangkat; setibanya Dewa Sagara; dan juga Buta Sagara; segera menghampiri; menuju ke anjungan; puteri disuruh di bawa; digiring semua; ketika para puteri melihat; rupa Dewa Sagara; menjeritlah mereka.
  • 1786. Para puteri ketakutan melihatnya; sebagian meloncat dari tempatnya; ada setan iblis kemari; ribut semua puteri; lalu Dewa Sagara berkata; dan Buta Sagara; sang puteri jangan gugup; jangan menangis; kalau tidak tahu aku diutus rajaku; mengundang para puteri.
  • 1787. Dari anjungan ini para puteri harus digiringkan; dengan semua harta-bendanya; dengan gamelannya; salendro pelog degung; semuanya jangan ada yang tertinggal; sang puteri segera berkata; kepada penabuhnya; siapkan segera gamelannya; baiklah semua siap; tandu dan joli ayuh marilah.
  • 1788. Apa lagi yang menggotongku; jolang jampana marilah segera;  mari pergi mengamen; para puteri ramai; mereka tergesa-gesa; karena Dewa Sagara; sangat tergesa-gesa; ia menggertak; seperti opas katanya ayuh jangan malas-malas; cepatlah naik jolang.
  • 1789. Lalu berangkat terdesak sang puteri; berisik ber jalan cepat; terburu-buru berjalan rusuh;  sebagian berjalan jingkat; sebagian menggulung kain; sebatas dengkulnya; karena gugupnya; terus berjalan cepat-cepat; tibalah semua puteri; masuk ke dalam kuta.
  • 1790. Lalu tiba di alun-alun; kemudian datang di pelataran peseban; mereka langsung jalannya; tiba di peseban bandung; para puteri berisik; maklum jumlahnya banyak; sebagian jingkat; karena gugupnya;  yang bersimpuh hanyalah seorang dua; banyak yang hanya mengenakan kain.
  • 1791. Sebagian hanya mengenakan badenting;  sebagian se-lendangnya tertinggal; sebagian berkainkan selendang; hanya sampai lutut; selendang tertukar dengan kain; sebagian duduk; sebagian berdiri;  kawannya melihat; kawannya memberi ingat; jangan tak tahu adat.
  • 1792. Itu kan ada sri bupati; di dalam peseban; jangan berdiri jangan berjongkok; harus bersimpuh; lalu menghadap kepada para puteri; lalu bersimpuh; membereskan kainnya; yang ditutup kesempitan; akal mereka sepotong menutup kaki; sepotong menutup dada.
  • 1793. Semuanya para penggawa;  dari seberang kumpul di peseban;  jumlah semua penggawa;  tujuh puluh banyaknya; tiga lebihnya; adapun saudara-saudara (perempuan) mereka; tujuh puluh tmbah tiga; penuh sesak tidak teratur duduknya; puteri dan penggawa.
  • 1794. Badak Cina lalu berkata; dan juga MundingTandegan; hai semua para penggawa; saudara-saudaraku semua; kakanda akan bertanya; keinginan anda; semuanya sekarang; penggawa menja-wab serempak; terima kasih tentang adinda semua; akan mengikuti segala perintah.
  • 1795. Gajah Manglawu berkata; saya hendak mengabdi; dan semua penggawa; Holang Ngambang berkata; gemuruh semua berkata; Badak Cina berkata; kanda menyampaikan terima kasih; demikian pula Munding Tandegan; mengucapkan sukur seperti kutu selimut dan kutu kain; semua diterima (kutu selimut = tu ma).
  • 1796. Badak Cina berkata kepada puteri; Girang Wayang segera; Kastorilarang cepat; juga Kastoriwangi; kemari ketiganya; sebentar saja; kanda memberi tahu; sang puteri segera menghampiri; Kyan Badak Cina berkata; hai upik segera dandan.
  • 1797. Berdandanlah baik-baik; laku kalian harus terpuji benar; Girang Wayang berkata; kanda saya ingin tahu; mengapa saya dipanggil-panggil; akan diapakan; Badak Cina berkata; jangan banyak bicara; segeralah duduk di kursi gading; di depan raja-putra.
  • 1798. Di belakang Girang Wayang nanti; tempat duduk Kastorilarang; nanti Kastoriwangi; tempat duduknya; dekat di sebelah kirinya; dekat Kastorilarang; sama dekatnya; ketiga puteri berkata; malu amat dekat dengan sri bupati; kata adiknya rnenahan rindu.

LXX
  • 1799. Sang puteri sudah duduk; di hadapan sang raja; Ken Badak Cina berkata; kepada rajaputra;  wahai adinda; kanda membaktikan hadiah; menyerahkan Girang Wayang.
  • 1800. Juga Kastorilarang; dan Kastoriwangi; hanya lu mayan saja; tetapi mereka malas; dibandingkan dengan kapas; mereka hanyalah kapuk; keluaran seberang Palembang.
  • 1801. Kandalah yang menjadi penambahnya; rajaputra berkata; terima kasih kakanda; tak ada cacatnya sama sekali; maklum keturunan menak; keturunan orang besar; putera pemilik negara.
  • 1802. Raiaputra berkata; hai adinda Girang Wayang; cepat dekatlah kemari; dekat ke kursi kakanda; juga  Nyi Kastorilarang; dan Kastoriwangi; mari semua dekat kaka nda.
  • 1803. Sekarang sudah pasti; karena kehendak dewa; sudah suratan nasib; kita menjadi jodoh; adinda dan kakanda; tak dapat diubah lagi; untuk puteri yang tiga.
  • 1804. Ketiga puteri bersujud; ketiga-tiganya; menyungkem kainya; berkata terima kasih bendara; atas kerelaan hati; atas karunia bendara; adinda junjung di atas kepala dinda.
  • 1805. Ketiga isteri menghaturkan bakti; terikat diujung jari; sampai kepala dan leher; sesudah demikian; lalu para penggawa; berkata bersama kawan-kawannya; kepada saudara perempuannya.
  • 1806. Gemuruh suara penggawa; hai adikku semua; para puteri; ayuhlah kalian berdandan; cepat kemari; semua kumpul; duduk bersimpuh semua.
  • 1807. Mereka duduk berjajar; di hadapan kakaknya; para puteri. segera; maju ke hadapan; semua bersimpuh; para penggawa semua; menghaturkan sembah.
  • 1808. Kemudian Gajah Manglawu; sebelah kirinya sang Holang Ngambang; bersama-sama menyembah; hai kakanda Badak Cina; keinginan para penggawa; sudah bulat tekadnya; menghaturkan saudaranya.
  • 1809. Menjadikan pasak besi; untuk peneguh layatan; menjahitkan kesentosaan; dapat diumpamakan; peneguh orang mengabdi; Badak Cina menyampaikan terima kasih; lalu dihaturkan kepada rajaputra.
  • 1810. Gakah Manglawu berkata; belum selesai perkataan dinda; hampir terlupakan; kata para penggawa; tentang tanda bakti itu; walaupun puteri mereka dusun; tidak tahu sopan-santun.
  • 1811. Belum dapat menenun membuat benang; kalau berjalan ia melompat; sangat kampungan mereka; berkain sebatas dengkul; belum mendapat pelajaran; untuk imbangannya; kakandalah sebagai penambahnya.
  • 1812. Rajaputra menjawab; terima kasih kakanda semuanya; tidak ada celanya; maklum puteri orang bijaksana; semua memiliki negara; semua puteri orang besar; sangatlah besar terima kasih adinda.
  • 1813. Setelahnya demikian; sang rajaputra berkata; hai semua para puteri semua; orang cantik dari seberang; mari semua ke sini; dekat dengan kakanda; telah tetap kehendak dewa.
  • 1814. Kita menjadi jodoh; nasib kalian;  dari sajratil muntaa; (telah lebih dahulu ditulis; terlaksananya sekarang);  berkata Rara Panembang; bersama semua puteri.
  • 1815. Terima kasih tuanku; memenuhi kepala dan leher; hamba tidak merasa; diaku isteri; para puteri semuanya; merasakan dirinya; hanyalah mengabdi.
  • 1816. Tidak berani diperisteri; hanya merasa mengabdi; semua para puteri; hanyalah ingin menghamba; kepada paduka raja; semua puteri setia; sangat sukalah hatinya.
  • 1817. Gembiralah sri bupati; mendengar kata-kata para wanita; bahwa semua bersungguh-sungguh; setelahnya demikian; rajaputra berkata; kepada kedua kakaknya; hai kakanda Badak Cina.
  • 1818. Kedua Munding Tandegan; adinda punya keinginan; harap kakanda terima; akan memberikan titah; kepada Ken Badak Cina; kakanda berdua; harus selalu bergandeng tangan.
  • 1819. Bersama dengan Munding Tandegan; menjadi puncak barisan; menjadi senjata paling depan; kakanda Badak Cina; menjadi benteng negara; berwenang menghitamkan kuntul; atau memutihkan gagak.
  • 1820. Menjadi sendi hamparan; benteng seluruh negara; negara Siem sekarang; semua para penggawa; bila ada yang membantah; kalau tidak menuruti; perinta h kakanda.
  • 1821. Tak ada hukuman lain; kecuali potong le her; Ken Badak Cina menjawab; bersama Munding Tandegan; terima kasih adinda; tentang perintah itu; kepada kakanda.
  • 1822. Dan kepada adik kakanda; Munding Tandegan ini; tidaklah berkeberatan; apa pun titah adinda; jangankan menanggung sakit; walaupun meminta nyawa; tentu kakanda terima.
  • 1823. Badak Cina memberikan perintah; kepada para penggawa; beginilah sekarang; karena perintah tadi; sudah didengar oleh semua; semua menjawab iya; jawab penggawa serempak.
  • 1824. Terima kasih titah tuanku; akan kam1 junjung tinggi; setelahnya demikian; sang rajaputra berkata; kepada Girang Wayang; sang puteri di dekatnya; hai adinda Girang Wayang.
  • 1825. Juga Nyi Kastorilarang; dan Kastoriwangi; mari kita masuk; berserta; semua putri; menjawab Girang Wayang; ketiga puteri berkata; ya, baiklah!
  • 1826. Mas Girang Wayang berkata; hai semua para puteri; puteri seberang seluruhnya; mari masuk ke pedaleman; para puteri berdatang sembah; serempak menjawab gemuruh; puteri yang berjumlah tujuh puluh.
  • 1827. Berisik mereka berjalan; semua sudah datang; tiba di pedaleman semuanya; setelah mereka duduk; berkatalah Girang Wayang; hai Kastorilarang; dan juga Kastoriwangi.
  • 1828. Kakanda serahkan puteri-puteri ini semua; yang berjumlah tujuh puluh tiga; bila ada kekuranganya; atau tidak menurut; lalai dalam pekerjaan; kakanda percayakan; kepada adinda berdua.
  • 1829. Terserah dinda berdua; akan merah kesumba jingga; memutihkan yang hitam; buruk-baiknya semua; Kastorilarang menjawab; juga Kastoriwangi; kecut hati dinyanyikan pada akhirnya.
Sumber:
Danasasmita, Saleh, Atja dan Nana Darmana. 1977. "Babad Pakuan atau Babad Pajajaran". Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. versi ebook pdf: repositori.kemdikbud.go.id Diakses 4 Juni 2020.
Baca Juga

Sponsor