Cari

Serat Walangsungsang


[Historiana] - Naskah Serat Walangsungsang terdapat 2 naskah yaitu naskah dengan nomor L 21.04 Rol (microfilm) 148.07 (15 halaman) berukuran 34.6 x 22 cm dan nomor NR 169 Rol 123.04 (194 halaman) 20,5 x 16 cm. Berbahasa Jawa dengan aksara latin. Naskah pertama, berisi ringkasan teks Serat Walangsungsang, kemungkinan berasal dari naskah induk Babad Cerbon, Putra Galuh. Naskah diterima Pigeud dengan perantaraan kraemer. Naskah kedua, memuat tanggal penyalinan 5 Februari 1910, memuat teks Serat Walangsungsang-Rara Santang. Pada halaman i disebutkan bahwa naskah tersebut dibeli dengan perantaraan Ir. Moens pada tanggal 18 Maret 1932 di Yogyakarta. Ringkasan oleh Mandrasastra dilakukan pada Mei 1932.

Pigeud dalam bukunya Literature of Java menggolongkan cerita Serat Walangsungsang - Rara Santang ke dalam 'Cerbon mythical tale' (Pigeud 1967:144-145). Karya ini menceritakan tentang penyebaran agama Islam terutama di daerah Cirebon. Adapun tokoh-tokoh yang diceritakan dalam teks tersebut adalah Raden Walang Sungsang, putra raja Pajajaran yang memeluk agama Islam, berkelana mencari ilmu tentang agama Islam ke Mekah, dan kemudian kembali lagi ke pulau Jawa. Rara Santang, adik R Walang Sungsang yang ikut berkelana bersama kakaknya, kemudian kawin dengan raja Mesir. Kelak salah satu dari putranya bernama R Sarip Hidayat menjadi wali di Gunungjati.

Diceritakan pula tentang R Sahid saat menjadi perampok yang akhirnya takluk pada Ki Darès. Kemudian R Sahid disuruh berguru pada Sunan Jati. Belum sempat R berguru, Sunan Jati (Seh Sarip) harus pergi dengan tujuan akan membujuk kakeknya, raja Pajajaran untuk memeluk agama Islam. Akan tetapi raja Pajajaran lebih suka gaib bersama kerajaannya. Seh Sarip kembali ke Gunungjati setelah 9 bulan pergi.

Di Gunungjati R Sahid masih menunggu kedatangan Seh Sarip untuk berguru 'sarèngat' agama Nabi Muhammad. R Sahid disuruh ke pinggir kali sambil membawa kemiri, namun kemiri yang dibawanya masuk ke dalam sungai. R Sahid berusaha mencari kemiri di dalam sungai hingga ke samudra. Ahirnya sampai di pulau Ening. Di sana bertemu dengan Nabi Kilir. R Sahid diberi nama Sunan kalijaga, kemudian bertapa di pegunungan Dieng.

Daftar pupuh:
  1. Dangdang Gula (33) Jajaruman mrih kawuryan manis, yatna mardi ing budi santosa;
  2. Kinanti (59) Langkung kèwran Sang Retnayu, dènira ngupaya margi;
  3. Asmarandana (25) Sigegen ingkang lumaris, kocapa kang lagya tapa;
  4. Megatru (34) Aningali ing uwit, karoya agung, epangè ki bekan peksi;
  5. Balalakbak (23) Sampun munggah ing puncaking Gunungjati, aranè;
  6. Mijil (17) Gancanging kang carita winarni, walangsungsang totor;
  7. Sinom (94) Sèh Datukapi ngandika, santriningsun Cakarbumi;
  8. Maskumambang (32) Ki Sèh Bayan wus numpak ing palwa kunthing, sigra babar layar;
  9. Dangdang Gula (35) Nyuwun pamit angulari wukir, mugi-mugi kantuna raharja;
  10. Asmaranda (27) Tinelukan pra narpati, tinut mring wali sasanga;
  11. Sinom (34) Praptaning Mesir nagara, lajeng tumamèng jro puri;
  12. Dangdang Gula (10) Cinarita ing pulo Majèthi, pan jinaga sagung sato kèwan;
  13. Kinanti (28) Ujaring sajarah iku, layone Sulèman nabi;
  14. Sinom (33) Milanè sru mangun tapa, caritane duk kariyin;
  15. Kinanti (23) Tumurun saking wot iku, anjog ing teraju aglis;
  16. Sinom )39) Buntas gènira micara, Sèh Sarip sampun nampèni;
  17. Asmarandana (45) Kocapa kang tapèng wukir, jeng pangèran in Pajagan;
  18. Dangdang Gula (43) Kawuwusa lampahira Sarip, sampun prapta ing nagari Cina;
  19. Asmarandana (39) Sinigeg kang para wali, kocapa putra ing Tuban;
  20. Pangkur (31) Sampun lepas lampahira, praptèng wana akarya pondhok wangi;
  21. Dangdang Gula (47) Warnanira satuhu yu luwih, cahya mancur apindha sasangka;
  22. Kinanti (27) Brawijaya ingkang sepuh, Jaka Tarub ingkang rayi;
  23. Balakbak (26) Praptèng ngarsa pangèran Tuban bekti, purbanè;
Catatan penulis: Dalam Serat Walangsungsang ini, sosok yang mengajak Prabu Siliwangi memeluk islam adalah R Sarip (Syarif Hidayatullah). Sedang dalam kisah yang mashur dikenal masyarakat Pasundan, sosok yang mengajak Prabu Siliwangi memeluk agama Islam adalah Kian Santang.

Sumber:
"Katalog induk naskah-naskah nusantara, Volume 1" Jilid 3-A Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Disunting oleh T.E Behrend dan Titik Pudjiastuti. Penerbit: Yayasan Obor Indonesia dan Ecole Francaise D'extreme Orient (EFEO). Google books Diakses 24 Juni 2020.
Baca Juga

Sponsor