Bung Karno |
[Historiana] - Oleh Alam Wangsa Ungkara. Sungguh menyedihkan, diakhir hidupnya, Bung Karno mendapat perlakuan tidak adil dari Penguasa Orde Baru, hanya permintaan kecil saja tidak dikabulkan, sebelum wafat Bung Karno pernah berpesan, “Aku ingin beristirahat dibawah pohon yang rindang, dikelilingi pemandangan yang indah, disebelah sungai dengan air yang bening, aku ingin berbaring diantara perbukitan dan ketenangan, hanya keindahan dari negara yang aku cintai, dan kesederhanaan sebagaimana aku hadir, aku berharap rumah terakhirku dingin, dipegunungan daerah Priangan yang subur di Batu Tulis Bogor, dimana aku bertemu pertama kali dengan petani Marhaen,” pesan Bung Karno.
Minggu, 21 Juni 1970. Indonesia berduka dengan wafatnya Proklamator Ir Sukarno. Ia meninggal di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Sukarno berada di rumah sakit itu sejak 16 Juni 1970 karena kondisi kesehatannya menurun drastis. Sejak beberapa tahun sebelumnya, ia mengalami gangguan ginjal dan sejumlah komplikasi.
Beberapa bulan sejak lengser dari kursi kepresidenan, Sukarno tinggal di Wisma Yaso, Jakarta. Kini, Wisma Yaso menjadi Museum Satria Mandala. Statusnya tahanan rumah. Ia tak boleh menerima tamu, kecuali anak-anaknya dan beberapa tokoh. Aparat militer menjaga dengan ketat.
Ketika Bung Karno, Sang Proklamator itu wafat, pada 21 Juni 1970, beliau dimakamkan dekat makam ibunya di Blitar, Jawa Timur, lokasi pemakaman di Blitar ini, merupakan keputusan Pemerintah Orde Baru, dibawah perintah Presiden Soeharto, mungkin ini sejarah yang hampir terlupakan, dan dianggap biasa oleh kebanyakan orang.
Penulis biografi politik Sukarno, John D. Legge, menulis, pada hari itu, Hartini (istri Sukarno) dan Dewi (mantan istri Sukarno) memohon pada Presiden Soeharto agar Bung Karno bisa dimakamkan di lingkungan Istana Batutulis Bogor. Mereka ingin memenuhi keinginan Putra Sang Fajar.
Soeharto menolak permintaan itu. John D. Legge mengatakan, "Soeharto rupanya tidak ingin mendirikan suatu tempat ziarah yang terlalu dekat dengan Jakarta..."Sukarno akhirnya dimakamkan di Blitar, di samping makam ibundanya.
Referensi
- Legge, John D. 1985. "Sukarno : sebuah biografi politik " ; diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Tim PSH". Monograf. Jakarta: Sinar Harapan.
- Oltmans, Willem.2001. "Bung Karno Sahabatku". Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.