Sketsa wajah Kiai Ngabehi Wiralodra,
Adipati atau Bupati-Utama Kabupaten Indramayu
Masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan sebutan Raden Bagus Arya Wiralodra.
Sumber: Tribunnews.com
[Historiana] - Sejarah Asal-usul Wiralodra pendiri Indramayu dikutip dari Babad Dermayu yang diterjemahkan oleh Ruhaliah. Bagian awal naskah menceritakan silsilah, dimulai dari Ngabehi Wirasecapa dari Bagelen. Nama-nama yang disebutkan selanjutnya adalah Pangeran Hadi…, Tumenggung Gagak Pernala, Pringgandipura, Gagak Wirahandaka, Gagak Kumitir, Gagak Wirakusuma, Gagak Singalodraka, Wangsanagara, Wangsayuda, Wiralodra, Tanujaya, Tanujiwa.
Dikisahkan Wiralodra bertapa agar mendapat kemuliaan. Pada malam Jum’at ia mendapat petunjuk.
Petunjuk yang didapat Wiralodra adalah agar ia membabat hutan di kali Cimanuk. Wiralodra kemudian berangkat ditemani Ki Tinggil menuju selatan kaki gunung. Setelah tiga tahun berkelana keduanya bertemu dengan Buyut Sidum yang memberi petunjuk mengenai tempat yang dicarinya. Buyut Sidum kemudian menghilang.
Keesokan harinya mereka berjalan hingga tiba di Pasir Kucing dan menemukan kali yang jernih. Wiralodra kemudian mandi sedangkan Ki Tinggil tertidur hingga dua minggu lamanya. Mereka kemudian menuju arah utara dan bertemu dengan Wirasetra. Keduanya beristirahat dan disuguhi makan. Setelah sebulan lamanya keduanya berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Setelah dua bulan keduanya bertemu kembali dengan Ki Sidum yang menyediakannya macam-macam tanaman.
Dikisahkan Ki Tinggil yang menjadi lurah mengangkat beberapa orang untuk membantunya, yaitu Bayantaka, Jayantaka, Surantaka, Wanaswara, Puspahita, dan Ki Pulana.
Tiba-tiba datang perempuan cantik yang bernama Nyi Hindang Darma ke kampung Ki Tinggil. Nyi
Hindang Darma diizinkan untuk membuat pondokan di tempat itu. Ki Tinggil mempunyai rencana untuk memberikan Nyi Hindang agar dijadikan istri oleh Wiralodra.
Keberadaan Nyi Hindang Darma sampai ke telinga Pangeran Palembang. Pangeran Palembnang dengan murid-muridnya datang hendak menyerang Nyi Hindang tetapi berubah menjadi terpesona oleh kecantikan Nyi Hindang. Lalu terjadi perkelahian antara Nyi Hindang dengan Pangeran Palembang. Karena kesaktiannya, Nyi Hindang dapat mengalahkan musuhnya hingga tewas.
Ki Tinggil melaporkan kejadian tersebut kepada Wiralodra di Bagelen. Ia juga menyarankan agar Wiralodra dengan adik-adiknya pergi ke pondokan yang mereka buat. Mereka kemudian berangkat. Sesampainya di pondokan, Ki Pulaha diminta untuk mengundang Nyi Hindang.
Nyi Hindang memenuhi undangan Wiralodra. Semua terpesona melihat kecantikannya. Atas permintaan Wiralodra Nyi Hindang menceritakan pertarungannya dengan Pangeran Palembang. Wiralodra dan adik-adiknya bertarung dengan Nyi Hindang setelah terlebih dahulu mengadakan perjanjian. Yang kalah menjadi pembantu yang menang. Keempat adik Wiralodra sudah kalah.
Wiralodra dan Nyi Hindang masuk hutan untuk bertarung. Karena tidak bias mengalahkan Wiralodra, Nyi Hindang lalu menghilang dan berubah wujud berkali-kali. Wiralodra tidak berhasil menangkap Nyi Hindang. Ia mendengar suara Nyi Hindang agar memberi nama tempat itu menjadi Darmayu.
Wiralodra melanjutkan perjalanan menuju barat dan sampai di Pegaden. Setelah tiga malam kemudian kembali ke Cimanuk. Sesampainya di Cimanuk ia dikejutkan oleh kedatangan pasukan Pangeran Haryakuningan dari Gerage. Ia diperintahkan Sultan untuk memeriksa orang yang membuat negara. Terjadi pertarungan antara Arya Kumuning dengan Wiralodra. Kuda Arya Kumuning tunduk kepada Wiralodra dan membawa Arya Kumuning ke Kuningan. Setelah sampai kuda itu melepaskan Arya Kumuning lalu melarikan diri ke hutan.
Patih Kuningan yang bernama Dipasarah lalu diperintahkan untuk mengabdi kepada Wiralodra.
Wiralodra kembali kepada pasukannya. Perkampungan yang dibuat tersebut kemudian diubah menjadi negara dan diberi nama Darmayu dan diadakan pesta selamatan. Adik-adik Wiralodra kemudian kembali ke Bagelen.
Datang buronan dari Jepara yang akan merebut negara, yaitu Watuhaji dan pasukannya. Wiralodra berhadapan dengan Watuhaji. Keduanya sama kuatnya. Wiralodra mengeluarkan kesaktiannya, begitu pula Watuhaji.
Lama-kelamaan Darmayu menjadi negara yang ramai, banyak pendatang dari Sumatra, Palembang, Bogor, dan Karawang. Pasukan dari Bogor dan Karawang datang karena terdesak oleh pasukan Belanda. Mereka mempersembahkan harta kepada Wiralodra sehingga Wiralodra menjadi sangat kaya.
Watuhaji dan pasukannya seharusnya dikirimkan ke Mataram untuk dihukum mati, tetapi Wiralodra membiarkannya tetap hidup dan diperintahkan untuk menuju gunung. Pasukan Watuhaji menjadi perampok.
Wiralodra memiliki anak yang bernama Sutamerta, Wirapati, Nyayu Hinten, Drayantaka. Setelah Wiralodra meninggal dunia digantikan oleh Wirapati dan disebut Wiralodra II. Wiralodra II memiliki dua orang istri dan 13 putra. Nama putranya yaitu Radén Kowi, Radén Timur, Radén Sumerdi (Samerdi), Radén Wirantaka, Radén Wiratmaja, Hajeng Raksawiwangsa, Hajeng Sutamerta, Hajeng Nayawangsa, Hajeng Wiralaksan[n]a, Hajeng Hadiwangsa, Hajeng Wilastro, Hajeng Puspataruna, dan Hajeng Patranaya. Nyayu Hinten menikah dengan Werdinata, saudara Wirapati. Anaknya diberi nama Raden Wringin Hanom.
Wirapati dimintai tolong oleh Dalem Sumedang untuk menghadapi padukan Dalem Ciamis dan Kuningan. Wirapati (Wiralodra II) dengan Raden Wringin Hanom dapat mengalahkan musuh Dalem Sumedang. Dalem Sumedang menyatakan bahwa Sumedang disatukan dengan Indramayu, termasuk pesisir Kandanghaur.
Ketika Wiralodra II meninggal dunia digantikan oleh Raden Sawerdi (Wiralodra III). Ia mempunyai putra empat orang, yaitu Radén Benggala, Radén Benggali, Hajeng Singawijaya, dan Hajeng Raksawinata. Ketika Wiralodra III meninggal dunia Benggali menginginkan jabatan. Tetapi berdasarkan ketentuan yang menggantikan harus Benggala. Benggali mengancam sehingga proses pergantian bupati tertunda lima bulan. Keputusan dari Betawi memperkuat bahwa yang menjadi pengganti adalah Benggala (Wiralodra IV).
Benggala (Wiralodra IV) mempunyai delapan orang anak, yaitu laki-laki Radén Lahut, Radén Ganar (Gandur), Hajeng Parwawinata, Radén Solo alias Kartawijaya, Hajeng Nahiyasta, Hajeng Gembrak, Hajeng Tayub, dan Hajeng Moka.
Nyai Moka pekerjaannya mengaji, sehingga diadakan tempat pengajian untuk keluarga dalem. Kiai mau mengajarkan mengaji asal anaknya yang bernama Kartawijaya diterima di kadaleman. Kartawijaya kemudian diangkat menjadi mentri di Panjunan.
Bupati di Panjunan digantikan oleh Raden Semangun, putra Singalodra. Banyak terjadi perampokan sehingga rakyat banyak merasa tidak tenteram. Para perampok itu berkumpul di Bantarjati dan berasal dari Biyawak Jatitujuh, Kulinyar, dan Pasiripis. Jumlahnya sekitar 700 orang, dipimpin oleh Bagus Kandar, Bagus Rangin, Surapersanda, Bagus Leja, dan Bagus Seling. Mereka bersiap menyerang Darmayu. Lalu dilakukan penyerangan. Prajurit Darmayu terkejut karena ada perampok perempuan, yaitu Ciliwidara. Ciliwidara bisa melayang di angkasa sehingga tidak bisa dikalahkan. Saat itu prajurit Darmayu dipimpin oleh Kartawijaya.
Kartawijaya melaporkan kejadian itu kepada Hastrasuta. Kartawijaya berhasil mengalahkan Ciliwidara. Ciliwidara kemudian menghilang. Lalu Kartawijaya memerintahkan agar menjaga tempat menghilangnya Kartawijaya.
Hastrasuta dan Kartawijaya memperbincangkan kesaktian Ciliwidara.
Pada suatu hari, ketika Wiralodra sedang berbincang dengan Hastrasuta, datang Nyi Jaya menyampaikan berita bahwa di Bantarjati sekitar seribu orang berkumpul hendak menyerang Darmayu. Karena itu pasukan dipersiapkan untuk menyerang perampok. Mereka kemudian berangkat menuju Bantarjati.
Terjadi pertempuran antara pihak Bagus Rangin dan Hastrasuta. Setelah berhasil mengalahkan para perampok sehingga banyak yang tewas, Hastrasuta meninggal oleh panah Ki Serit. Perampok menyamar sehingga berhasil mendekati dan menyerang perkemahan prajurit Darmayu.
Sekitar 3000 perampok yang dipimpin Bagus Rangin kemudian menyerang Darmayu. Sepanjang perjalanan mereka merampok. Di Lobener mereka mendapat perlawanan dari orang Cina sehingga banyak perampok yang melarikan diri. Surapersanda merayu orang Cina agar mereka dibiarkan, sehingga para perampok itu tiba di Darmayu.
Pada tahun 1808 Dalem Darmayu menyampaikan surat kepada Gubernur Jendral di Betawi, isinya meminta bantuan. Dari Betawi datang pasukan yang dipimpin oleh Tuan Postur. Mereka pura-pura akan memberikan jabatan kepada para perampok. Bagus Rangin dan pasukannya mempercayainya. Pihak Belanda mengirim surat kepada Dalem Darmayu agar menangkap perampok yang saat itu sedang berada di Mayahan.
Prajurit Darmayu datang dan mengalahkan para perampok. Mereka diikat dan disiksa. Yang berhasil ditangkap dibawa ke Betawi untuk dipenjarakan, tetapi sebagian lainnya melarikan diri.
Bagus Rangin dan Bagus Leja bersembunyi di hutan bersama anak dan istrinya. Mereka sampai di Tegal Slawi dan membuat pesanggrahan. Bagus Rangin mengirim surat tantangan kepada Wangsakerti. Wangsakerti mengirimkan utusannya. Terjadi pertarungan antara kedua belah pihak. Pihak Bagus Rangin banyak yang tewas. Ketika pihak Wangsakerti hampir kalah datang bantuan dari Setrokusumah.
Terjadi pertempuran antara pasukan Bagus Rangin dangan pasukan Jaka Patuwakan, anak Wangsakerti. Bagus Rangin kalah dan melarikan diri ke Karawang, sedangkan Bagus Leja dan Bagus Kandar dikirim ke Betawi. Ketika di laut Bagus Leja dan Bagus Kandar melompat dan melarikan diri ke hutan.
Para mantri yang ditugaskan mengawal tahanan menjadi kebingungan. Kartawijaya dan Raden Welang lalu hendak melapor kepada Sinuhun. Di Palimanan mereka melihat serdadu yang menjaga sumur yang ditutup rapat. Keduanya memaksa sehingga diserang serdadu tetapi tidak berhasil ditangkap.
Sesampainya di Garage mereka melaporkan hilangnya para tahanan. Komandan yang ada di Palimanan lalu mengirim surat kepada Gubernur Jendral di Betawi.
Gubernur Jendral marah dan memerintahkan empat puluh orang serdadu untuk menyerang Cirebon. Sultan Cirebon memberikan senjata pusakanya kepada Kartawijaya dan Welang untuk menghadapi Gubernur Jendral dan pasukannya.
Kartawijaya dan Welang sudah tiba di Betawi. Keduanya dimarahi dan dicaci. Kartawijaya dan Welang dihukum dan dipasangi lima lusin meriam. Kiai Kuwu tidak tega melihatnya. Ia kemudian merasuki dan mengamuk sehingga pasukan jendral banyak yang tewas akibat bertarung dengan teman sendiri. Raden Welang tewas ditembak menggunakan senapan yang diisi dengan peluru yang terbuat dari intan.
Keris pusaka menghilang dan Kartawijaya tewas ditembak. Mayatnya menghilang. Gubernur Jendral marah dan mengirim pasukan ke Cirebon sebanyak tiga kapal, agar Cirebon mengganti kerugian Belanda.
Gubernur Jendral datang ke Mataram dan berpura-pura sedih. Sambil menangis ia menceritakan pertempuran yang merugikan pihaknya. Sultan lalu memerintahkan para tamtamanya untuk menyerang Cirebon. Cirebon diserahkan kepada Belanda.
Gubernur Jendral dengan pasukannya kembali ke Batawi. Ia memanggil Wiralodra agar mengganti kerugian Belanda sejumlah Rp 11.030. Bupati tidak memiliki uang sebanyak itu sehingga Darmayu diserahkan kepada Belanda pada tahun 1610. Bupati meninggal dunia. Anaknya yaitu Raden Krestal (Wiralodra). Wiralodra memiliki tujuh orang anak, yaitu Radén Marngal[l]i Wirakusuma yang menjadi demang Bebersindang, Nyayu Wiradibrata, Nyayu Hempuh, Nyayu Pungsi, Nyayu Lotama, dan Hanjani.
Bupati merasa bingung karena mertuanya menjadi perampok. Ia lalu mengirim surat ke Betawi. Tidak lama datang pasukan sehingga perampok ditangkapi.
Singatruna kemudian diangkat menjadi wedana Jatibarang. Ia terkenal bijaksana sehingga disegani rakyatnya. Ia memiliki lima orang putra, yaitu Patimah, Nyayu Juleka, Brataleksana, Bratasentana, dan Bratasuwita.
Raden Rangga memiliki dua orang anak, yaitu Raden Mardada, Raden Wiramadengda, dan Nyi Sumbaga.
Kalektor memiliki lima orang anak, yaitu Hardiwijaya, Sudirah, dan Nyai Juminah. Sedangkan Kartawijaya hanya memiliki satu orang anak, yaitu Raden Karta Kusuma. Ratu Hatma memiliki tiga orang anak, yaitu Biska, dan Kertadiprana. Kertadiprana mempunyai anak bernama Kertahudaka, Mangundria, Muhadapan, Nyayu Jenikuwu, dan Kertahatmaja.
----^^-----
Dalem yang membangun negara, (letaknya di) Darmayu sebelah barat, telah selesai. Yang memmiliki tanah di Kedu (dan) Bagelén, mempunyai suami putra dari Pajajaran, bernama Jaka kuwat.Selanjutnya berputra bernama Mangkuyuda Tumenggung Metaram.
Mangkuyuda Tumenggung Metaram berputra Wiraseca (yang menjadi) ngabéhi. Ngabehi Wiraseca berputra Kartawangsa tumenggung Metaram.,sampai anak cucu Kyahi Belara.
Kyahi Belara berputra Radén Lowana, Tumenggung Bagelén Radén Lowan[n]a, Tumenggung Bagelén berputra:
- Gagak Pernala Tumenggung Bagelén
- Gagak Kumitir di Bagelén
- Gagak Wirawijaya Tumenggung Tegal
- Gagak Pringgawipura Tumenggung Ngayogya
- Gagak Klanaprawira Tumenggung Karangjati
Radén Gagak Pernala Tumenggung Bagelén berputra:
- Radén Wirapati
- Radén Wiraseca
- Radén Wirakusuma
- Radén Singalodraka
Radén Singalodraka berputra:
- Radén Jaka Kuwat
- Radén Kumbabocor
- Bayu Mangkuyuda
Radén Wiraseca berputra:
- perempuan Nyayu Wangsanegara
- perempuan Nyayu Wangsayuda
- laki-laki Radén Kerstal alias Wiralodra I, waktu itu(di) Bagelén
- laki-laki Radén Tanujaya
- laki-laki Radén Tanujiwa
Sesudah Radén Kerstal aliyas Wiralodra I berkelana (dan) menemukan Kali Cimanuk, sesudah bertemu kali Cimanuk terus masuk hutan di seberang barat kali Cimanuk, dan bertemu Nyi Darma. lalu …dengan Nyi Darma. Karena Nyi Darma orangnya cantik, jadi negara dinamai Darmayu.
Nyi Darma menghilang di hulu kali Cimanuk. Sesudah lama Wiralodra I berputra empat (orang), bernama:
- laki-laki Radén Sutamerta
- laki-laki Radén Wirapati menggantikan ayahnya menjadi bupati
- perempuan Nyayu Hinten menjadi istri Ratu Pulo Mas bernama Werdinata
- laki-laki Radén Driyantaka
yang menggantikan Radén Wirapati ialah putranya dinamai Radén Wiralodra II
Wiralodra II Dalem Darmayu sebelah barat mempunyai putra 13 (yaitu):
- laki-laki Radén Kowi
- laki-laki Radén Timur
- laki-laki Radén Sumerdi yang menggantikan jadi bupati
- laki-laki Radén Wirantaka
- laki-laki Radén Wiratmaja
- perempuan Hajeng Raksawiwangsa
- perempuan Hajeng Sutamerta
- perempuan Hajeng Nayawangsa
- perempuan Hajeng Wiralaksan[n]a
- perempuan Hajeng Hadiwangsa
- perempuan Hajeng Wilastro
- perempuan Hajeng Puspatarun[n]a
- perempuan Hajeng Patranaya
(Yang menjadi) pengganti bupati (yaitu) putranya bernama Radén Sumerdi, diberi gelar Wiralodra III.
Wiralodra (III) Dalem Darmayu sebelah barat memiliki putra kembar bernama
- laki-laki Radén Benggala
- laki-laki Radén Benggali kembarannya
- perempuan Hajeng Singawijaya
- perempuan Hajeng Raksawinata
Pengganti bupati putranya bernama Radén Benggala diberi gelar Wiralodra IV. Wiralodra IV Dalem Darmayu sebelah barat setelah 3 tahun lamanya dan berputra 8 orang:
- laki-laki Radén Lahut
- laki-laki Radén Ganar
- perempuan Hajeng Parwawinata
- laki-laki Radén Solo alias Kartawijaya
- perempuan Hajeng Nahiyasta
- perempuan Hajeng Gembrak
- perempuan Hajeng Tayub
- perempuan Hajeng Moka
sesudah 3 tahun diganti lagi, (adiknya) yang menjadi dalem yaitu Radén Benggali diberi gelar Singalodraka pangkat dalem no. 5
Singalodraka Dalem Darmayu sebelah barat berputra:
- Radén Semangun mengganti dalem bergelar Wiralodra VI
Wiralodra VI Dalem Darmayu sabrang kulon berputra 4 orang:
- laki-laki Radén Suryapati
- laki-laki Radén Suryabrata
- laki-laki Radén Suryawijaya
- laki-laki Radén Kerstal
Yang menggantikan menjadi dalem putranya bernama Radén Kerstal bergelar Wiralodra VII
Wiralodra Dalem Darmayu sebelah barat sesudah lamanya terus kosong tidak ada dalem. (Dalem ini) memiliki banyak putra, bernama
- laki-laki Radén Marngali Wirakusuma Demang Bébersindang
- perempuan Nyayu Wiradibrata menjadi rangga
- perempuan Nyayu Malayakusuma Demang Plumbon
- perempuan Nyayu Hékasubrata Demang Anjatan
- perempuan Nyayu Suradisastra ulu-ulu
- perempuan Nyayu Hanjani mantri tanah
- laki-laki Radén Yogya Kartawilasa
- laki-laki Radén Kalid Wiradaksana Demang Lobener
- laki-laki Radén Prawiradirja Wiradaksana Demang Losari
Demang Ngabéhi Radén Wirakusuma memiliki putra 4
- laki-laki Radén Wirasentika Demang Lobener
- perempuan Nyayu Sastrakusuma menjadi jurutulis Demang Brengenyéber
- perempuan Nyayu Wiradibrata Wékling
- perempuan Nyayu Patimah Demang Leléya
Radén Yogya Kartawilasa berputra dua (orang, yaitu):
- Radén Madi Wirasomantri
- Nyayu Cilik
Radén Kalid Wiradaksana berputra tiga (orang, yaitu):
- Radén Wirasaputra menjadi demang
- (Radén) Wirahatmaja
- perempuan Nyayu Sumbadra
Radén Prawiradirja Demang Losari berputra 2 orang
- perempuan Nyayu Wiradiwangsa
- Radén Prawirakusuma
(Kang)jeng Wirabrata rangga berputra 4 orang
- Radén Wiramadengda
- perempuan Nyayu Sumaga
- Radén Mardada Wiradibrata
- Radén Marsada
Nyayu Malayakusuma demang berputra 2 orang
- Radén Perdata Wirahastabrata
- Radén Sumarga Wirasudirga
Sumber:
- Ruhaliah. "Babad Dermayu (Babad Carbon II)" [PDF-Download] No Reg 1.368. No Inv. 183.1498/07.35