Cari

Mandala Rajatapura di Pusat Kerajaan Salakanagara

Peta wilayah kerajaan Salakanagara. Foto: Mandala Wilwatikta
[Historiana] - Mandala Rajatapura berada di pusat kerajaan Salakanagara. Mandala ini tercatat sebagai bagian dari 73 Kabuyutan dan Kemandalaan di Tatar Sunda. Sebuah Mandala dipimpin Guru Spiritual yang disebut Guru Resi atau Guruloka.

Tidak diketahui dengan pasti, siapa yang menjadi Resi di Mandala Rajatapura ini. Namun demikian, dilihat darinamanya, kemungkinan Prabu Dharmalokapala Dewawarman adalah seorang Guru Resi  atau disebut juga sebagai Raja Resi.

Mandala Rajatapura sebagai tempat suci di pusat kerajaan disebut purasaba (ibukota) Rajatapura. Tahun 150, seorang pengembara dari Mesir, Ptolemeus atau Claudius Ptolemaeus Pelusiniensis atau Ptolemy (87-150 masehi) diyakini tiba di Salakanagara bersama dengan rombonganya pedagang dari India menetap di purasaba Rajatapura. Ptolemeus sangat mengagumi Salakanagara yang disebutya Argyre (kota perak) dalam bukunya Geographike Hypergesis.

Suatu laporan dari China pada tahun 132 menyebutkan Pien, raja Ye-tiau, meminjamkan stempel mas dan pita ungu kepada Tiao-Pien. Kata Ye-tiau ditafsirkan oleh G. Ferrand, seorang sejarawan Perancis, sebagai Javadwipa dan Tiao-pien (Tiao=Dewa, Pien=Warman) merujuk kepada Dewawarman.

Salakanagara berlangsung dari tahun 130 sampai tahun 358, di bawah pemerintahan Dewawarman I sampai VIII. Adapun raja terakhir, yaitu Dewawarman VIII tidak mempunyai anak laki-laki, hanya memiliki anak perempuan saja, sehingga tidak memiliki putra mahkota sebagai penerus tahta.

Pada masa pemerintahan Dewawarman VIII, datanglah seorang maharesi muda dari Calankayana, yang memberitahukan pada Dewawarman VIII bahwa Calankayana telah ditaklukan oleh kerajaan Magada di bawah pemerintahan Maharaja Samudragupta. Pada masa itu, politik ekspansi maharaja samudragupta berhasil menaklukan hampir seluruh kerajaan di India.

Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Salakanagara

Berikut ini nama nama raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Salakanagara, meski belum ada sumber yang menyebutkan dengan jelas tarikh pemerintahan mereka masing masing.
  1. Prabu Dharmalokapala Dewawarman (Dewawarman I). Masa pemerintahan tahun 52 – 90 Caka (172 – 209 M) berkuasa selama 38 tahun. Penobatan di  Salakanagara ke 1, dengan ibukotanya bernama Rajatapura, terletak di pinggir laut. Nama asal  Pohaci Larasati, putri sulung Ki Tirem. Nama Nobat  Dewi Dwani Rahayu. Suami  Dewawarman I. Gelar  Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara (aji yang menguasai gerbang lautan)
  2. Prabu Digwijayakasa Dewawarman (Dewawarman II). Berkuasa tahun 90 – 117 Caka (209 – 236 M) selama 27 tahun. Penobatan di  Salakanagara ke 2. Nama asal  Dewawarman II. Nama Nobat Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra, Dewawarman II. Permaisuri  putri keluarga raja Singala (Sri Langka).
  3. Prabu Singasagara Bimayasawirya Dewawarman (Dewawarman III). Tahun 117 – 160 Caka (236 – 277 M) berkuasa selama 43 tahun. Penobatan di  Salakanagara ke 3. Nama asal  Dewawarman III. Gelar  Prabu Singasagara Bimayasawirya. Permaisuri  berasal dari Jawa Tengah. A n a k  Dewi Tirta Lengkara, dijadikan isteri oleh Sang Prabhu Dharmasatyanagara. Catatan  Dewi Tirta Lengkara dijodohkan dengan raja Ujung Kulon, bernama Darma Satyanagara, yang kelak mendapat gelar Dewawarman IV.
  4. Prabu Darmasatyanagara Dewawarman (Dewawarman IV). Tahun 160 – 174 Caka (277 – 290 Masehi) berkuasa selama 14 tahun. Penobatan di  Salakanagara ke 4. Nama nobat  Dewi Tirtha Lengkara Dewawarman Putri. Nama suami  Darma Satyanagara, Raja Ujung Kulon. Gelar  Prabu Dharmasatyanagara Dewawarman IV. Anak  Rani Mahisasuramardhini Warmandewi.
  5. Prabu Darmasatyajaya Dewawarman (Dewawarman V). Tahun 174 – 211 Caka (290 – 326 M) berkuasa selama 37 tahun. Penobatan di  Salakanagara ke 5. Nama  Rani Mahisasuramardhini Warmandewi. Nama suami  Dewawarman V. Gelar  Prabu Amatya Sarwajala Dharma Satya Jaya Waruna Dewawarman. Anak  Putra sulungnya kelak menjadi Dewawarman VI. Peristiwa  Dewawarman V gugur waktu menumpas bajak laut oleh serangan panah dari belakang. Sang Rani Mahisasuramardhini melanjutkan tahta kerajaan seorang diri setelah suaminya wafat selama 13 tahun; 0198 – 0211 Caka (0313 – 0326 M).
  6. Prabu Ganayanadewa linggabumi Dewawarman (Dewawarman VI). Tahun 211 – 230 Caka (326 – 344 Masehi) berkuasa selama 19 tahun. Penobatan di  Salakanagara ke 6. Nama  Sang Prabu Ganayanadewa Linggabhumi. Gelar  Dewawarman VI. Nama istri  putri dari negeri Bharata. Anak 1.Bhimadigjaya Satyaganapati / Dewawarman VII. (2).Salaka Kencana Warmandewi, bersuami pembesar Gaudi (Bengala), kerajaan di Barata (India) bagian timur. (3).Kartika Candra Warmandewi, bersuami pranaraja dari negara Yawana. (4).Ghopala Jayengrana, yang menjadi pembesar di Calangkayana di bumi Bharata. Kelak putranya yang bermana Krodamaruta, menjadi raja Salakanagara. (5).Gandhari Lengkaradewi, bersuamikan panglima angkatan laut kerajaan wangsa Palawa di India dan putranya kelak menjadi suami putri Dewawarman VII dengan gelar Dewawarman VIII. (6).Skandamuka, senapati Salakanagara.
  7. Prabu Digwijaya Satyaganapati Dewawarman (Dewawarman VII). Tahun 230 – 262 Caka (344 – 374 Masehi) berkuasa selama 32 tahun. Penobatan di  Salakanagara ke 7. Nama  Prabu Bhimadigwijaya Satyaganapati. Gelar  Dewawarman VII. Anak  Rani Spatikarnawa Warmandewi. Catatan  Adik Sang Dewawarman VII, yang bernama Ghopala, berputra Sang Krodamaruta, yang menjadi mentri di Calangkayana. Kakak permaisyuri Dewawarman VII, bersuami penguasa Bakulapura (Kalimantan) bernama Atwangga, putra Sang Mitrongga. Mereka keturunan wangsa Sungga dari Magada. Dari perkawinannya lahir Kudungga yang kelak meng gantikan ayahnya di Bakulapura. Peristiwa  Setelah Dewawarman VII wafat, Krodamaruta membawa ratusan pasu-kan lengkap langsung mengambil alih kekuasaan di Salakanagara, yang secara tradisi harus dilanjutkan oleh keturunan Dewawarman VII. Peristiwa  Ketika Dewawarman VII wafat, Krodamaruta dengan ratusan pasukan bersenjata lengkap, langsung merebut/mengambil alih kekuasaan di Salakanagara. Tapi ia hanya berkuasa selama 3 bulan, karena meninggal waktu berburu di hutan, tertimpa batu besar dari atas bukit. Kemudian ia digantikan oleh puteri Sang Prabhu Bhimadigwijaya Satyaganapati yaitu Sang Rani Spatikarnawa Dewiwarman
  8. Tahun 262 Caka (376 Masehi) berkuasa selama 3 bulan. Penobatan di  Salakanagara ke 8. Nama Prabu Krodamaruta. Krodamaruta menjadi raja ke-8 Salakanagara. Ia tidak bergelar Dewawarman.
  9. Prabu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana atau Dewawarman VIII. Ia adalah Mantu Dewawarman VII suami dari Spatikarnawa Warmadewi (Sang Rani Spatikarnawa Dewiwarman). Tahun 262 – 285 Caka (376 – 398 Masehi) berkuasa selama 23 tahun. Penobatan di  Salakanagara ke 9. Nama nobat  Sang Rani Spatikanawa Warmandewi (belum bersuami). Suami 270 Caka (383 Masehi) : Ratu Salakanagara ke 9, Sang Rani Spatikanawa Warmandewi bersuami dengan saudara sepupunya, cucu Dewawarman VI dari putri nya yang ke 5, Sri Gandari Lengkaradewi.
  10. Prabu  Dewawarman IX. Tahun 285 Caka (398 Masehi). Penobatan di  Salakanagara ke 10. Nama nobat  Dewawarman IX. Catatan  Salakanagara menjadi bawahan Tarumanagara. Saat itu Tarumanagara dipimpin Raja Jayasinghawarman (358 - 382 Masehi). Tokoh Maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, yang kelak menjadi pendiri dan raja Tarumanagara (280 – 304 Caka atau 358 - 382 Masehi). Penjelasan  Maharesi dari wangsa Salankayana di Bharata, yang kelak menjadi pendiri dan raja Tarumanagara (280 – 304 Caka). Wafat tahun 304 dalam usia 60 tahun, jadi dilahirkan pada tahun (304 – 60) = 244 C (322 Masehi). Kelak beristri pada Dewi Minawati (lahir th.271 C atau 349 M) ialah Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi,putri raja Dewawarman VIII, raja Salakanagara ke 9.
Maharesi Jayasingawarman itu tinggal di purasaba Rajatapura dan menikah dengan putri Dewawarman VIII. kemudian diangkat sebagai penerus tahta Salakanagara. Jayasingawarman dikemudian hari memindahkan ibukota kerajaannya ke daerah yang sekarang menjadi wilayah kecamatan Tarumajaya, Muaragembong, Sukawangi dan Cabangbungin di kabupaten Bekasi sekarang, Menjadi awal berdirinya Kerajaan Tarumanegara.

Referensi

  1. Ayatrohaedi. 2005. "Sundakala: Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-330-5 
  2. Darsa, Undang A. 2004. “Kropak 406; Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan“, Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah Kuno yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga. Bandung-Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran: hlm. 1 – 23.
  3. Danasasmita, Saleh. 2003. "Nyukcruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi". Bandung: Kiblat Buku Utama.
  4. Ekadjati, Edi S. 1995. Sunda, Nusantara, dan Indonesia; Suatu Tinjauan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pada Hari Sabtu, 16 Desember `1995. Bandung: Universitas Padjadjaran.
  5. Ekadjati, Edi S. 1981. Historiografi Priangan. Bandung: Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran.
  6. Ekadjati, Edi S. (Koordinator). 1993. Sejarah Pemerintahan di Jawa Barat. Bandung: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
  7. Iskandar, Yoseph. 1997. "Sejarah Jawa Barat: Yuganing Rajakawasa". Bandung: Geger Sunten.
Baca Juga

Sponsor