Ilustrasi (MrKornFlakes/Thinkstock) Sumber: cnnindonesia |
Dalam pengujian yang dilakukan di laboratorium independen TUV NORD pada Januari-Februari 2015, terbukti sembilan merek pembalut dan tujuh merek pantyliner mengandung klorin dengan kadar beragam, dengan hasil sebagai berikut:
Pembalut:
1. Charm: 54,73 ppm
2. Nina Anion: 39,2 ppm
3. My Lady: 24,44 ppm
4. VClass Ultra: 17,74 ppm
5. Kotex: 8,23 ppm
6. Hers Protex: 7,93 ppm
7. Laurier: 7,77 ppm
8. Softex: 7,3 ppm
9. Softness Standard Jumbo Pack: 6,05 ppm
Pantyliner:
1. V Class: 14,68 ppm
2. Pure Style: 10,22 ppm
3. My Lady: 9,76 ppm
4. Kotex Fresh Liners: 9,66 ppm
5. Softness Panty Shields: 9,00 ppm
6. CareFree Superdry: 7,58 ppm
7. Laurier Active Fit: 5,87 ppm
Produsen dari merek tersebut tidak mencantumkan kandungan klorin pada komposisi. Namun hasil pengujian YLKI menunjukkan pembalut dan pantyliner itu mengandung klorin yang biasa digunakan sebagai pemutih.
Bahan dasar yang digunakan juga tidak 100 persen kapas murni, melainkan campuran bubuk kayu dan limbah pakaian yang mengandung klorin.
"Klorin terkandung pada bagian kertas yang melapisi pembalut sebagai bahan bleaching (pemutih), juga pada lapisan kapas," tutur Ilyani Sudrajat, anggota Pengurus Harian YLKI, dalam konferensi pers yang digelar di kantor YLKI, Selasa, 7 Juli 2015.
Hasil penelitian menunjukkan perempuan sebagai konsumen tidak memiliki pilihan lain dalam menggunakan produk menstruasi. Penggunaan klorin dalam pembalut hingga saat ini belum diregulasi di Indonesia, meskipun di luar negeri, seperti Amerika Serikat, mewajibkan pembalut harus bebas klorin. Ilyani menyarankan agar saat ini perempuan memilih pembalut dengan kandungan klorin terendah.
Klorin atau Dioxin yang berbahaya?
Sementara itu Menteri Kesehatan RI menyatakan Klorin tak berbahaya. Yang berbahaya pembalut yang mengandung Dioxin.
Kementerian Kesehatan meminta para wanita tidak khawatir dengan adanya
kandungan klorin pada pembalut. Yang berbahaya bagi kesehatan, yaitu
jika pembalut mengandung dioxin.
"Yang tidak boleh itu mengandung dioxin dalam pembalut. Dioxin, dalam suhu panas bisa menguap, bisa masuk ke dalam tubuh," ujar Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang di Jakarta, Selasa (7/7/2015) seperti diberitakan kompas.com.
Dioxin disebut dapat memicu penyakit kanker serviks pada wanita. Namun, Linda sendiri tidak tahu pasti mengenai hubungan dioxin dengan kanker. Menurut dia, penyakit kanker serviks pun selama ini sebagian besar disebabkan oleh virus, bukan bahan kimia.
"Yang tidak boleh itu mengandung dioxin dalam pembalut. Dioxin, dalam suhu panas bisa menguap, bisa masuk ke dalam tubuh," ujar Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang di Jakarta, Selasa (7/7/2015) seperti diberitakan kompas.com.
Dioxin disebut dapat memicu penyakit kanker serviks pada wanita. Namun, Linda sendiri tidak tahu pasti mengenai hubungan dioxin dengan kanker. Menurut dia, penyakit kanker serviks pun selama ini sebagian besar disebabkan oleh virus, bukan bahan kimia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan, pembalut wanita yang
mengandung klorin sejauh ini aman digunakan. Pembalut wanita maupun pantyliner yang beredar di Indonesia, telah melewati proses uji laboratorium dan mendapat izin edar.
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan, pemakaian klorin pun tidak diatur dalam standar Internasional karena aman digunakan.
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan, pemakaian klorin pun tidak diatur dalam standar Internasional karena aman digunakan.