 |
| Pembangunan tol Cisumdawu. Foto: kabarsumedang |
Tidak banyak yang tahu tentang pembangunan jalan tol Cipali (Cikopo-Palimanan) yang dinyatakan sebagai tol terpanjang di Indonesia hingga saat ini. Tiba-tiba saja warga bangsa mendapat surprise saat uji coba jalan tol Cipali sesaat setelah presiden Jokowi meresmikan Juni lalu.
Jalan tol Cipali setiap hari menjadi pemberitaan media. Kecelakaan yang terbilang sering terjadi menjadi sorotan utama. Berdasarkan data Bid Humas Polda Jabar, total kejadian kecelakaan yang
di Tol Cikopo-Palimanan sebanyak 52 kejadian. Total kejadian itu
tercatat sejak dibukanya Tol Cikopo-Palimanan sampai Selasa 7 Juli 2015.
Kurang dari sebulan sejak uji coba hingga resmi pemberlakuan
tarif, banyak yang sudah memprediksi jika efek dari Tol Cipali bisa
mengurai kemacetan di jalur tengah yang biasanya menggunakan jalur
Sumedang-Majalengka atau alternatif Cikamurang.
Lalu bagaimana kabar tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau tol Cisumdawu yang sejak pertama rencana, lalu pembebasan lahan, dan lainnya selalu menjadi pemberitaan dan digembar- gemborkan media.
Tol yang diprediksi juga menunjang mengurai kemacetan di wilayah Pantura ini malah dikabarkan mengalami perubahan jalur di beberapa titik karena terkendala alam. Bisa dipastikan, tol Cisumdawu ini belum bisa dinikmati segera oleh masyarakat.
Berbeda dengan Cipali yang sudah diresmikan dan menjadi alternatif tol baru untuk arus mudik dan balik tahun 2015 ini.
Mungkin karena faktor geografis Cisumdawu yang berbeda dengan Cipali.
Bisa dipastikan sejak dibangun awal dari Cileunyi, Cisumdawu sudah menghadapi kawasan pegunungan Manglayang yang berupa lereng dan lembah serta perbukitan-perbukitan lain masuk wilayah Tanjungsari-dan wilayah lainnya menuju Sumedang.
Faktor geografi ini juga yang menyebabkan pengalihan arus di beberapa titik karena lereng yang cukup curam. Hal lain yang selalu menjadi kendala adalah masalah pembebasan lahan. Tol Cisumdawu beberapa kali terhambat pembangunannya karena faktor ini.
Lalu bagaimana kabar tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau tol Cisumdawu yang sejak pertama rencana, lalu pembebasan lahan, dan lainnya selalu menjadi pemberitaan dan digembar- gemborkan media.
Tol yang diprediksi juga menunjang mengurai kemacetan di wilayah Pantura ini malah dikabarkan mengalami perubahan jalur di beberapa titik karena terkendala alam. Bisa dipastikan, tol Cisumdawu ini belum bisa dinikmati segera oleh masyarakat.
Berbeda dengan Cipali yang sudah diresmikan dan menjadi alternatif tol baru untuk arus mudik dan balik tahun 2015 ini.
Mungkin karena faktor geografis Cisumdawu yang berbeda dengan Cipali.
Bisa dipastikan sejak dibangun awal dari Cileunyi, Cisumdawu sudah menghadapi kawasan pegunungan Manglayang yang berupa lereng dan lembah serta perbukitan-perbukitan lain masuk wilayah Tanjungsari-dan wilayah lainnya menuju Sumedang.
Faktor geografi ini juga yang menyebabkan pengalihan arus di beberapa titik karena lereng yang cukup curam. Hal lain yang selalu menjadi kendala adalah masalah pembebasan lahan. Tol Cisumdawu beberapa kali terhambat pembangunannya karena faktor ini.
Banyak pihak berharap besar dengan selesainya tol Cisumdawu yang akan
terintegrasi dengan bandara internasional di kawasan Kertajati
Majalengka yang juga masih dalam tahap pembangunan.
Selain Tol Cisumdawu, perkembangan lain yang masih diharapkan dan
tahap pembangunannya juga belum terekspose adalah pembangunan Tol Soroja
yang diprediksi bisa mengurai kemacetan di wilayah Kopo-Soreang.
