Sang Bumi |
Berkaitan dengan kejadian Gempa Bumi terakhir 7,0 SR di Lombok hanya selang 1 minggu dari gempa sebelumnya mengakibatkan banyak korban jiwa. Hampir berdekatan dengan kejadian ini juga beberapa gunung mengalami erupsi. Apa yang terjadi?
Dalam pandangan Manusa Sunda bahwa semua aspek dalam kehidupan kita harus dipandang dari sudut pandang alam kamanusan (kemanusiaan). Tidak saja memandang bahwa alam semesta (marcapada) adalah sesuatu yang berada di alam fisik. Alam kemanusiaan bermakna lebih dalam dari sekedar pandangan manusia yang sedang menjalani hidup di marcapada. TErdapat aspek mendalam yang inherent dalam setiap jiwa manusa Sunda.
Oleh karena itu, setiap yang ada di alam marcapada ini (dunia) dianggap sebagai makhluk yang hidup dan bernyawa. Maka tidak heran jika manusa Sunda Buhun sangat menghormati, tanah, air, api dan udara. Perlakukan terhadap unsur tanah, air, api dan udara pun dengan sangat hormat. Datangnya penghormatan tidak berdasarkan cara dan keinginan manusa Sunda, namun atas keinginan dari unsur-unsur tersebut. manusia Sunda hanya berusaha menyesuaikan dengan alam lingkungannya (hukum alam). Demikian pula atas hukum alam yang terjadi pada tanah, air, api, dan udara.
Khusus kita bahas mengenai unsur tanah. Keberadaan penguasa bumi telah lama kita dengar. Nama Dewi Pertiwi sebagai "sang Indung" telah kita dengar. Konsepsi ini dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Buddha. Namun kita sebenarnya mengenal penguasa atau Sang Bumi sendiri disebut "Sunan Mitera" atau "Dewi Mitera".
Sosok Sang Bumi yang umumnya kita dengar adalah sosok nenek tua yang bungkuk. Berbeda dengan Sunan Mitera, Ia bersosok Wanita yang sangat gemuk sampai terlihat tidak bisa bergerak. Penggambaran Sosok ini sangat berbeda dengan yang umumnya kita pahami. Pengambaran selama ini adalah konotasi atau sebagai analogi saja bahwa usia bumi telah tua, makanya digambarkan sebagai nenek bungkuk.
Dari mana informasi mengenasi sosok Sunan Mitera ada? Sebenarnya sosok para karuhun atau sosok ghaib yang dikenal ini adalah "pertemuan" supranatural penulis sendiri. Berawal dengan pengenalan pada Mahaguru, lalu dikenalkan dengan Sunan Ambu dan akhirnya penulis bertemu dan mengenal Sunan/Dewi Mitera. Pembahasan rincinya sangat bersifat mitos dan tidak terlalu penting bagi orang lain.
Namun, pembicaraan Singkat dengan Sunan/Dewi Mitera cukup mengagetkan, ketika beliau menyampaikan bahwa:
"Dina tungtung bulan ieu (Juli) tug nepi ka tungtung taun ieu (tungtung 2018) baris mawa sakabeh nu dilahirkeun tina awak ieu (bari nyekel beuteung-na)."
"Dalam waktu akhir Bulan ini (Juli) hingga Akhir Tahun ini (akhir 2018) akan mengambil semua yang lahir dari tubuh ini (seraya memegang perutnya)."
Penulis berspekulasi bahwa akan ada banyak kejadian yang berkaitan dengan tanah. Mengingat Sunan Mitera/Dewi Mitera adalah Sosok Sang bumi sendiri. Bumi berbicara mengenai itu. Takwilnya bahwa akan ada yang "Ditelan masuk perut bumi" yaitu kematian. Tentu Penulis sangat khawatir.
Disaat yang sama, penulis juga bertanya dimana dan siapa yang akan masuk itu (ke dalam perut bumi sang Sunan Mitera). "Di sini" katanya sambil melihat sekelilingnya. Penulis menyimpulkan di Indonesia. "Dan di tanah Ini bagian barat" Beliau menambahkan. "Wow, Pulau Jawa?" tanya penulis, Beliau menunjukan gempa bumi. tsunami dan gunung meletus. Saya menyimpulkan Jawa Barat bagian barat. Wallahu alam.
Siapakah Sunan Mitera (Dewi Mitera)
Nama Dewi ini barangkali asing. Sunan Mitera adalah penguasa bumi. Digambarkan sebagai wanita berpostur besar. Selama ini kita mengenal penguasa bumi adalah Dewi pertiwi. Barangkali setelah masa Hindu, Dewi penguasa bumi yang semula Sunan/Dewi Mitera menjadi Dewi pertiwi.
Pertiwi (Sanskerta: pṛthvī, atau juga pṛthivī) adalah Dewi dalam agama Hindu dan juga "Ibu Bumi" (atau dalam bahasa Indonesia "Ibu Pertiwi"). Sebagai pṛthivī matā "Ibu Pertiwi" merupakan lawan dari dyaus pita "Bapak Angkasa". Dalam Rgveda, Bumi dan Langit seringkali disapa sebagai pasangan, mungkin hal ini menekankan gagasan akan dua paruh yang saling melengkapi satu sama lain.
Sunan Mitera atau Dewi Mytheeraa barangkali mengacu sebagai tempat kelahiran (asal lahirnya) Batara Kresna yaitu Mathura. Mathura sebagai nama Kerajaan di dalam Purana (pra-weda Hindu). Seperti dalam wiracarita Mahabharata, Mathura merupakan ibukota Kerajaan Surasena, dipimpin oleh Kamsa, paman Kresna.
Kerajaan Surasena adalah sebuah kerajaan Wangsa Yadawa yang muncul dalam kisah epik Mahabharata. Ibukota kerajaan Surasena bernama Mathura, didirikan oleh Satrughna, adik Raja Rama yang memerintah di Kerajaan Kosala pada zaman Treta Yuga.
Menurut ajaran agama Hindu, Treta yuga (Dewanagari: त्रेतायुग) adalah jenjang zaman yang kedua dalam siklus Yuga. Zaman ini merupakan lanjutan dari zaman Satyayuga, zaman ketika moral manusia sempurna. Zaman Tretayuga merupakan zaman sebelum Dwaparayuga. Zaman ini berlangsung selama 1.296.000 tahun.
Ataukah Mytheera berkaitan dengan Mithila (Sanskerta: मिथिला, Mithilā) adalah ibukota kerajaan Wideha, seperti yang diceritakan dalam wiracarita Ramayana. Kota ini terletak di lembah sungai Gangga sebelah timur, pada masa sekarang termasuk wilayah Uttar Pradesh dan negara bagian Bihar di India, dan termasuk wilayah Nepal. Kota ini diduga sama dengan Janakpur, letaknya di distrik Dhanusa di Nepal. Negara Wideha seringkali disetarakan dengan Mithila meskipun Mithila sebenarnya adalah ibukotanya, sama halnya dengan Kerajaan Kosala disamakan dengan Ayodhya meskipun Ayodhya merupakan ibukota Kerajaan Kosala.
Legenda mengenai Mithila ada selama berabad-abad. Gautama Buddha maupun Vardamana Mahavira dikatakan pernah tinggal di Mithila. Kota ini juga menjadi pusat sejarah India selama milenium awal, dan berkontribusi dalam berbagai karya sastra.
Bahasa Maithili dituturkan di Mithila. Ahli bahasa menyimpulkan Maithili sebagai bahasa India timur, dan merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa Hindi, bahasa persatuan India. Maithili sebelumnya dianggap sebagai dialek bahasa Hindi maupun Bengali. Dalam kenyataannya sekarang Maithili merupakan salah satu dari delapan bahasa resmi di India.
Referensi yang paling penting mengenai Mithila? Mithila adalah wiracarita Hindu, Ramayana, di mana istri Rama yaitu Sita dikatakan pernah menjadi puteri di negeri tersebut, lahir sebagai puteri Janaka, pemimpin Mithila dari Janakpur. Raja Mithila lainnya yang terkenal pada zaman kuno adalah Raja Bhanumath, Satghumanya, Suchi, Urjnama, Satdhwya, Kriti, Anjan, Arisnami, Srutayu, Supasyu, Suryasu, Srinjay, Sourmabi, Anena, Bhimrath, Satyarath, Upangu, Upgupt, Swagat, Snanand, Subrachya, Supraswa, Subhasn, Suchurut, Susurath, Jay, Vijay, Critu, Suny, Vith Habya, Dwati, Bahulaswa, Kriti Tirtiya.
Pertiwi juga disebut Dhra, Dharti, Dhrthri, yang artinya kurang lebih "yang memegang semuanya". Sebagai Prthvi Devi, ia adalah salah satu dari dua sakti Batara Wisnu. Sakti lainnya adalah Laksmi.
Pandangan Ajar Pikukuh Sunda Berbeda dengan India
Prthvi adalah bentuk lain Laksmi. Nama lain untuknya adalah Bhumi atau Bhudevi atau Bhuma Devi.
Pemikiran dalam Pikukuh Sunda mengenai "Ibu Agung / Ibu Pertiwi" rupanya bukan hanya slogan, sebab pada kenyataannya ibu / bumi ini benar-benar "hidup" (bernafas, bergerak dan tubuhnya dialiri berbagai unsur), jadi prinsip kerja tubuh bumi mirip dengan raga manusia atau setidaknya; kondisi bumi ditentukan oleh manusia dan juga sebaliknya kondisi manusia ditentukan oleh bumi (jagat alit - jagat agung).
Patanjala adalah urat-urat air yang mengaliri raga-tubuh Ibu Agung (bumi), dari hulu ke hilir dan kembali berulang, siklus tersebut telah terjadi sejak milyaran tahun yang lalu. Urat-urat bumi yang mengalir dari puncak-puncak gunung turun membawa berbagai mineral dan sari-pati makanan yang dibutuhkan oleh hewan, tumbuhan serta manusia, hingga kelak melahirkan berbagai "peradaban".
Referensi
- Hatmadji, Drs. H. Tri. 2007. "Ragam Pusaka Budaya Banten" Serang: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang.
- "Sunan Ambu" wikipedia.org