Cari

Legenda Banaspati dan Cara Penanganannya | Legenda Sunda Kuno

Ilustrasi Banaspati
[Historiana] Nama Banaspati merupakan legenda kuno di tanah Jawa. Tidak saja dikenal di masyarakat zaman kuno, istilah "Banaspati" eksis hingga hari ini. Legenda ini dikenal di dalam budaya Jawa dan Sunda kuno hingga modern saat ini. Siapakah Banaspati?

Beberapa Naskah Sunda Kuno, seperti dalam beberapa naskah lontar menyebutkan sosok Banaspati. Misalnya dalam kisah Prabu Borosngora (Sang Hyang Bunisora) menyebutkan adanya Banaspati yang keluar dari "Rancahmaya" (Rancamaya) yang merupakan sebuah telaga atau rawa. Baca juga Prabu Borosngora dan Sang Banaspati.

Hyang Bunisora Suradipati adalah adik Maharaja Sunda yang bernama Maharaja Linggabuana. Hyang Bunisora juga dikenal sebagai Prabu Kuda Lelean dan Batara Guru di Jampang karena menjadi seorang petapa atau resi yang mumpuni di Jampang (Sukabumi). Dalam Naskah Carita Parahiyangan bagian XIX menjelaskan:

"ndah nihan tembey Sang Resi Guru miseuweukeun Sang Haliwungan inya Sang Susuktunggal nu munarna Pakuan reujeung Sanghiyang Haluwési nu nyaeuran Sanghyang Rancamaya. Mijilna ti Sanghiyang Rancamaya: Ngaran kula ta Sang Udugbasu, Sang Pulunggana, Sang Surugana, ratu hiyang Banaspati".

Karena adanya gangguan dari Banaspati, Rancahmaya kemudian diurug oleh Prabu Haluwesi, adik Maharaja Sunda (Susuk Tunggal). Dalam Pantun Bogor Kisah "Diurugnya Talaga Rancah Maya" dikisahkan di tengah ranca (rawa) itu ada keraton kerajaan dengan rajanya Resi Niskala Nyura Maya. Para ponggawa dan rakyatnya berpenampilan mengerikan malah setahun sakali suka meminta sapasang rumaha (sekar manah atau remaja) untu pimatarameun (wadal atau tumbal). Agar bisa mengurug keraton tersebut, ranca téh ti sisi ka tengahna diurug (Rawa diurug dari bagian pinggir hingga ke tengah).

Dalam kisah tentang menenun kain (boeh) di Tanah Sunda dikenal juga penggangu Banaspati. Makhluk yang berpengaruh dalam proses menenun adalah Banaspati. Ia adalah sesosok makhluk halus perempuan yang tinggal di hutan. Sebagaimana Kala dan Udubasu yang menjadi objek ruatan untuk membuka lahan, Banaspati menjadi objek ruatan melalui aktivitas tenun. Menurut kepercayaan Sunda, Banaspati adalah makhluk halus sejenis kelelawar yang berada di atas pepohonan di hutan sambil membuat kanteh. Sosok ini dipercaya sebagai makhluk pengganggu yang menyebabkan seseorang menjadi sakit.

Lihat juga versi videonya...

Penanganan Banaspati

Menurut kepercayaan lama Sunda, sebagaimana tertuang dalam Sanghyang Raga Dewata (fol. 18-19), jika seseorang sakit akibat Banaspati, haruslah disiapkan berbagai sarana pembersih, seperti udang bakar, ikan matang dan ayam mentah, serta sesaji berwarna merah dan kuning. Jelas bahwa aktivitas tenun pun memerlukan sarana penyucian agar terbebas dari segala gangguan.
    Ha tuhu bisti, na prang ta ma bisti. Nagnan prang alah, mtu [da] hayu [ba] akeh lacan [wa]. Haseup sanghyang hurip nungkup, ya agem jariji numpak [a] tngh. Silana tan alah, ya ageus majar iji. Hana teng ngadg kna imah, paeh ana kbo, ja wa mtu da hayu, mtu ba paeh anak lalaki.
    Ja / kita ngarasakeun nu gring, mtu [ba] banaspati ning awang-awang, tawurna beuleum hurang hayu,lauk [a] asak // atah hayam, beureum kuning sajina. Mtu dora banas- [a] pati lmah, warna sajina [wa] putih sajina. Makana taya sanghyang bayu, ja juru tanghi. Sing saka-paranya, ageung madt. [ha] Haywa mupungkur sanghyang bayu, mu pungkur sanghyang hurip, mupungkur sanghyang kasyewanan, [i] ya sanghyang kajayaan. Sanghyang Jaya syewana, nu hurip dina syewana. Samangkana ta ikang, sanghyang kajayaan,  

    Sesungguhnya kesetiaan yang abadi. Bertahan jika kalah perang, lalu keluar kebaikan yang banyak. Asap kehidup an menutup dan menggenggam jari-jari. Kebiasaannya tidak kalah selesailah. Jika ada yang mendirikan rumah, sembelihlah anak ker bau, agar memperoleh keselamatan, agar anak lelaki yang lahir tidak menjadi korban. Kalau kita merasakan sakit,  keluarlah banaspati dari angkasa, sesajinya udang bakar yang baik, ikan matang dan ayam mentah, berwarna merah kuning sesajinya. Keluarlah dari lokasi pintu banaspati, sesaji nya berwarna putih.
Sakean Adi Larangan, tokoh utama dalam Kawih Pangeuyeukan, bermimpi mendengar suara cekikikan Banaspati dalam tidurnya, ia seolah mendapat gelagat buruk. Suaminya Jaya Keling lantas menyuruh istrinya untuk pergi ke sungai, membasuh segala noda yang ada pada tubuhnya sebagai sarana penghilang dasakalesa (sepuluh kekotoran).

Referensi

  1. Argadipraja, R. Duke. 1992. Babad Panjalu Galur Raja-raja Tatar Sunda. Bandung: Mekar Rahayu.
  2. Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" dari Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
  3. Gunawan, Aditia. 2017. Wastra dalam Sastra Sunda Kuna. Simpernas 2017 UNS Surakarta 25-26 September 2017. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Academia.edu Diakses 13 Desember 2018.
  4. Hidayat, Yayat. 2010. Mengenal Warisan Kerajaan Panjalu. Artikel Majalah Misteri Edisi 20 Peb - 04 Mar 2010.
  5. Iskandar, Yoseph 1997. Sejarah Jawa Barat: Yuganing Rajakawasa. Bandung: Geger Sunten.
Baca Juga

Sponsor