Cari

Sesar Baribis dan Gempa Bumi Majalengka 1990 - Pusat Gempa Jakarta

[Historiana] - Tulisan ini didasari atas merebaknya informasi kemungkinan terjadinya gempa bumi Jakarta akibat aktivitas Sesar (Patahan) Baribis. Patahan Baribis diambil dari nama tempat pusat pangkal patahan bumi di Kabupaten Majalengka Jawa Barat.

Sesar Baribis penyebab Gempa Bumi Majalengka dan Jakarta (?)


Baru-baru ini ada sedikit kegaduhan di kalangan ahli bumi kita. Pemaparan ahli geodesi Australia Achraff Koulali, yang dipublikasikan oleh Earth and Planetary Science Letters pada 2016, menemukan sesar aktif melintang sekitar 25 kilometer di selatan Jakarta. Sesar ini kepanjangan dari Sesar Baribis.

Selama ini muncul anggapan Sesar Baribis hanya membentang dari wilayah Cilacap di Jawa Tengah hingga kawasan Subang, Jawa Barat. Temuan Koulali menampiknya dan memicu perdebatan di kalangan ilmuwan.

Jika mengacu temuan Koulali, sesar ini melintang dari Purwakarta, Cibatu (Bekasi), Tangerang, dan Rangkasibitung. Jika ditarik lurus dari Cibatu ke Tangerang, secara kasar sesar ini melewati beberapa kecamatan di Jakarta seperti Cipayung, Ciracas, Pasar Rebo, dan Jagakarsa.

Penulis teringat kejadian gempa bumi di Majalengka pada tanggal 6 Juli 1990. Penulis berasal dari kota Majalengka kulon, Majalengka kota. Saat itu penulis baru lulus dari SMP dan sambil menunggu pengumuman penerimaan di SMAN 1 Majalengka. Saat kejadian, penulis sedang sarapan pagi sekira pukul 06 pagi bersama keluarga. Tiba-tiba suara gemuruh, tanah seperti bergelombang, genting-genting berjatuhan dan orang-orang berlarian keluar rumah. Guncangan terjadi lebih kurang 2 menit.

Saat itu informasi tidak semudah zaman sekarang. Tidak ada media sosial. Televisi Republik Indonesia (TVRI) pun memberitakan ala kadarnya. Demikian situasi zaman Orde Baru. Semua informasi serba terbatas.

Kini kita mengetahui bahwa saat itu pusat gempa berada di 6,55 derajat LS-108,2 derajat BT dengan kedalaman 14 km. Pusat gempa berada di darat. Kekuatan gempa 5,8 Skala Richter (SR). Karena pusat gempa di darat dan kedalaman 14 km, guncangan dirasakan sangat kuat dan merusak. Berdasarkan gambar di atas, pusat gempa bumi Majalengka berada di sesar Baribis. Sesar (patahan) yang memanjang hingga Jakarta.

Data korban gempa bumi Majalengka tahun 1990 (dari UGM dalam disasster channel) Luka: 22 orang luka parah dan 99 orang luka ringan. Rusak: 1.281 rumah rusak di Maja, 1.198 rumah rusak di Bantarujeg dan 1.210 rumah rusak di Banjaran.

Potensi ancaman bencana gempa bumi di daerah Majalengka, tercakup dalam Peta Kegempaan Daerah Majalengka dan sekitarnya (Djaja & Usman 2002). Berdasarkan kejadian gempa bumi tektonik pada tanggal 6 Juli 1990, beberapa kawasan disekitarnya mengalami dampak goncangan gempa yang dinyatakan dalam skala Mercalli Mercator Intensity (MMI), yang mengacu pada tingkat kerusakan dari kawasan tempat kejadian, mempunyai besaran antara I sampai XII. Dalam kasus ini, Wilayah kota Cirebon dan sekitarnya mengalami dampak goncangan hingga sekala IV MMI; Sumber dan Kadipaten, V MMI; Majalengka, VI MMI; dan Kuningan, VII MMI (Gambar 5).


Gempa bumi yang berasal dari pergerakan sesar aktif di darat pada umumnya bersifat merusak, meskipun magnitudonya tidak besar, namun mempunyai kedalaman yang dangkal. Karakteristik gempa bumi merusak wilayah Jawa Barat adalah gempa bumi darat yang bersumber dari pergerakan sesar aktif. Proses deformasi lapisan tanah dan batuan dalam hal ini yang disebabkan oleh gempa bumi menimbulkan perubahan struktur tanah maupun batuan, baik dalam bentuk rekahan, munculnya mata air maupun longsoran di sepanjang zona sesar tersebut.

Wilayah Jawa Barat, terutama di kawasan dataran tinggi dan pegunungan (termasuk gunung api), umumnya merupakan kawasan yang mempunyai curah hujan tahunan yang cukup tinggi. Keberadaan struktur aktif, lereng yang terjal dan karakteristik batuan yang umumnya tersusun oleh endapan vulkanik, seperti yang terdapat di sekitar G. Ciremai, menyebabkan kawasan ini menjadi rawan akan gerakan tanah. Tingkat kerawanan terhadap ancaman bencana gerakan tanah di wilayah

ini tercermin dalam Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Majalengka dan Sekitarnya (PVMBG 2003), dimana kawasan yang mempunyai tingkat kerentanan menengah hingga tinggi, umumnya terdapat di daerah struktur aktif, lereng terjal dan tersusun oleh endapan volkanik (Tabel 1 dan Gambar 9), kawasan tersebut juga merupakan rawan bencana gempa bumi (Gambar 5 di atas).

Catatan sejarah kegempaan yang pernah melanda wilayah di sekitar G. Ciremai menunjukkan frekuensi kejadian yang cukup tinggi, paling tidak telah terjadi empat kali gempa bumi dengan intensitas IV – VIII sekala MMI sejak tahun 1990.

Referensi

  1. Djadja & Indyo Pratomo. 2009. "Potensi Bencana Alam Gempa Bumi dan Gerakan Tanah, di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dan Sekitarnya" Jurnal Biologi Indonesia 5 (3): 339-354 (2009) neliti.com pdf  Diakses 4 Januari 2019.
  2. Djadja & B. Usman. 2002. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Jawa Bagian Barat, Skala 1 : 500.000, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Bandung.
  3. Nichols DR. & JR. Edmunson. 1975. Text to Slope Map of Part of WestCentral King Country, Washington: U.S. Geol. Survey Misc. Geol. Inv. Map I - 825 - E, Scale 1:48,000.
  4. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2003. Gempa bumi dan Tsunami, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Bandung. van Bemmelen RW. 1949. The geology of Indonesia. Vol. 1 A.Government Printing Office, The Hague.
  5. Vernes, DJ. 1978. Slope Mevement and Type and Processes, Landslide Analisys and Control, special Report 176, Washington, D.C., Transportation Reseach Board, National Research Council.
Baca Juga

Sponsor