[Historiana] - Belajar bahasa Jawa Kuno menjadi menarik bagi pecinta sejarah dan budaya Jawa. Ada kamus Bahasa Jawa Kuno - Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Berikut ini LINK yang bisa Anda akses dari repositori kemendikbud. File berupa pdf.
Berikut sejarah Bahasa Jawa Kuno yang dapat kita cermati. Bahasa Jawa Kuno ialah rumpun bahasa Jawa fasa tertua yang dituturkan di seluruh Pulau Jawa, termasuk di pulau madura dan Pulau Bali. Bahasa ini merupakan salah satu cabang rumpun bahasa Melayu-Polinesia Inti dan hampir serupa dengan bahasa Melayu Kuno.
Salah satu bukti tulisan bahasa Jawa Kuno adalah "Prasasti Tarumanegara" tahun 450 Masehi di Jawa, contoh tertua yang ditulis pada keseluruhannya dalam bahasa Jawa ialah "prasasti Sukabumi" tahun 804 Masehi. Prasasti ini ditemui di kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang sebenarnya merupakan salinan dari versi asal yang sekitar 120 tahun lebih dulu ada, namun hanya salinan ini yang masih berwujud. Isi tulisan itu menceritakan pembinaan sebuah empangan di sekitar terusan pengairan sungai Śrī Hariñjing (Srinjing kini). Prasasti ini merupakan jenis yang terakhir yang ditulis dalam aksara Pallawa, dengan semua contoh yang ditemukan kemudian ditulis dalam tulisan Jawa (Hanacaraka).
Cikal-bakal Bahasa Jawa Kuno dari Austronesia
Sebagai bahasa Austronesia murni, pengaruh yang paling penting dalam Bahasa Jawa Kuno adalah kosakata (vocabulary), struktur kalimat, dan tata bahasa, sebagaimana dengan bahasa-bahasa lainnya di Asia Tenggara. Dan seperti bahasa Austronesia pada umumnya, lebih dari separuh kosakatanya selalu diakhiri dengan vokal terbuka (misal: ...-a, ...-i, dsb.) dan bukan konsonan penutup (misal: ....-h, ...-n, dsb.)
Pengaruh Bahasa Sanskerta
Pengaruh linguistik India pada bahasa Jawa Kuno paling besar adalah pengaruh Sanskerta, dan hampir tidak ada pengaruh unsur linguistik India lain selain Sanskerta, berbeda dengan bahasa kuno lainnya, misal seperti bahasa Melayu Kuno yang dapat banyak pengaruh linguistik India selain dari Sanskerta.
Bahasa Sanskerta memiliki pengaruh yang besar dan awet terutama pada kosakata bahasa Jawa sampai sekarang. Kamus bahasa Jawa Kuno - bahasa Inggris yang disusun oleh profesor P.J. Zoetmulder pada tahun 1982 mengandung sekitar 25.500 kata, dengan sekitar 12.500 (49%) kata diantaranya merupakan kata pinjaman dari kosakata Sanskerta. Jelasnya, jumlah yang besar itu bukan indikasi penggunaannya, tetapi masih menunjukkan bahawa orang Jawa Kuno paham kosakata Sanskerta yang juga banyak digunakan dalam karya kesusasteraan mereka. Dalam ortografi Jawa Kuno, sekitar 25% kata-katanya berasal dari bahasa Sanskerta.
Fonologi
Walaupun bahasa Sanskerta sangat mempengaruhi bahasa Jawa Kuno, bahasa Jawa Kuno tetap merupakan bahasa Austronesia. Namun di samping itu, bahasa Sanskerta juga mempengaruhi tidak hanya kosakata saja, tetapi juga fonologinya. Misalnya, bahasa Jawa Kuno (dan termasuk turunannya) mengandung fonologi retrofleks yang mungkin berasal dari bahasa Sanskerta. Akan tetapi, hal ini diperdebatkan oleh banyak ahli linguistik yang menganggap bahwa retrofleks-nya bahasa jawa ini merupakan perkembangan sendiri dalam keluarga bahasa Austronesia.
Kosakata
Salah satu persoalan dalam kosakata ini adalah bentuk kata Sanskerta yang dipinjam oleh bahasa Jawa Kuno. Kata pinjaman Sanskerta dalam bahasa Jawa Kuno hampir semuanya merupakan kata benda dan kata sifat dalam bentuk yang akhir katanya tidak berubah (Sanskerta lingga). Untuk mengetahui perkataan Jawa Kuno dan juga kata pinjaman Sanskerta tersebut tersedia di Pusat Perbendaharaan Kata.
Contoh kosakata bahasa Jawa Kuno yang berasal dari bahasa Sanskerta:
Agni= "Api", diserap ke dalam bahasa Jawa berubah bunyi menjadi "geni".
Aji= "mantra"
Asta = "delapan" (Jawa asli = "wolu")
Basa = "bahasa"
Bayu = "angin"
Candra = "bulan"
Dwi = "dua" (Jawa kuno asli = "ruwa", Jawa modern = "loro"/"kalih")
Eka = "satu" (Jawa kuno asli = "sa", Jawa modern = "siji"/"setunggal")
Guru = "guru"/"pengajar"
Contoh kalimat bahasa Jawa Kuno (catatan: huruf "â" dan "ě" dibaca e pepet /ə/, huruf "ê" dibaca /e/, huruf "ṣ" tetap dibaca /s/, dan huruf ā tetap dibaca /a/. Jika ada kesalahan baik kalimat atau arti, silakan dibetulkan.):
Bahasa Kawi
Bahasa Kawi adalah suatu jenis bahasa yang pernah berkembang di Pulau Jawa pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha Nusantara dan dipakai dalam penulisan karya-karya sastra. Dalam tradisi Jawa, bahasa Kawi juga disebut dengan istilah bahasa Jawa Kuno. Meskipun demikian, bahasa Kawi sendiri bukan bahasa Jawa Kuno murni, karena telah mendapat pengaruh bahasa Sanskerta.[1]
Istilah kawi sendiri bermakna "penyair". Sedangkan karya sastra yang dihasilkan oleh Sang Kawi disebut dengan nama kakawin. Biasanya kakawin berupa rangkaian puisi yang mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan
Bahasa Jawa Kuno tidak bersifat statis, meskipun digunakan sekitar 500 tahun, yaitu sejak awal prasasti Sukabumi di daerah Kediri, Jawa Timur (kk. 804 Masehi) hingga zaman Kerajaan Majapahit pada 1292. Bahasa Jawa yang dituturkan dan ditulis pada zaman Majapahit dianggap lebih ke arah Bahasa Jawa Modern karena telah mengalami setengah perubahan.
Referensi
Salah satu bukti tulisan bahasa Jawa Kuno adalah "Prasasti Tarumanegara" tahun 450 Masehi di Jawa, contoh tertua yang ditulis pada keseluruhannya dalam bahasa Jawa ialah "prasasti Sukabumi" tahun 804 Masehi. Prasasti ini ditemui di kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang sebenarnya merupakan salinan dari versi asal yang sekitar 120 tahun lebih dulu ada, namun hanya salinan ini yang masih berwujud. Isi tulisan itu menceritakan pembinaan sebuah empangan di sekitar terusan pengairan sungai Śrī Hariñjing (Srinjing kini). Prasasti ini merupakan jenis yang terakhir yang ditulis dalam aksara Pallawa, dengan semua contoh yang ditemukan kemudian ditulis dalam tulisan Jawa (Hanacaraka).
Cikal-bakal Bahasa Jawa Kuno dari Austronesia
Sebagai bahasa Austronesia murni, pengaruh yang paling penting dalam Bahasa Jawa Kuno adalah kosakata (vocabulary), struktur kalimat, dan tata bahasa, sebagaimana dengan bahasa-bahasa lainnya di Asia Tenggara. Dan seperti bahasa Austronesia pada umumnya, lebih dari separuh kosakatanya selalu diakhiri dengan vokal terbuka (misal: ...-a, ...-i, dsb.) dan bukan konsonan penutup (misal: ....-h, ...-n, dsb.)
Pengaruh Bahasa Sanskerta
Pengaruh linguistik India pada bahasa Jawa Kuno paling besar adalah pengaruh Sanskerta, dan hampir tidak ada pengaruh unsur linguistik India lain selain Sanskerta, berbeda dengan bahasa kuno lainnya, misal seperti bahasa Melayu Kuno yang dapat banyak pengaruh linguistik India selain dari Sanskerta.
Bahasa Sanskerta memiliki pengaruh yang besar dan awet terutama pada kosakata bahasa Jawa sampai sekarang. Kamus bahasa Jawa Kuno - bahasa Inggris yang disusun oleh profesor P.J. Zoetmulder pada tahun 1982 mengandung sekitar 25.500 kata, dengan sekitar 12.500 (49%) kata diantaranya merupakan kata pinjaman dari kosakata Sanskerta. Jelasnya, jumlah yang besar itu bukan indikasi penggunaannya, tetapi masih menunjukkan bahawa orang Jawa Kuno paham kosakata Sanskerta yang juga banyak digunakan dalam karya kesusasteraan mereka. Dalam ortografi Jawa Kuno, sekitar 25% kata-katanya berasal dari bahasa Sanskerta.
Fonologi
Walaupun bahasa Sanskerta sangat mempengaruhi bahasa Jawa Kuno, bahasa Jawa Kuno tetap merupakan bahasa Austronesia. Namun di samping itu, bahasa Sanskerta juga mempengaruhi tidak hanya kosakata saja, tetapi juga fonologinya. Misalnya, bahasa Jawa Kuno (dan termasuk turunannya) mengandung fonologi retrofleks yang mungkin berasal dari bahasa Sanskerta. Akan tetapi, hal ini diperdebatkan oleh banyak ahli linguistik yang menganggap bahwa retrofleks-nya bahasa jawa ini merupakan perkembangan sendiri dalam keluarga bahasa Austronesia.
Kosakata
Salah satu persoalan dalam kosakata ini adalah bentuk kata Sanskerta yang dipinjam oleh bahasa Jawa Kuno. Kata pinjaman Sanskerta dalam bahasa Jawa Kuno hampir semuanya merupakan kata benda dan kata sifat dalam bentuk yang akhir katanya tidak berubah (Sanskerta lingga). Untuk mengetahui perkataan Jawa Kuno dan juga kata pinjaman Sanskerta tersebut tersedia di Pusat Perbendaharaan Kata.
Contoh kosakata bahasa Jawa Kuno yang berasal dari bahasa Sanskerta:
Agni= "Api", diserap ke dalam bahasa Jawa berubah bunyi menjadi "geni".
Aji= "mantra"
Asta = "delapan" (Jawa asli = "wolu")
Basa = "bahasa"
Bayu = "angin"
Candra = "bulan"
Dwi = "dua" (Jawa kuno asli = "ruwa", Jawa modern = "loro"/"kalih")
Eka = "satu" (Jawa kuno asli = "sa", Jawa modern = "siji"/"setunggal")
Guru = "guru"/"pengajar"
Contoh kalimat bahasa Jawa Kuno (catatan: huruf "â" dan "ě" dibaca e pepet /ə/, huruf "ê" dibaca /e/, huruf "ṣ" tetap dibaca /s/, dan huruf ā tetap dibaca /a/. Jika ada kesalahan baik kalimat atau arti, silakan dibetulkan.):
Kunang kacarita nikanang amawa phalaning jambu, sânak ikang nāga Takṣaka tumutur sakêng pātāla, ikang Takṣaka munggwing sunguting jambu. Ikang brāhmana mamawa jambu, ri huwusing jambu kawwat, mangunyakěn wedaśānti mangastungkārājaya-jaya mantra, sinwâgatan wineh dakșina.Arti: "Adapun ceritanya, yang membawa buah jambu adalah saudara Naga Taksaka, yang telah mengikutinya sejak dari dalam bumi; sedangkan si Taksaka sendiri berada di sungut jambu. Sang Brahmana (yang) membawa jambu, setelah jambunya diberikan, mengucapkan puji-pujian weda, memujikan berkah bagi mantra kemenangan; (kemudian) diterima dan diberi persembahan".
Bahasa Kawi
Bahasa Kawi adalah suatu jenis bahasa yang pernah berkembang di Pulau Jawa pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha Nusantara dan dipakai dalam penulisan karya-karya sastra. Dalam tradisi Jawa, bahasa Kawi juga disebut dengan istilah bahasa Jawa Kuno. Meskipun demikian, bahasa Kawi sendiri bukan bahasa Jawa Kuno murni, karena telah mendapat pengaruh bahasa Sanskerta.[1]
Istilah kawi sendiri bermakna "penyair". Sedangkan karya sastra yang dihasilkan oleh Sang Kawi disebut dengan nama kakawin. Biasanya kakawin berupa rangkaian puisi yang mengikuti pola-pola tertentu.
Perkembangan
Bahasa Jawa Kuno tidak bersifat statis, meskipun digunakan sekitar 500 tahun, yaitu sejak awal prasasti Sukabumi di daerah Kediri, Jawa Timur (kk. 804 Masehi) hingga zaman Kerajaan Majapahit pada 1292. Bahasa Jawa yang dituturkan dan ditulis pada zaman Majapahit dianggap lebih ke arah Bahasa Jawa Modern karena telah mengalami setengah perubahan.
Referensi
- Mardiwarsito, L & Sukesi Adiwimarta, Sri Timur Suratman. 1992. "Kamus Indonesia - Jawa Kuno" Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. pdf Kemendikbud.go.id Diakses 4 Juni 2020.
- Zoetmulder, Petrus Josephus. 1950, De Taal van het Adiparwa, Bandung: Nix
- Zoetmulder, Petrus Josephus. 1982, Old Javanese-English Dictionary, The Hague: Martinus Nijhoff. 2 v. (xxxi, 2368 p.) In collaboration with S.O. Robson. ISBN 90-247-6178-6
- Petrus Josephus Zoetmulder, 1995, Kamus Jawa Kuno-Indonesia In collaboration with S.O Robson. Translators, Darusuprapta, Sumarti Suprayitna. Jakarta: Hasil kerja sama Perwakilan Koninklijk Instituut voor Taal, Land-, en Volkenkunde dengan Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1995. 2 v. ; 1. A-0 -- 2. P-Y.
- Teeuw, A. and S.O. Robson.2005 edited and translated Bhomāntaka: the death of Bhoma Leiden: KITLV Press, Series:Bibliotheca Indonesica; 32. ISBN 90-6718-253-2
- Roger Blench, Matthew Spriggs, Archaeology and language, Volume 35, Routledge, 1999, ISBN 0-415-11786-0, 9780415117869
- Old Javanese (Kawi). Avenir Stepanovich Teselkin. Translated and edited with a preface by John M. Echols. hathitrust.org Diakses 4 Juni 2020.