Cari

Asal Mula Orang Jawa - Suatu Tinjauan Antropologis | 2246 Tahun yang Lalu, Bahasa Sunda dan Jawa Satu Bahasa


 

[Historiana] - Oleh Alam Wangsa Ungkara. Mengenai sejarah pulau Jawa telah ditulis banyak sekali, namun selalu masih dapat ditambah informasi yang baru. Dalam pembahasan artikel sebelumnya telah dibahas "Misteri Asal Mulau Pulau Jawa, Galuh Purba dan Gunung Krakatau". Artikel itu lebih banyak bahasan mitosya. Apalagi mitos bahwa penduduk pulau Jawa berasal dari Turki berdasarkan naskah Babad. Sedangkan kisah babad tak didukung oleh bukti arkeologis maupun bukti antropologis. Kali ini kita membahas bagaimana bahasa yang digunakan di pulau Jawa di masa lampau.

Dalam teori migrasi dari Afrika (dalam teori Out of Africa) manusia modern ditenggarai ada sejak 200 ribu tahun yang lalu, Nusantara telah dihuni manusia modern (homo Sapiens) setidaknya 50.000 tahun yang lalu. Namun penemuan terakhir di Maroko pada tahun 2020, membuat keraguan bahwa manusia benar-benar berasal dari Benua Afrika 200 ribu tahun silam. Pasalnya ditemukan 22 fosil Homo Sapiens di Maroko yang usianya sudah lebih dari 300 ribu tahun. Artinya lebih tua dari perkiraan selama ini. Di Indonesia sendiri, sejarah berubah dengan ditemukannya fosil di Bumiayu, Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Setelah diteliti oleh Pakar Arkeologi Yogyakarta, terdapat bukti yang mencengangkan pada penemuan fosil di Bumiayu itu. Profesor Harry Widianto, peneliti dari LIPI, mengatakan fosil manusia purba itu telah berumur 1,8 juta tahun. Itu berarti fosil itu 300.000 tahun lebih tua dibanding Homo Erectus yang ada di Sangiran, Jawa Tengah. Tak hanya itu, penemuan ini bisa menjadi tandingan dari teori Out Of Africa yang selama ini menjadi pegangan kebanyakan ilmuwan purbakala dunia. 

Manusia tertua di Jawa ini dalam ilmu paleoantropologi dikategorikan sebagai phitecantropus atau menurut terminologi baru disebut Homo Erectus. inilah awal hunian manusia di Pulau Jawa dan rupanya di sebagian pulau lain juga, sampai 300/200 ribu tahun yang lalu. Apa yang terjadi dengan Homo Erectur ini? sampai sekarang kurang jelas. Ada kemungkinan bahwa mereka bermigrasi ke Arah Timur dan Tenggara sampai ke Australia. Ada kemungkinan lain bahwa mereka tidak tahan persaingan dengan Homo Sapiens atau manusia modern. Namun semua hipotesisi ini tidak ada bukti, karena fosil yang berikutnya jauh lebih muda, yaitu 40.000 tahun. Fosil ini adalah Homo Wajakensis yang tergolong manusia modern Homo Sapines. Apa yang terjadi di kepulauan kita ini antara 200.000 dan 40.000 tanun yang lampau, masih merupakan suatu misteri. Belum ditemukan fosil manusia dari masa itu (Jacob, 1967).

Menurut Jacob, manusia dari Wajak memiliki ciri badani intermedier, yakti baik ciri Austro-melanesoid maupun ciri Mongoloid primitif. Jacob berpendapat, bahwa manusia dari Wajak merupakan leluhur penduduk seluruh Nusantara. Dengan ini manusia Wajak dapat dipandang sebagai orang Jawa tertua. Temuan Wajak menunjukkan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu Indonesia sudah didiami oleh Homo sapiens yang rasnya sukar dicocokkan dengan ras-ras pokok yang terdapat sekarang, sehingga manusia Wajak dapat dianggap sebagai suatu ras tersendiri. Diperkirakan dari manusia Wajak inilah sub-ras Melayu Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang. Tinggi badannya diperkirakan 173 cm.

Buti-bukti temuan fosil manusia purba sekarang ini minim karena tidak ada atau tidak dilaporkan. Agak sering terjadi bahwa jika pada proyek galian untuk membangun perumahan, ditemukan tulang belulang dan dapat menjadi sumber informasi baru, tetapi hal ini tidak dilaporkan kepada instansi yang terkait dengan alasan agar pekerjaan proyek tidak terganggu. Dengan demikian banyak informasi masa lampau hilang selamanya. Oleh karena itu, terpaksa para ahli berusaha mengisi tempat kosong dalam puzzle dengan menggunakan penemuan fosil-fosil serta data-data dari negeri tetangga.

Berdasarkan komparasi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar kawasan Indonesia pada zaman Mesolitikum dihuni oleh anggota ras Melanesoid, Australoid dan Weddoid yang berarti orang berwarna kulit agak gelap dan rupanya berambut berombak atau ikal. Sejak zaman Neolitikum bertambah unsur rasial berciri Mongoloid. Karena diduga bahwa banyak gen Mongoloid dominan terhadap gen penduduk asli dan masanya agak panjang, maka populasi asli yang berciri Austromelanesoid lambat laun berubah dengan dominasi Mongoloid, seperti kita sekarang ini pada populasi pulau Jawa (Glinka, 1981).

Perlu juga kajian yang membahas bahasa yang digunakan oleh penduduk Nusantara khususnya di pulau Jawa. Jika di zaman modern ini, kita mengenal bahasa yang digunakan di Pulau Jawa adalah Bahasa Jawa, Sunda dan Betawi, lalu bagaimana di masa prasejarah? Seperti kita ketahui bahwa bahasa Betawi lahir lebih baru sekira abad 18-19 Masehi, maka kita membahas asal mula bahasa Jawa dan Sunda.

 

Waktu Terbentuknya Etnis Jawa dan Sunda

Dari peninggalan puing bangunan, prasasti maupun sumber tertulis telah tersusun tahapan-tahapan sejarah dengan pengaruh Hinduisme, Buddhisme dan Islam serta Pengaruh Barat. Namun kelompok etnis Jawa dan Sunda telah ada sebelum pengaruh dari luar ini. Kapan terjadinya? Untuk menjawab masalah ini kita perlu pindah kajian ke Linguistik historis komparatif.

Linguistik historis komparatif memiliki beberapa metode untuk membandingkan bahasa-bahasa berbagai kelompok etnis. Salah satunya adalah komparasi melalui leksikostatistik, yaitu dengan menghitung perbendaharaan kata bersama dalam dua bahasa. Studi semacam ini menyangkut sebagian besar bahasa Melayo-Polinesia yang pernah dilakukan Dyen (Dyen. 1962; 1965).

Mengutip Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XIV14, No 2, April 2001, dari Universitas Airlangga karya Josef Glinka dengan judul "Asal Mula Orang Jawa - Suatu Tinjauan Antropologis". Bahwa di zaman prasejarah, bahasa yang digunakan di pulau Jawa adalah satu bahasa setidaknya 2246 tahun, Bahasa Sunda dan jawa. Namun terbelah menjadi dua bahasa pada tahun 2168 tahun yang lalu.

Tabel Pembentukan Bahasa Jawa Sunda dan lainnya

 

Bahasa merupakan komponen budaya yang amat penting. Kelahiran suatu bahasa dapat dianggap sebagai kelahiran kelompok etnis yang bersangkutan. Ternyata pemisahan bahasa di Nusantara berlangsung lebih kurang 5.000 tahun yang lalu. Menurut pembagian oleh Dyen (1965), bahasa Jawa dan Sunda masuk rumpun berikut ini:
 

a. West Indonesia Cluster
    a.1. Sundaic Hesion
          a.1.1. Javo-Sumatran Hesion
                    a.1.1.1. Malayic Hesion

                    a.1.1.2 Sundanese
                    a.1.1.3 Javanese

Penutup

Merekonstruksi prasejarah suatu bangsa pada umumnya lebih sulit daripada merekonstruksi sejarahnya. Seorang ahli sejarah pada prinsipnya berpijak pada sumber tertulis peninggalan masa lampau. Untuk itu, umumnya dibutuhkan kerjasama para ahli dari pelbagai bidang ilmu, seperti prehistori, paleografi, geologi, paleodemografi, linguistik komparatif, antropologi ragawi dan ilmu lainnya. Tentu, penelitian ini memerlukan banyak biaya dimana anggaran penelitian di negeri kita sangat sekcil adalam APBN hanya 0,28% yang terbagi dalam berbagai bidang. Bisa kita bayangkankan dari 0,28% itu, berapa anggaran untuk penelitian sejarah/prasejarah nusantara? Apalagi untuk bidang antropologi atau linguistik.

Rekonstruksi prasejarah seperti menyusun puzzle; dari fragmen-fragmen perlu disusun gambar yang sebenarnya. Karena beberapa puzzle ini tidak atau belum ditemukan, maka terpaksa dalam proses rekonstruksi para ahli harus membuat interpolasi, guna mengisi fragmen yang kosong.

Kawasan Nusantara terbentuk kurang labih 60 juta tahun yang lalu, terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat di sekitar pulau Natuna. Gempa ini sangat besar sehingga mengangkat sebagian dasar laut menjadi daratan, yaitu seluruh rangkaian kepulauan mulai dari Sumatra melalui pulau Jawa, Bali, Sumbawa, Flores, Maluku sampai ke Kepulauan Filipina. Lempeng bumi tempat letaknya Kepulauan Nusantara terjebak empat lempeng bumi lainnya yang tetap menekan dari Barat, Utara, Timur dan Selatan. Maka tidak mengherankan bahwa kepulauan kita ini masih agak tidak stabil dan penuh gunung berapi di pinggirnya. Bentuk kepulauan Nusantara saat itu berbeda jauh dari kondisi sekarang ini dan mungkin akan berubah juga di masa mendatang.

 


Referensi

  1. Dyen, I. 1962. "Lexicostatistical Classification of the Malayo-polynesian Languages". Language, 1962, 38: 38-46.
  2. Dyen, I. 1965. "Lexicostatistical Classification of the Austronesian Languages". Indiana University Publications in Anthropology and Linguistics. Memoir 19. Bloomington: Indiana University Press.
  3. Jacob, T. 1967. "Some Problems Pertaining to the Racial History of the Indonesia Region". Utrech: Uttrech Universiteit.
  4. Glinka, J. 1981. "Racial History of Indonesia" dalam I. Schwidetzky (ed) Rassengeschichte de Menscheit. 8: 79-113. Munchen-Wien: R Oldenbourg Verlag.
  5. "Fosil Tertua Nenek Moyang Manusia Ditemukan!" - detikInet. 6 April 2020.
  6. "Sejarah Berubah, Fosil Manusia Tertua Ditemukan di Maroko". Reporter: Ayuwuragil, Kustin. 2017 cnnindonesia.com, 9 Juni 2017.
  7. "Tertua di Indonesia, Ini 5 Fakta Fosil Manusia Purba dari Bumiayu". merdeka.com, Rabu, 3 Juni 2020 15:16. Reporter: Shani Rasyid .

Sponsor