![]() |
Candi Borobudur. Foto: wikipedia.org |
Keberadaaan Borobudur sebagai peninggalan Nabi Sulaiman AS (?) tentu tak
lepas dari negeri Saba yang dikisahkan dalam Al-Quran dan juga Al-Kitab
Injil. Negeri Saba dipimpin oleh seorang ratu yang disebut Ratu Saba
(Queen Sheeba/Ratu Bilqis). Banyak fakta-fakta yang memperkuat teori
tersebut juga dilandasi dengan
ayat-ayat AlQur'an. KH. Fahmi Basya seorang perintis Dzikru Lil Alamien
(DLA) sebagai pencetus teori inipun dengan keyakinan yang kuat dan
berlandaskan tafsir Qur'an versi beliau.
Baca juga: Penemuan Arkeologi Arab Saudi Pra-Islam: Mada’in Saleh
Ijtihad dalam menafsirkan Al-Qur'an, bisa saja dilakukan dan sah-sah saja. Pro kontra yang menyertainya pun sebagai hal yang lumrah dalam mencari kebenaran. Bagi yang kontra terhadap teori tersebut, melandasinya dengan argumen-argumen juga yang menurut saya pun juga masuk akal. Memang ada beberapa kelemahan teori yang dikemukakan oleh KH. FB tersebut.
Ijtihad dalam menafsirkan Al-Qur'an, bisa saja dilakukan dan sah-sah saja. Pro kontra yang menyertainya pun sebagai hal yang lumrah dalam mencari kebenaran. Bagi yang kontra terhadap teori tersebut, melandasinya dengan argumen-argumen juga yang menurut saya pun juga masuk akal. Memang ada beberapa kelemahan teori yang dikemukakan oleh KH. FB tersebut.
Kata Saba hanya 3 kali disebut dalam Al-quran:
1. Surat ke 34, bernama Saba,
2. Ucapan Burung Hud-hud kepada nabi Sulaiman surat ke 27 ayat 22
3. Hutan Saba, surat ke 34 ayat ke 25.
Dengan mengutak-atik Qur’an Surat Saba dan An-Naml, KH Fahmi Basya berani berspekulasi bahwa bagian atas Borobudur (Arupa Dhatu/ranah kesenyapan)
dahulu adalah Arsy (singgasana, dilebarkan pengertiannya menjadi istana) di istana Ratu Boko (Istana Ratu
Saba), yang dengan ilmu Kitab dipindahkan/ditransformasikan ke bagian
Rupa Dhatu (ranah rupa-rupa wujud) Candi Borobudur dengan
kecepatan hanya sekejapan mata. Bukti utama yang diajukan adalah bahwa
saat ini istana Ratu Boko memang hilang dan tinggal pondasinya saja.
Spekulasi ini berlanjut dengan klaim
bahwa Borobudur adalah peninggalan nabi Sulaiman yang pengerjaannya oleh
manusia dan Jin (dalam bukunya tersebut diatas peran Jin sangat
dominan). Untuk mendukung klaim ini penulis mengajukan argumen bahwa
relief candi begitu halus sehingga mustahil itu hasil pahatan manusia.
Untuk menguatkan argumen ini diajukan ayat-ayat Al-Qur’an yang
mengisahkan Sulaiman mempunyai kaum baik dari golongan manusia, jin dan
burung-burung. Lebih jauh Kyai kita ini menjelaskan bahwa teknik
penciptaan relief dan patung di Borobudur adalah dengan melunakan batu,
bukan pahatan, karena hanya Jin yang sanggup mengatasi batu yang lunak
(meleleh karena panas). Benarkah?
Untuk mendukung klaim-klaim tersebut
beliau mengajukan bukti bahwa Saba itu benar-benar di Pulau Jawa. Selama
ini para mufasir Al-Qur’an menafsirkan bahwa Saba itu letaknya di
negeri Yaman. Padahal menurut beliau bukti-bukti bahwa Saba ada di Yaman
sangat tidak mencukupi dari sudut pandang arkeologis. Coba buka QS.34:15,
terjemahannya menurut beliau adalah “Dan sungguh adalah untuk Saba pada
tempat mereka ada ayat, dua hutan sebelah kanan dan kiri.” Perhatikan
kata SABA dan HUTAN. Hutan dalam bahasa jawa kono adalah WANA, sedangkan
SABA adalah tempat berkumpul. Dari kata WANA dan SABA akan terbentuk
nama tempat yaitu WANASABA, atau sekarang WONOSOBO, sebuah kabupaten di
Jawa Tengah yang memang sangat dekat dengan komplek istana Ratu Boko
yang diklaim sebagai istana ratu Saba/Bilqis. Juga diajukan hipotesis
bahwa Kabupaten Sleman di Yogyakarta berasal dari kata Sulaiman.
Kepulauan Solomon di lautan pasifik juga ada kaitannya dengan nabi
Sulaiman.
Lebih jauh Kyai Fahmi Basya mengajukan argumen tambahan bahwa berdasarkan QS.27
: 29-30 Nabi Sulaiman pernah berkirim surat dengan kurir seekor burung
kepada ratu Bilqis di negeri Saba. Surat tersebut menurut Al-Qur’an
diawali dengan “Bismillahirrahmaanirrahim”. Untuk menunjukkan kekuasaan
dan kejayaan maka surat tersebut terbuat dari lempengan emas, dan surat
berlempeng emas ini ditemukan di kolam pemandian istana Ratu Boko. Jika
ini benar tentu merupakan bukti sahih bahwa Borobudur dan reruntuhan
istana Ratu Boko benar ada kaitan dengan nabi Sulaiman. Tetapi sayangnya
beliau tidak menjelaskan lebih lanjut perihal surat tersebut, kapan
ditemukan, siapa penemunya, apakah pendapat para pakar arkeologi tentang
inskripsi emas tersebut, hanya sekedar menampilkan fotonya saja.
Beberapa Keberatan
Dalam Quran dijelaskan dengan sangat terang bahwa yang dipindahkan oleh seseorang yang beriman (bukan jin Ifrit, - Semula ifrit mengajukan diri memindahkan isatana) dalam sekejap mata adalah SINGGASANA. Mari kita buka kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) Bahwa Singgasana adalah /sing·ga·sa·na/ n kursi kerajaan untuk tempat duduk raja; takhta;-- kiani takhta kerajaan. Jadi Singgasana adalah kursi duduk resmi bagi seorang penguasa untuk menjalankan fungsi seremonial maupun negara.
Baca juga: Kerajaan Saba, Ratu Bilqis (Queen Sheba) dan Sejarahnya
Jelaslah bahwa yang dipindahkan bukan Istana Ratu Bilqis dari negeri Saba tetapi Singgasananya atau kursi tempat duduknya. Dikisahkan bahwa singgasana tersebut telah berdampingan dengan singgasana Nabi Sulaiman AS agar Ratu Bilqis langsung duduk di sebelahnya.
Kisah ini tercantum dalam Surah An-Naml, berikut ini:
38. Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."39. Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya."40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI-Kitab "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya), dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."41. Dia berkata: "Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)."
Dengan demikian, pantas diajukan keberatan utama bahwa pemindahan adalah SINGGASANA bukan ISTANA. Dengan demikian pemindahan hanya terjadi pada kursi singgasana ratu bukanlah Istana Ratu Bilqis. Untuk mempersempit pembahasan kita menentukan dimana lokasi negeri Saba sebenarnya? karena kisah pemindahan Istana tidak terjadi.
Baca juga: Kerajaan Saba dan Himyar, Bukan Bangsa Arab?
Baca juga: Penemuan Arkeologi Arab Saudi Pra-Islam: Mada’in Saleh
Baca juga: Kerajaan Saba dan Himyar, Bukan Bangsa Arab?
Baca juga: Penemuan Arkeologi Arab Saudi Pra-Islam: Mada’in Saleh
Hipotesis bahwa Saba ada di Jawa dan
terkait dengan Wanasaba (Wonosobo) menurut pendapat dari ahmadsamantho terlalu gegabah. Coba
perhatikan lagi ayat yang QS.34:15,
terjemahannya menurut beliau adalah “Dan sungguh adalah untuk Saba pada
tempat mereka ada ayat, dua hutan sebelah kanan dan kiri.” Kalau kita
baca teks arabnya maka yang dimaksud hutan itu adalah “jannah”. Para
ulama sepakat bahwa kata jannah dalam ayat ini tidak bisa diartikan
sebagai hutan, tetapi kebun, diayat lainnya bahkan diartikan surga. Beda
sekali pengertian antara hutan dan kebun. Kita lihat bahwa beliau
melakukan penterjemahan sekedar untuk mendukung pendapatnya. Dengan
demikian haruslah ditolak.
Ada bagian terpenting dari kisah negeri Saba adalah adanya bencana banjir besar yang melanda negeri itu akibat jebolnya bendungan yang besar saat itu. Bendungan itu disebut Bendungan Ma'rib. Bendungan Ma'rib yang
merupakan salah satu monumen terpenting dari kaum ini, adalah
merupakan indikasi penting yang menunjukkan tingkatan teknologi
yang telah diraih oleh kaum Saba.
![]() |
Reruntuhan Bendungan Ma'rib. Foto: nationalgeographic.com |
Ketinggian
dari bendungan di Ma'rib mencapai 16 meter, lebar 60 meter
dengan panjang 620 meter. Berdasarkan perhitungan, total
wilayah yang dapat diari oleh bendungan ini adalah 9.600
hektar, dengan 5.300 hektar termasuk dataran bagian selatan
bendungan dan sisanya termasuk dataran sebelah barat seluas
4.300 hektar. Dua dataran ini dihubungkan sebagai
" Ma'rib dan dua dataran tanah " dalam prasasti Saba.
Ungkapan dalam Al Qur'an yang menyebutkan " dua buah kebun
disisi kiri dan kanan "menunjukkan akan kebun yang mengesankan
dan kebun angur di kedua lembah ini. Berkat bendungan ini
dan system pengairan tersebut maka daerah ini sangnat terkenal
memiliki pengairan yang terbaik dan kawasan paling subur
di Yaman. J. Holevy dari Perancis dan Glaser dari Austria
membuktikan berdasarkan dokumen tertulis bahwa bendungan
Ma'rib telah ada sejak jaman kuno. Dalam dokumen tertulis
dalam dialek Himer dihubungkan bahwa bendungan ini yang
menyebabkan kawasan ini sangat produktif.
Bendungan ini diperbaiki secara besar-besaran selama abad
5 dan 6 M. Namun demikian, perbaikan yang dilakukan ini
ternyata tidak mampu memcegah keruntuhan bendungan ini tahun
542 AD. Runtuhnya bendungan tersebut mengakibatkan "banjir
besar Arim" yang disebutkan dalam Al Qur'an serta mengakibatkan
kerusakan yang sangat hebat. Kebun-kebun anggur, kebun dan
ladang-ladang pertanian dari kaum Saba yang telah mereka
panen selama ratusan tahun benar-benar dihancurkan secara
menyeluruh. Dan kaum Sab apun segera mengalami masa resesi
yang terjadi setelah hancurnya bendungan tersebut. Negeri
Saba berakhir dalam waktu tersebut yang dimulai dengan hancurnya
bendungan
Dimanakah bendungan Ma'rib itu?
Kaum Saba adalah satu diantara empat peradaban besar yang hidup Arabia Selatan. Kaum ini diperkirakan hidup sekitar sekitar 1000-750 SM dan hancur sekitar 550 M setelah melalui penyerangan selama dua abad dari Persia dan Arab.Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri (kepada mereka dikatakan): " Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dri pohon Sidr ( QS Saba' 15-16).
Masa keberadaan dari peradaban Saba menjadi pokok pembiacaran dari banyak diskusi. Kaum Saba mulai mencatat kegiatan pemerintahannya sekitar 600 SM, Inilah sebabnya tidak terdapat catatan tentang mereka sebelum tahun tersebut. Sementara itu, Borobudur dibangun pada Abad ke 8 M. Tedapat diskrepansi atau perbedaan waktu yang jauh.
Berkaitan dengan ini, Kyai FB juga mengetengahkan Hipotesis bahwa Nabi Sulaiman AS adalah orang Jawa dengan alasan 'hanya' ada kata SU pada nama Sulaiman yang mirip dengan nama-nama orang Jawa. Pertanyaannya, sejak kapan orang jawa ramai-ramai menggunakan nama SU?
Tentu tidak ada kepastian. Jadi hipotesis bahwa nama
dengan SU identik dengan nama Jawa, perlu dipertanyakan.
Mengenai Nabi Sulaiman adalah keturunan Jawa karena ia satu-satunya nabi
yang menggunakan nama SU pantas diajukan keberatan. Bolehlah dikatakan hal itu hanya kebetulan saja. Kita harus melacak apakah orang-orang Jawa
sudah lazim menggunakan nama SU sejak zaman kuno, sezaman dengan
Borobudur. Mengingat Sulaiman adalah Raja maka kita harus menampilkan
nama-nama Raja Jawa (atau bangsawan atau orang terkenal) yang dikenal
dalam sejarah. Referensi untuk hal ini sangatlah banyak, saya
menyebutkan sekedar contoh nama-nama raja tersebut (Era Mataram Hindu
sampai Majapahit) : Aji Saka, Shima, Indrawarman, Sanjaya, Panangkaran,
Syailendra, Panunggalan, Warak, Garung, Pikatan, Kayuwangi,
Watuhumalang, Dyah Wawa, Tulodong, Daksa, Balitung, Mpu Sindok,
Airlangga, Dharmawangsa Teguh, Jayabhaya, Tunggul Ametung, Arok,
Dedes, Ndok, Lohgawe, Gandring, Prapanca, Anusapati, Tohjaya, Kebo Ijo,
Ranggawuni, Wijaya, Nambi, Kebo Anabrang, Gajah Mada, Hayam
Wuruk, Tribuana Tunggadewi, Suhita dan seterusnya. Kita lihat bahwa pada
Zaman kuno nama dengan awalan SU belum lazim digunakan oleh orang Jawa.
Sebagai perkecualian mungkin nama Raja Majapahit Suhita, tetapi nama
ini baru muncul pada abad 15, tujuh abad setelah Borobudur.
Hal yang paling sederhana dalam budaya kita sebagai orang jawa dalam mengidentifikasi seseorang adalah: dia siapa, anak siapa dan bapaknya siapa? dengan konsepsi ini saja kita tinggal merunut (menelusuri) siapa Nabi Sulaiman AS, anaknya siapa? dan seterusnya. Nasab Nabi Sulaiman sangat jelas bahwa beliau adalah putera Raja/Nabi Daud AS dan lebih jauh lagi dirunut ke atasnya akan berjumpa dengan Bapak para nabi, yaitu Ibrahim AS. Jelas sekali bahwa Nabi Sulaiman AS adalah BUKAN Orang Jawa.
![]() |
Lempeng emas diklaim surat Nabi Sulaiman AS. Foto: http://wirajhana-eka.blogspot.com |
Bila lempengan emas itu diidentifikasi oleh kyai FB sebagai bentuk lafadz Allah adalah salah. Jikapun itu dari Nabi Sulaiman, takkan ditulis dalam huruf Arab tetapi menggunakan huruf dan bahasa Ibrani atau Aramaic.
Baca juga:
- Kerajaan Saba dan Himyar, Bukan Bangsa Arab?
- Menelusuri Ratu Bilkis (Balqis/Nicaule/Nakuti/Makeda/Maqueda), Kerajaan Saba
- 10 Fakta Menarik tentang Ratu Bilqis dari Kerajaan Saba
- Kerajaan Saba, Ratu Bilqis (Queen Sheba) dan Sejarahnya
- Queen Sheba (Ratu Shaba) dan Negeri Saba di Indonesia?
Salam