![]() |
Reruntuhan komplek Istana Ratu Saba/Bilqis. Foto: archaeophysics.com |
Di Afrika dan Saudi Arabia, kisahnya masih hadir sampai hari ini dan, memang, kisahnya telah diceritakan di banyak negeri selama hampir 3.000 tahun.
Hollywood, juga telah merilis versi sendiri epik kisah Solomon dan Sheba dari tahun 1959. Sumber dan sejarah legenda sulit dipahami. Tidak ada pahlawan populer lainnya yang begitu terkenal tapi sekaligus begitu membingungkan.
Mencoba untuk memastikan siapa Ratu Bilqis, dimana kerajaan Saba dan pertanyaan lainnya segera muncul datang bertubi-tubi. Mengapa, jika begitu sedikit yang diketahui tentang Saba dan Bilqis, sosoknya telah mewujud menjadi tokoh penting? Kisah Sulaiman dan Ratu Sheba bahkan diikuti mitos sekaligus semangat pendirian negara modern Israel dan Ethiopia.
Legenda Yahudi
Di antara semua kisah yang terkenal di dunia, seperti kisah yang ada di Celtic, Yunani dan India, orang-orang Yahudi telah meninggalkan salah satu warisan terbesar. Kisah Alkitab ditulis pada akhir Zaman Besi hingga periode Persia dan Yunani (600-200 SM). Mereka telah terbukti luar biasa ulet dan abadi serta dampaknya yang luar biasa terhadap sejarah peradaban dunia. Terutama karena pentingnya mereka untuk tiga agama monoteistik.
Adanya kisah pertama tentang Ratu Sheba (Ratu Bilqis) ketika melakukan kunjungan ke Raja Salomo (Sulaiman AS) adalah narasi singkat dalam Perjanjian Lama. Berikut tentang kisah kunjungan Ratu Sheba:
10:1 Ketika ratu negeri Sheba mendengar kabar tentang Salomo, berhubung dengan nama TUHAN, maka datanglah ia hendak mengujinya dengan teka-teki. 10:2 Ia datang ke Yerusalem dengan pasukan pengiring yang sangat besar, dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, sangat banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal. Setelah ia sampai kepada Salomo, dikatakannyalah segala yang ada dalam hatinya kepadanya. 10:3 Dan Salomo menjawab segala pertanyaan ratu itu; bagi raja tidak ada yang tersembunyi, yang tidak dapat dijawabnya untuk ratu itu. 10:4 Ketika ratu negeri Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah didirikannya, 10:5 makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani dan berpakaian, minumannya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah TUHAN, maka tercenganglah ratu itu. 10:6 Dan ia berkata kepada raja: "Benar juga kabar yang kudengar di negeriku tentang engkau dan tentang hikmatmu, 10:7 tetapi aku tidak percaya perkataan-perkataan itu sampai aku datang dan melihatnya dengan mataku sendiri; sungguh setengahnyapun belum diberitahukan kepadaku; dalam hal hikmat dan kemakmuran, u engkau melebihi kabar yang kudengar. 10:8 Berbahagialah para isterimu, berbahagialah para pegawaimu ini yang selalu melayani engkau dan menyaksikan hikmatmu! 10:9 Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel! Karena TUHAN mengasihi orang Israel untuk selama-lamanya, maka Ia telah mengangkat engkau menjadi raja untuk melakukan keadilan y dan kebenaran." 10:10 Lalu diberikannyalah kepada raja seratus dua puluh talenta emas, dan sangat banyak rempah-rempah dan batu permata yang mahal-mahal; tidak pernah datang lagi begitu banyak rempah-rempah seperti yang diberikan ratu negeri Sheba kepada raja Salomo itu. 10:11 Lagipula kapal-kapal Hiram, yang mengangkut emas dari Ofir, membawa dari Ofir sangat banyak kayu cendana dan batu permata yang mahal-mahal. 10:12 Raja mengerjakan kayu cendana itu menjadi langkan untuk rumah TUHAN dan untuk istana raja, dan juga menjadi kecapi dan gambus untuk para penyanyi; kayu cendana seperti itu tidak datang dan tidak kelihatan lagi sampai hari ini. 10:13 Raja Salomo memberikan kepada ratu negeri Sheba segala yang dikehendakinya dan yang dimintanya, selain apa yang telah diberikannya kepadanya sebagaimana layak bagi raja Salomo. Lalu ratu itu berangkat pulang ke negerinya bersama-sama dengan pegawai-pegawainya.(I Raja-raja 10: 1-13)
![]() |
Lukisan Ratu Sheba/Bilqis dan Sulaiman. Foto: wikipedia.org |
Menelusuri Petunjuk
Sebenarnya ada beberapa orang yang disebut kaum Saba dalam Alkitab, satu adalah keturunan anak Nuh Sem, dan lain anaknya Ham. Tetapi juga disebut-sebaut bahwa Saba hanya sebagai nama tempat. Kitab Yehezkiel (27 v.22-24) mengatakan bahwa pedagang perdagangan dengan Tirus datang dari Saba dan Raema, dan mereka membawa rempah-rempah, batu mulia dan emas - barang yang sama persis yang Ratu Sheba/Bilqis bawa bersamanya saat ia datang mengunjungi Salomo/Sulaiman di Yerusalem.
Legenda Etiopia
Dari semua cerita tentang Ratu Saba, orang-orang Ethiopia dan Tanduk Afrika adalah yang mempertahankan paling kisah ini. Kisah-kisah yang diabadikan dalam kitab suci Ethiopia - Kebra Nagast - di mana kita menemukan petunjuk tentang kaki ratu yang berbulu dan berkuku, perjalanannya menemui Sulaiman dan rayuannya. Selanjutnya, ratu kembali ke ibukota nya, Aksum, di Ethiopia utara, dan beberapa bulan kemudian melahirkan anak Sulaiman, yang bernama Menelik, yang berarti 'Anak Bijaksana'.
Cerita berlanjut bahwa beberapa tahun kemudian Menelik bepergian ke Yerusalem untuk menemui ayahnya. Sulaiman menyambutnya dengan sukacita dan mengundangnya untuk tetap di Yerusalem dan memerintah setelah kematiannya. Tapi Menelik menolak dan memutuskan untuk pulang. Di tengah kegelapan ia meninggalkan kota - dengan membawa relik yang paling berharga, Tabut Perjanjian. Dia membawanya kembali ke Aksum, di kisahnya Tabut ini masih berada di Aksum hingga saat ini, dalam lokasi khusus yang dibangun di halaman Gereja St Mary.
Pentingnya ratu, Tabut Perjanjian dan Kebra Nagast dalam sejarah Ethiopia tidak dapat dilebih-lebihkan. Melalui Kebra Nagast, orang Ethiopia melihat negara mereka sebagai negara pilihan Tuhan, tempat peristirahatan terakhir ratu Saba dan anaknya, hingga melahirkan keturunan pada generasi berikutnya hingga membentuk bangsa Ethiopia.
Dengan demikian, Saba adalah ibu dari bangsa mereka, dan tuan-tuan tanah memiliki hak ilahi untuk memerintah karena mereka langsung turunan dari Ratu Saba. Raja Haile Selassie bahkan kisah ini diabadikan dalam Konstitusi Ethiopia tahun 1955.
Haile Selassie adalah Raja pertama yang menyatakan pentingnya Kebra Nagast: Buku Kebra Nagast dibawa ke Inggris.
Atas ijin Ratu Victoria, buku Kebra Nagast kembali ke Ethiopia, dan sekarang disimpan di Gereja Raguel di Addis Ababa, di mana halaman depan prasasti menjelaskan sejarahnya.
Meskipun akhirnya, tidak ada bukti primer, arkeologi atau tekstual, tentang ratu Saba di Ethiopia. Reruntuhan yang sangat mengesankan di Aksum terdapat selisih waktu seribu tahun dari kisa Ratu Saba-Sulaiman Dan kerajaan Saba besar ditemukan di wilayah selatan Jazirah Arab (Yaman sekarang), yang memiliki bukti tekstual, daftar nama-nama yang berkuasa raja pada saat Saba seharusnya duduk di singgasana.
Literasi Islam
Negeri Saba berhubungan dengan 3 tradisi agama, Yahudi, Nasrani dan Islam. Kita sulit mengatakan, ia berhubungan dengan sejarah Nusantara. Saba diambil namanya dari salah satu keturunan Nabi Nuh as (Noah), garis Sam. Generasi akhir ada yang bermigrasi ke Mekkah, Medinah, Etiopia dan Syria. Ketiga surah yang mencuplik kisah Sulaiman ( King Solomon), Ratu Balkis dan Saba.
Literasi Islam
Negeri Saba berhubungan dengan 3 tradisi agama, Yahudi, Nasrani dan Islam. Kita sulit mengatakan, ia berhubungan dengan sejarah Nusantara. Saba diambil namanya dari salah satu keturunan Nabi Nuh as (Noah), garis Sam. Generasi akhir ada yang bermigrasi ke Mekkah, Medinah, Etiopia dan Syria. Ketiga surah yang mencuplik kisah Sulaiman ( King Solomon), Ratu Balkis dan Saba.
Siapakah Saba’ Itu?
Dalam hadis Farwah bin Musaik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah ditanya oleh seorang laki-laki, “Ya Rasulullah, kabarkanlah
kepadaku tentang Saba’? Apakah Saba’ itu? Apakah ia adalah nama sebuah
tempat ataukah nama dari seorang wanita?” Beliau pun menjawab,
“Dia bukanlah nama suatu tempat dan bukan pula nama wanita, tetapi ia adalah seorang laki-laki yang memiliki sepeluh orang anak dari bangsa Arab. Enam orang dari anak-anaknya menempati wilayah Yaman dan empat orang menempati wilayah Syam.” (HR. Abu Dawud, no. 3988 dan Tirmidzi, no. 3222).
Dalam riwayat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu
ada tambahan nama-nama dari anak Saba, “Adapun yang menempati wilayah
Yaman, mereka adalah: Madzhij, Kindah, al-Azd, al-Asy’ariyun, Anmar, dan
Himyar. Dan yang menempati wilayah Syam adalah Lakhm, Judzam, Amilah,
dan Ghassan (HR. Ahmad, no. 2898).
Para sejarawan juga mencatat bahwa nama
asli dari Saba’ adalah Abdu asy-Syams. Dan sebagaimana kita ketahui,
nama-nama kabilah Arab terambil dari nama anak-anak Saba’.
Bila kita cermati penelitian arkeologi (sudah tersedia di youtube) bahwa adanya sebaran budaya Saba di wilayah Tanduk Afrika, Ethiopia dan Yaman. Ketiga wilayah tersebut membuktikan manuskrip dalam bukti arkeologi yang sama dalam penggunaan bahasa "Sabaean" dan orang Barat menyebut bangsa/kaum Saba juga sebagai Sabaean.
Dahulu, secara garis besar wilayah Jazirah Arab dibagi menjadi dua
bagian, bagian Utara dan bagian Selatan. Arab bagian Selatan lebih maju
dibandingkan Arab bagian Utara. Masyarakat Arab bagian Selatan adalah
masyarakat yang dinamis dan memiliki peradaban, mereka telah mengenal
kontak dengan dunia internasional karena pelabuhan mereka terbuka bagi
pedagang-pedagang asing yang hendak berniaga ke sana. Sementara
orang-orang Arab Utara adalah mereka yang terbiasa dengan kerasnya
kehidupan padang pasir, mereka kaku dan lugu karena kurangnya kontak
dengan dunia luar. Tentu saja geografi kerajaan Saba’ sangat
mempengaruhi bagi kemajuan peradaban mereka.
Awalnya kerajaan Saba’ dikenal dengan dengan Dinasti Mu’iinah sedangkan raja-raja mereka dijuluki sebagai Mukrib Saba’. Ibu kotanya Sharwah, yang puing-puingnya terletak 50 km ke arah barat laut dari kota Ma’rib. Pada periode inilah bendungan Ma’rib mulai dibangun. Periode ini antara tahun 1300 SM hingga 620 SM. Pada periode berikutnya, antara tahun 620 SM – 115 SM, barulah mereka dikenal dengan nama Saba’. Mereka menjadikan Ma’rib sebagai ibu kotanya.
Bila kita cermati penelitian arkeologi (sudah tersedia di youtube) bahwa adanya sebaran budaya Saba di wilayah Tanduk Afrika, Ethiopia dan Yaman. Ketiga wilayah tersebut membuktikan manuskrip dalam bukti arkeologi yang sama dalam penggunaan bahasa "Sabaean" dan orang Barat menyebut bangsa/kaum Saba juga sebagai Sabaean.
![]() |
Reruntuhan Bendungan Ma'rib. Foto: foreignpolicyjournal.com |
Awalnya kerajaan Saba’ dikenal dengan dengan Dinasti Mu’iinah sedangkan raja-raja mereka dijuluki sebagai Mukrib Saba’. Ibu kotanya Sharwah, yang puing-puingnya terletak 50 km ke arah barat laut dari kota Ma’rib. Pada periode inilah bendungan Ma’rib mulai dibangun. Periode ini antara tahun 1300 SM hingga 620 SM. Pada periode berikutnya, antara tahun 620 SM – 115 SM, barulah mereka dikenal dengan nama Saba’. Mereka menjadikan Ma’rib sebagai ibu kotanya.
Kerajaan Saba’ terkenal dengan hasil alamnya yang melimpah, orang-orang pun banyak berhijrah dan bermitra dengan mereka. Perekonomian mereka begitu menggeliat hidup dan sangat dinamis. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfiman mengabarkan tentang kemakmuran kaum Saba’
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada
tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun,
di sebelah kanan dan di sebelah kiri.” (QS. Saba’: 15)
Kedua kebun tersebut sangat luas dan
diapit oleh dua gunung di wilayah Ma’rib. Tanahnya pun sangat subur,
menghasilkan berbagai macam buah dan sayuran. Qatadah dan Abdurrahman
bin Zaid rahimahumallah mengisahkan, apabila ada seseorang yang
masuk ke dalam kebun tersebut dengan membawa keranjang di atas
kepalanya, ketika keluar dari kebun itu keranjang tersebut akan penuh
dengan buah-buahan tanpa harus memetik buah tersebut. Abdurrahman bin
Zaid menambahkan, di sana tidak ditemukan nyamuk, lalat, serangga,
kalajengking, dan ular (Tafsir ath-Thabari, 20: 376-377).
Menurut al-Qusyairi, penyebutan dua kebun
tersebut tidak berarti bahwa di Saba’ kala itu hanya terdapat dua kebun
itu saja, tapi maksud dari dua kebun itu adalah kebun-kebun yang berada
di sebelah kanan dan kiri lembah atau dianatara gunung tersebut.
Kebun-kebun di Ma’rib saat itu sangat banyak dan memiliki tanaman yang
bervariasi (Fathul Qadir, 4: 422).
Yang membuat tanah di Ma’rib menjadi
subur adalah bendungan Ma’rib atau juga dikenal dengan nama bendungan
‘Arim, bendungan yang panjangnya 620m, lebar 60m, dan tinggi 16m ini
mendistribusikan airnya ke ladang-ladang penduduk dan juga menjadi
sumber air di wilayah Ma’rib.
Literatur sejarah menyebutkan bahwa yang
membangun bendungan ini adalah Raja Saba’ bin Yasyjub sedangkan
buku-buku tafsir mencatumkan nama Ratu Bilqis sebagai pemrakarsa
dibangunnya bendungan ini. Ratu Bilqis berinisiatif mendirikan bendungan
tersebut lantaran terjadi perebutan sumber air di antara rakyatnya yang
mengakibatkan mereka saling bertikai bahkan saling membunuh.
Dengan dibangunnya bendungan ini,
orang-orang Saba’ tidak perlu lagi khawatir akan kehabisan air dan
memperbutkan sumber air, karena bendungan tersebut sudah menjamin
kebutuhan air mereka, mengairi kebun-kebun dan memberi minum ternak
mereka.
Teka-teki yang tetap jadi Misteri
Tapi cerita harus didasarkan pada sesuatu. Jika versi Alkitab ditulis berabad-abad setelah kurun waktu Ratu Saba, karena mungkin untuk memuliakan Israel dan pemerintahan Raja Solomon/Sulaiman. Meskipun para sejarawan meyakini reruntuhan kota Ma'rib di Yaman sebagai negeri Saba, dalam teks kuno di relief-reliefnya yang menulis nama raja-raja yang berkuasa di negeri itu masih tidak ditemukan nama Ratu Saba di dalamnya.
Menariknya ada teks kuno yang berbicara tentang ratu di jazirah Arabia utara pada abad ketujuh dan kedelapan SM - sewaktu dengan pendapat para sejarawan Israel yang tergoda untuk menempatkan sejarah Raja Solomon.
Adapun Ratu sendiri, sejarah nya tetap merupakan teka-teki. Dia adalah seorang wanita yang berkuasa, seorang wanita yang dipuja dan kekasih misterius. Hal ini mungkin ini banyak lembaran puzle yang tercecer atas kisahnya yang pada akhirnya kisah ini semakin menemukan popularitasnya.
Baca juga:
>>KEMBALI KE ATAS
Baca juga:
- Kerajaan Saba dan Himyar, Bukan Bangsa Arab?
- Menelusuri Ratu Bilkis (Balqis/Nicaule/Nakuti/Makeda/Maqueda), Kerajaan Saba
- 10 Fakta Menarik tentang Ratu Bilqis dari Kerajaan Saba
- Kerajaan Saba, Ratu Bilqis (Queen Sheba) dan Sejarahnya
- Queen Sheba (Ratu Shaba) dan Negeri Saba di Indonesia?
>>KEMBALI KE ATAS
Salam